Ruchman Basori (Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Kemenag)
MONITOR, Jakarta – Indonesia Emas 2045 adalah sebuah impian yang mendekati kenyataan. Indonesia maju dan memiliki daya saing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, juga impian yang terus ditambatkan, sebagaimana ramalan The Mc Kencey Institut.
Negara adil makmur, yang sering diistilahkan dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, juga impian yang terus dikhtiarkan menjadi kenyataan. “Gemah ripah loh jinawi, toto, titi tentrem kerto raharjo”, menjadi cita-cita nenek moyang sebagai the founding fathers negeri dengan penduduk 285 juta ini.
Undang-Undang Dasar 1945 dengan shorih mencita-citakan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut menciptakan perdamaian abadi dan keadilan social. Negara wajib menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas yang menjadi hak setiap warga negara. Mandat konstitusi ini juga harus terus dinyalakan, dalam setiap sen rupiah yang direncanakan dan dalam setiap kalimat dalam DIPA tiap tahun anggaran.
Beasiswa menjadi jembatan penting untuk meraih impian-impian kita. Impian anak bangsa yang telah dirumuskan dalam bentuk rencana strategeis di setiap Kementerian/Lembaga. Impian yang menjadi cita-cita yang dalam konteks Pemerintahan Prabowo-Gibran dirumuskan dengan Asta Cita.
Impian seorang Kepala Negara, Menteri, Rektor, Kepala Satuan Kerja, sampai pada aktor-aktor utama pendidikan, dosen, guru, ustadz, dan kyai. Mahasiswa, siswa, dan santri. Juga para tenaga kependidikan sekaligus para birokrat yang mendesain hal ikhwal rancang bangun pendidikan, dari PAUD hingga perguruan tinggi.
Melalui layanan beasiswa mimpi-mimpi stake holders pendidikan akan diwujudkan. Tidak ada istilah mahal, untuk mencerdaskan anak bangsa. “Anak miskin dilarang sekolah/kuliah”, harus ditepis dengan layanan pendidikan yang terjangkau, salah satunya melalui beasiswa dari pemerintah.
Kilas Balik Sejarah
Pada saat saya kuliah S1, tawaran beasiswa tidak banyak seperti sekarang. Kala itu, ada beasiswa Supersemar, Djarum Super, Gudang Garam dan Sido Muncul. Pada umumnya beasiswa yang diberikan, hanya untuk sekali dapat beberapa ratus ribu, tidak mengcover seluruh pembiayaan (full funded).
Pada saat yang sama ada beberapa beasiswa luar negeri yang sangat bergengsi dan sulit rasanya untuk mendapatkannya. Fulbright scholarships, Australian Development Scholarships (ADS) dan lain sebagainya.
Tidak sembarang orang bisa meraih beasiswa. Dibutuhkan kecerdasan/pandaian dan juga kemampuan bahasa asing yang memadahi. Padahal waktu itu Bahasa Inggris masih menjadi momok, apalagi soal bakat skolastik. Hanya orang-orang yang terpilihlah (khiyarun min khiyarin) yang mampu menembus tembok beasiswa yang menjulang tinggi.
Seiring dengan perjalanan waktu, kesadaran penyelenggara negara semakin tinggi dan masyarakat mulai sadar akan pentingnya pendidikan tinggi, layanan beasiswa semakin berjibun. Diberikan pembiayaan full funded, dari mulai biaya pendidikan, biaya hidup, transportasi, uang buku, penulisan tugas akhir, biaya penulisan scopus sampai pada tunjangan keluarga.
Lembaga pembiayaan beasiswa terbesar saat ini yang dikelola pemerintah adalah Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kemenkeu, yang mengelola ratusan milyard bahkan trilyunan Dana Abadi Pendidikan. Pada tahun 2021 LPDP menggandeng Kemdikbudristek, lahirlah Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dan Beasiswa Indonesia Maju (BIM). Bekolaborasi dengan Kemenag lahirlah Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB), pada tahun 2022.
Lahirnya BIB bagi Kemenag, menjadi momentum strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Kementerian dengan seabreg urusan. Boleh dikata sebagai lembaga yang didesain mengurusi urusan dunia dan akhirat. Tentu membutuhkan SDM yang unggul, profesional dan adaptif yang mampu menyelesaikan problem-problem keumatan.
Pertanyaannya adalah apakah layanan beasiswa hanya akan mengantarkan para awardee untuk kepentingan sesaat? yang penting bisa kuliah di perguruan tinggi terbaik di Dalam dan Luar Negeri? Hubungan penyandang dana dengan Awarde seperti layaknya mesin ATM dengan penerima?
