Kamis, 18 September, 2025

Prof Rokhmin Tekankan Harmonisasi Antar Pengelola untuk Kesejahteraan Masyarakat Pangandaran

MONITOR, Jakarta – Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, menekankan pentingnya harmonisasi antara perikanan budidaya, perikanan tangkap, dan sektor pariwisata sebagai strategi utama memperkuat ekonomi pesisir dan kesejahteraan masyarakat Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat.

Hal itu disampaikannya dalam Round Table Discussion “Strategi Pengembangan Akuakultur dan Kelayakan Budidaya Ikan Laut Pangandaran Menuju Indonesia Emas 2045” pada ajang ILDEX Indonesia, ICE BSD City, Rabu (17/9/2025).

Rektor Universitas UMMI Bogor itu menegaskan pentingnya menerapkan praktik budidaya terbaik (Best Aquaculture Practices), memanfaatkan komoditas unggulan seperti kerapu, barramundi, lobster, dan rumput laut, serta mendorong ekowisata bahari berbasis KJA (Keramba Jaring Apung) modern yang juga menjadi atraksi wisata.

“Sea farming bisa jadi objek wisata. Wisatawan bisa mancing, kasih makan ikan, hingga belajar langsung proses budidaya laut. Ini bisa meningkatkan nilai tambah sekaligus menjaga ekosistem,” ujar Politisi PDI Perjuangan dalam tema “Mengharmoniskan Pembangunan Perikanan Budidaya, Pariwisata, Dan  Perikanan Tangkap Di Laut Untuk Kemajuan Dan Kesejahteraan Masyarakat Pangandaran Berkelanjutan”.

- Advertisement -

Kemudian, Prof. Rokhmin juga menyoroti pentingnya menjaga kebersihan laut dari kegiatan wisata dan nelayan, serta mendorong sinergi multipihak melalui kolaborasi Pentahelix (Pemerintah, Swasta, Akademisi, Masyarakat, dan Media).

“Dengan sinergi yang kuat dan pengelolaan yang tepat, Pangandaran bisa menjadi model nasional dalam pembangunan ekonomi biru yang inklusif dan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.

Menurutnya, kebijakan tersebut harus didukung dengan perencanaan pembangunan yang matang, pengembangan sumber daya manusia, dan penguatan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan elemen masyarakat. 

Anggota Komisi IV DPR itu mengusulkan paradigma (model) pembangunan Berdasarkan Ekologi Dan Ekonomi, yaitu Deep Environmentalist (Pencinta Lingkungan yang Mendalam) yang menekankan, 1.  Zero economic growth (pertumbuhan ekonomi nol atau nol pertumbuhan ekonomi), 2. No-take zones (zona larangan mengambil atau zona terlarang penangkapan), 3. Low utilization of natural resources and environmental services (pemanfaatan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang rendah), 4. Zero population growth (nol pertumbuhan penduduk)

Dalam pemaparannya, Prof. Rokhmin Dahuri melihat potensi besar akuakultur sebagai “game-changer” untuk pembangunan Indonesia Emas 2045, yang dapat menjadi fondasi ketahanan pangan dan kunci kemakmuran nasional. Beliau menekankan pentingnya akuakultur sebagai pilar utama pembangunan agromaritim yang inklusif dan berkelanjutan.

“Kalau dikelola serius, akuakultur bisa jadi game changer Indonesia 2045. Bukan sekadar sektor ekonomi, tapi landasan transformasi sosial dan lingkungan,” tandasnya.

Prof. Rokhmin mendorong pengembangan pangan biru (pangan dari laut) dan menegaskan bahwa potensi produksi akuakultur dan maritim Indonesia yang mencapai 115 juta ton per tahun, harus dimanfaatkan secara optimal untuk mewujudkan visi Indonesia Emas. 

Ia juga menyoroti pentingnya membangun industri akuakultur terpadu, mulai dari budidaya, pengolahan, logistik hingga pemasaran, agar ekonomi lokal tumbuh dengan efek berganda. Menurutnya, pelabuhan perikanan harus berevolusi dari sekadar tempat tambat-labuh menjadi kawasan industri modern. 

“Selama ini kita terlalu sentralistik. Daerah seperti Pangandaran harus diberi kewenangan lebih luas untuk mengelola sumber dayanya. Investasi harus masuk, industri harus tumbuh,” tegasnya.

Ketua Umum MAI (Masyarakat Akuakultur Indonesia) ini menegaskan bahwa sektor kelautan dan perikanan bukan hanya soal pangan, tetapi kunci untuk mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, memperbaiki gizi, dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Saatnya perikanan jadi pilar utama pembangunan maritim Indonesia. Kalau ini kita jalankan dengan niat serius dan penuh keadilan, Indonesia Emas 2045 bukan lagi angan-angan,” ucapnya.

Dalam paparan visionernya, Prof. Rokhmin Dahuri menyebut perlunya transformasi pelabuhan perikanan menjadi kawasan industri terpadu.

