MONITOR, Jakarta – Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan keprihatinan atas angka kasus HIV yang menyerang kelompok usia anak dan remaja, khususnya di Provinsi Jawa Barat yang meningkat. Puan mengatakan fenomena ini tidak hanya menjadi persoalan kesehatan semata, tapi juga ancaman nyata bagi kualitas generasi penerus bangsa.
“Generasi muda adalah modal terbesar bangsa. Jika mereka kehilangan kesehatan di usia produktif, maka yang terancam bukan hanya masa depan pribadi mereka, tetapi juga daya saing dan kemajuan negara,” kata Puan, Rabu (13/8/2025).
“Kesejahteraan rakyat tidak akan tercapai jika kita membiarkan penyakit ini merenggut potensi anak-anak kita,” imbuh perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Seperti diketahui, Kasus HIV di Jawa Barat mengalami lonjakan dan kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL) menjadi penyumbang tertinggi kasus baru sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dari total 1,191 juta orang yang dites HIV, kelompok LSL menyumbang 3.247 kasus positif HIV dari 52.105 orang yang diperiksa.
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Jawa Barat juga menyoroti lonjakan tajam kasus HIV dalam tiga tahun terakhir. Sejak 2022, angkanya melonjak drastis hingga 100 persen.
Pada tahun 2010 sampai 2021, telah ditemukan adanya 5.000 kasus. Tetapi sejak 2022 angkanya langsung naik jadi 8.620, lalu kembali naik menjadi 9.710 di 2023, dan meningkat tajam hingga terdapa 10.405 Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada Desember 2024.
Dari 10.405 ODHA di Jabar itu, lebih dari 2.900 di antaranya berasal dari kelompok anak dan remaja. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, sebanyak 107 ODHA tercatat di rentang usia 5-14 tahun, 645 orang di usia 15-19 tahun, dan 2.164 orang di usia 20-24 tahun.
Terkait hal ini, Puan pun mendorong Pemerintah untuk mengambil langkah cepat, terukur, dan menyeluruh dalam menanggulangi persoalan ini. Menurutnya, edukasi di lingkungan sekolah dan remaja perlu diperkuat melalui pendekatan yang selaras dengan nilai budaya dan agama.
“Pemerintah harus bergerak cepat dengan langkah yang terukur dan menyeluruh. Edukasi bagi remaja harus diperkuat melalui pendekatan yang sesuai dengan nilai budaya dan agama kita,” tutur Puan.
Pesan puan ini menjadi penting mengingat berdasarkan hasil survei KPAP Jabar, fenomena peningkatan HIV di wilayah ini disebabkan yang paling utama adalah karena pola baru hubungan seksual bebas di kalangan anak dan remaja.
Survei KPAP Jabar mendapati rata-rata siswa SMA mengaku pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia 13 hingga 14 tahun. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, sebagian dari mereka tidak hanya berhubungan seksual dengan satu orang.
Untuk itu, Puan menekankan pentingnya pendidikan karakter di lingkungan pendidikan maupun di rumah.
“Termasuk pendidikan seksual yang sesuai dengan usia anak. Hal ini sebagai langkah edukasi bagi anak dan remaja untuk berhati-hati dan menjaga lingkungan pergaulan mereka. Peran keluarga juga sangat diperlukan di sini,” sebutnya.
Lebih lanjut, Puan berpandangan perlunya penyediaan layanan kesehatan yang ramah remaja. Ia menilai, anak-anak dan remaja harus memiliki akses terhadap layanan konseling, pemeriksaan dini, dan pengobatan yang mudah dijangkau, serta terjamin kerahasiaannya.
“Kita juga harus meningkatkan literasi kesehatan di lingkungan keluarga. Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing dan mengawasi anak-anak mereka agar terhindar dari pergaulan berisiko dan penyakit menular seksual,” tutur Puan.
Mantan Menko PMK tersebut juga menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mencegah penyebaran HIV. Puan menyebut, keterlibatan tokoh agama, masyarakat, hingga organisasi pemuda sangat diperlukan guna memperluas jangkauan edukasi dan membangun kesadaran kolektif di tengah masyarakat.
“Kolaborasi lintas sektor, melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, media, dan organisasi pemuda perlu diperkuat untuk memperluas jangkauan edukasi dan pencegahan penularan HIV,” ungkap cucu Bung Karno tersebut.
Puan juga mengingatkan komitmen nyata Pemerintah dalam isu ini, melalui program-program tepat sasaran untuk pencegahan HIV. Ia memastikan DPR akan memberikan perhatian terhadap penanganan HIV melalui pengawalan kebijakan hingga anggaran.
“Pencegahan yang konsisten dan terencana adalah investasi untuk masa depan bangsa,” tegas Puan.
“DPR RI akan terus mengawal kebijakan, regulasi, dan anggaran agar setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk tumbuh sehat, mengenyam pendidikan, dan berkontribusi maksimal bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa,” pungkasnya.