Paradigma seperti di atas tentu rapuh, rentan dan terkesan pragmatis. Karenanya beasiswa harus dipahami sebagai ikhtiar mewujudkan mimpi-mimpi kita. Mimpi bangs aini dan actor-aktor utama pendidikan.
Heterogenitas Layanan
Kementerian Agama adalah ibarat kapal besar dengan awak yang besar dan tentu mengangkut penumpang yang besar. Mengarungi samudera dengan pasang surutnya gelombang. Dibutuhkan leader, mamanjemen dan tata kelola yang baik dan kualitas awak yang profesional.
Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) yang secara operasional dimandatkan kepada Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA), memiliki peran penting tidak sekedar membiayai para Awardee, tetapi menjadi washilah mengantarkan SDM untuk mendukung peningkatan kualitas pelbagai layanan di Kemenag.
Apalagi harus merespon dan menerjemahkan gagasan dan kebijakan Menteri Agama Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A seperti eko-teologi, kurikulum cinta, dan green religion, yang mengantarkan wajah Islam yang lebih inklusif, ramah lingkungan, dan penuh kasih sayang. Belum lagi yang selama dasawarsa terakhir menjadi konsen Kementerian Agama seperti moderasi beragama dan digitalisasi.
Dalam konteks Pendidikan Tinggi Keagamaan (PTK), adanya BIB menjadi piranti penting meningkatkan kualitas dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan. Transformasi kelembagaan dari sekolah tinggi menjadi institut dan dari institut menjadi universitas, meniscayakan ketersediaan sumber daya manusia yang unggul dan multi disiplin ilmu.
Transformasi IAIN menjadi UIN misalnya harus didukung dengan ketersediaan dosen yang berlatar belakang keilmuan sains dan teknologi, STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), sosial dan humaniora dengan tidak mengabaikan keilmuan Islamic Studies sebagai jantungnya PTKI. Apalagi misi besar UIN adalah ingin mengembalikan kejayaan Islam pada abad pertengahan.
Dosen yang harus bisa melakukan “Islamisasi ilmu” dengan sangat baik dan brillian, bukan sekedar memberikan label dan baju, tetapi secara substansi keilmuan terasa kering. Nantinya akan lahir teori-teori ilmu pengetahuan berbasis Islam dari garba PTKI dari tradisi riset yang terpercaya. Hal ini harus didukung dengan kualitas dosen dengan latar pendidikan dari perguruan tinggi terbaik.
Pada saat yang sama dalam hal pengembangan Madrasah. Keberhasilan Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) sebagai madrasah unggul, yang kini telah sama dengan sekolah unggul, bahkan beberapa diantaranya telah melampaui, harus menjadi titik berangkat pembenahan kualitas madrasah secara nasional. MAN-MAN di Kabupaten/Kota juga harus didorong dengan menjadi SLTA terbaik diwilyahnya masing-masing.
Animo masyarakat yang tinggi untuk menitipkan putra-puterinya ke Madrasah menjadi modal penting. Hal ini merupakan buah dari keberhasilan Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam mendesain madrasah yang unggul karakternya (akhlakul karimah) sekaligus unggul iptek-nya. Madrasah yang didesain mendekatkan antara ilmu-ilmu yang empiric dengan ilmu keagamaan yang kuat.
Keberadaan Madrasah yang unggul menjadi feeder bagi perguruan tinggi termasuk PTKI di Indonesia. Tentu harus dinahkodai oleh para guru/ustadz yang memiliki dua kapasitas sekaligus, yaitu ke-Islaman dan sians dan teknologi. Pada saat yang sama Adalah sosok guru yang memiliki komitmen Keagamaan dan ke-Indonesiaan secara utuh, bukan pribadi yang terbelah.
Melalui beasiswa para guru dapat meningkatkan kualitas dan kapasitasnya. BIB sangat terbuka untuk memfasilitasi para guru mencapai kualitasnya untuk studi pada kampus-kampus terbaik di Luar Negeri dan Dalam Negeri. Beasiswa sangat strategis untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Mimpi bangs aini dan ribuan actor-aktor utama Pendidikan di nusantara. Dari BIB untuk Indonesia dan Dunia. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Penulis Adalah: Ruchman Basori (Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Kemenag)
MONITOR, Jakarta - Menteri Agama RI Nasaruddin Umar hari ini menerima kunjungan delegasi Zayed Award…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana mengusulkan agar mata pelajaran Sejarah…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani kembali menegaskan pentingnya verifikasi data dalam pelaksanaan…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menetapkan bahwa Tes Kemampuan Akademik (TKA)…
MONITOR, Jakarta - Penyelenggaraan Sidang Tahunan MPR RI, Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI…
MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk kembali menorehkan prestasi dengan meraih dua penghargaan…