Ia juga mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan kewenangan lebih kepada kabupaten dalam pengelolaan sumber daya laut. “Dengan pendekatan industri, kita bisa ciptakan efek berganda bagi ekonomi lokal,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan sektor perikanan sebagai pilar utama pembangunan maritim Indonesia.  
“Jika dikelola serius dan berkeadilan, sektor ini mampu atasi pengangguran, tingkatkan gizi rakyat, dan dorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” tegasnya.

Prof. Rokhmin melihat peluang besar dalam industri offshore aquaculture (budidaya laut lepas) di Pangandaran. Karena potensi sumber daya laut Indonesia yang melimpah dan kebutuhan untuk memanfaatkan laut sebagai masa depan ekonomi negara, sesuai dengan konsep ekonomi biru (blue economy) yang berkelanjutan. 

“Pengembangan ini harus didukung oleh penataan tata ruang yang baik, teknologi revolusi industri 4.0, serta pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan agar manfaatnya merata,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan 2001-2004 itu.

1. Sea farming Pangandaran sudah terbukti menguntungkan bahkan di skala rumah tangga, 2. Kerapu dan lobster berpotensi menjadi komoditas unggulan ekspor, namun membutuhkan pengelolaan berkelanjutan agar tidak jatuh pada open access tragedy.

Proyeksi skala industri (KKP, 2021): Dengan mengadopsi model KJA Offshore Perinus–Norwegia (diameter 25,5 m, kedalaman 15 m, 8 unit jaring), potensi produksi per unit mencapai 816 ton/tahun. 

“Jika 5 unit diterapkan di Pangandaran, maka produksi tahunan bisa mencapai ±4.000 ton dengan nilai ekonomi USD 20–30 juta/tahun (bergantung harga
ekspor),” katanya.

Pangandaran memiliki peluang besar untuk bertransformasi dari subsistence-scale aquaculture menuju industrial-scale offshore aquaculture, yang mampu memasok pasar Asia Timur dengan standar global

Prof. Rokhmin Dahuri mendorong offshore aquaculture sebagai strategi untuk meningkatkan perekonomian kelautan Indonesia, termasuk di Pangandaran, dengan potensi menciptakan lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat melalui budidaya komoditas bernilai tinggi seperti rumput laut dan biota lainnya, serta pemanfaatan potensi maritim secara inovatif untuk menjadi produsen di rantai pasok global. 

Selanjutnya, Prof. Rokhmin Dahuri yang juga Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menegaskan pentingnya harmonisasi tiga sektor strategis di wilayah pesisir: perikanan budidaya (mariculture), pariwisata bahari, dan perikanan tangkap. Dalam paparannya, ia menyampaikan bahwa Pangandaran memiliki potensi besar untuk menjadi model nasional dalam integrasi pembangunan pesisir yang berkelanjutan dan produktif.

Ia menekankan pentingnya kesesuaian lokasi kegiatan dengan RTRW (RZWP3K) Kabupaten Pangandaran yang telah diselaraskan dengan RTRW Provinsi Jawa Barat dan Nasional. Harmonisasi ini menjadi fondasi agar budidaya laut, wisata bahari, dan aktivitas nelayan dapat berjalan berdampingan tanpa saling mengganggu.

“Ketiganya bisa berjalan beriringan asalkan ditata sesuai RTRW yang benar dan terintegrasi dengan RTRW provinsi dan nasional,” ujar Prof. Rokhmin.

Ia menyampaikan pandangan strategis terkait pengembangan offshore aquaculture di Pangandaran sebagai pilar ekonomi biru berstandar global. Menurutnya, wilayah ini memiliki peluang besar untuk naik kelas dari budidaya skala rumah tangga menuju industri ekspor bernilai puluhan juta dolar per tahun.

“Sea farming di Pangandaran sudah terbukti menguntungkan bahkan di level keluarga. Sekarang saatnya naik ke level industri,” ujarnya.

Prof. Rokhmin memaparkan, komoditas seperti kerapu dan lobster memiliki potensi besar sebagai unggulan ekspor, asalkan dikelola secara berkelanjutan agar tidak mengalami tragedi akses terbuka (open access tragedy).

“Dengan manajemen profesional, inovasi teknologi, dan dukungan infrastruktur, Pangandaran bisa menjadi pusat offshore aquaculture kelas dunia, memasok pasar Asia Timur dengan standar global,” tandasnya.

Transformasi pesisir Pangandaran menuju kawasan maritim berkelas dunia kian nyata. Prof. Rokhmin Dahuri memaparkan strategi harmonisasi tiga sektor utama: perikanan budidaya, pariwisata, dan perikanan tangkap, dalam sebuah forum strategis yang digelar pekan ini.

“Pangandaran punya potensi luar biasa untuk menjadi model pembangunan pesisir yang berkelanjutan dan berkelas global,” ujar Prof. Rokhmin.

Ia juga menyoroti pentingnya investasi pada infrastruktur seperti cold chain, pasar ikan modern, hatchery, dan pelatihan SDM agar Pangandaran bisa menjadi sentra akuakultur berstandar global.

“Pangandaran bisa menjadi laboratorium hidup pembangunan pesisir Indonesia. Tapi harus kita bangun bersama, dengan ilmu, teknologi, dan semangat gotong royong,” tutup Guru Besar IPB University.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER