Ketua Dewan Pakar ASPEKSINDO, Prof. Rokhmin Dahuri tengah berbicara. (Ist)
MONITOR, Jakarta – Musyawarah Nasional (Munas) III Asosiasi Pemerintah Daerah Pesisir dan Kepulauan se-Indonesia (ASPEKSINDO) yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, 12–14 Agustus 2025, memunculkan komitmen kuat untuk menjadikan sektor kelautan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Dewan Pakar ASPEKSINDO, Prof. Rokhmin Dahuri, menegaskan bahwa Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki potensi ekonomi kelautan senilai lebih dari US$ 1,3 triliun per tahun, namun baru dimanfaatkan sekitar 30 persen.
Menurut Prof Rokhmin, pemanfaatan potensi ini berbasis inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi modern akan mampu mengatasi berbagai persoalan bangsa, mulai dari kemiskinan, pengangguran, ketimpangan antarwilayah, hingga rendahnya daya saing.
“Dengan mengoptimalkan blue economy, kita dapat menuju Indonesia Emas 2045 yang maju, adil, makmur, dan berdaulat,” ujar Anggota DPR RI.
Data yang dipaparkan menunjukkan, sektor perikanan tangkap, budidaya, bioteknologi kelautan, energi, pariwisata bahari, hingga jasa maritim memiliki nilai ekonomi dan serapan tenaga kerja yang tinggi. Jika dikelola profesional, sektor ini dapat menyerap hingga 45 juta pekerja atau 40 persen total angkatan kerja nasional.
“Negara-negara lain dengan potensi lebih kecil, seperti Thailand, Korea Selatan, Jepang, bahkan Maldives, kontribusi sektor kelautannya terhadap PDB bisa mencapai di atas 30 persen. Indonesia baru sekitar 14 persen,” tegas Prof Rokhmin.
ASPEKSINDO juga didorong untuk menjadi penghubung strategis antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan investor, baik dalam maupun luar negeri. Peran ini mencakup penyusunan roadmap pembangunan daerah berbasis kelautan, mendatangkan dana APBN, mendorong investasi bonafide, membangun jejaring kerja sama, serta meningkatkan kapasitas SDM daerah.
Rektor UMMI Bogor itu pun menyoroti bahwa kemajuan negara bergantung pada produktivitas dan daya saing tinggi, pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen per tahun, serta pemerataan kesejahteraan. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen dengan ketimpangan dan kemiskinan yang masih menjadi tantangan besar.
“Kita tidak boleh hanya mengandalkan sumber daya daratan yang semakin terbatas. Laut adalah masa depan kita,” kata Guru Besar IPB University.
Selain fokus pada ekonomi, ia menegaskan perlunya memperhatikan keberlanjutan lingkungan, mitigasi perubahan iklim, dan konservasi keanekaragaman hayati.
“Blue economy bukan sekadar eksploitasi sumber daya, tetapi pemanfaatan berkelanjutan yang memberi manfaat ekonomi tanpa merusak ekosistem,” jelasnya.
Munas III ASPEKSINDO diharapkan melahirkan kebijakan dan program konkret yang dapat langsung diimplementasikan di daerah. Dengan 34 provinsi pesisir dan lebih dari 12 ribu desa pesisir, Indonesia memiliki modal besar untuk menjadi poros maritim dunia.
“Tugas kita adalah mengubah potensi menjadi kekuatan nyata demi kesejahteraan rakyat,” tutup Prof Rokhmin.
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menerima kunjungan Delegasi Utusan Khusus Presiden Republik…
Oleh: Imron Wasi* Presiden Prabowo Subianto telah menggunakan hak prerogatif yang dimilikinya terhadap para narapidana,…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani baru saja menerima kunjungan kenegaraan Presiden Republik…
MONITOR, Jakarta - Kritik DPR RI terhadap film Merah Putih One for All dinilai sebagai…
MONITOR, Jakarta - Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) menyampaikan duka cita mendalam sekaligus kecaman keras…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani menjelaskan…