Minggu, 10 Agustus, 2025

Sosok Margono Djojohadikusumo, Sang Pejuang Ekonomi dan Pendiri BNI 46

MONITOR, Jakarta – Penerbit Buku Kompas Gramedia resmi meluncurkan buku Margono Djojohadikusumo: Pejuang Ekonomi dan Pendiri BNI 46 yang ditulis oleh wartawan senior Jimmy S. Harianto dan advokat H.M.U. Kurniadi.

Buku ini mengangkat perjalanan hidup kakek dari Presiden Prabowo Subianto, Margono Djojohadikusumo, seorang tokoh sentral dalam pembentukan awal sistem keuangan nasional Indonesia pasca-kemerdekaan. Peluncuran buku dilakukan di Kompas Institute, Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (8/8/2025).

Acara peluncuran dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Fahri Hamzah, Wakil Kepala Staf Kepresidenan M. Qodari, perwakilan keluarga Margono Djojohadikusumo, dan lain-lain. 

Dalam sambutannya, Fadli Zon mengulas bagaimana peran Margono Djojohadikusumo di bidang perekonomian, bank, dan koperasi di awal kemerdekaan Indonesia sangatlah penting.

- Advertisement -

“Mudah-mudahan (buku) ini menjadi bagian yang penting di dalam memori kolektif bangsa kita, terutama perjuangan di bidang ekonomi, karena seringkali perjuangan itu di bidang fisik, militer, peperangan, perjuangan,” kata Fadli.

“Tapi jarang saya lihat di bidang ekonomi dan juga di bidang-bidang lain yang saya kira sangat penting justru menopang negara kita,” lanjutnya.

Sementara Keluarga Margono, yaitu salah seorang cucunya yang bernama Mora Dharma Silitonga, senang dan berterimakasih atas peluncuran buku ini. Ia mengaku kehadiran buku ini sangat menyentuh keluarganya.

“Terima kasih pada kesempatan ini untuk kembali saya sampaikan atas peluncuran buku biografi Margono Djojohadikusumo Pejuang Ekonomi dan Pendiri BNI 46,” kata Mora.

Berikut deskripsi singkat dari buku ini yang tertera di belakang buku:

Buku ini mengangkat perjalanan hidup Margono Djojohadikusumo (1894-1978), seorang tokoh sentral dalam pembentukan awal sistem keuangan nasional Indonesia pasca-Kemerdekaan.

Lahir dari kalangan priayi Jawa, Margono memulai kariernya sebagai pegawai biasa di lembaga keuangan kolonial Volkscredietwezen pada tahun 1917.

Melalui kerja keras dan integritasnya, ia berhasil meraih posisi penting: pada tahun 1926, ia menjadi satu dari tujuh orang Indonesia pertama yang diangkat sebagai pejabat bumiputra dalam institusi tersebut-sebuah prestasi luar biasa di tengah dominasi pejabat Belanda.

Pengalaman selama 25 tahun di lembaga yang melayani kredit bagi rakyat kecil itu membentuk fondasi pemikirannya tentang pentingnya ekonomi kerakyatan dan lembaga keuangan yang berpihak pada rakyat.

Gagasannya tentang keuangan inklusif dan akses kredit bagi bumiputra kelak menjadi inspirasi dalam pendirian bank nasional.

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Margono tampil sebagai salah satu perancang ekonomi negara.

la mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI 46)-bank pertama milik Republik Indonesia yang lahir dari semangat kedaulatan finansial.

Sebelum Bank Indonesia didirikan pada 1953 dari bank sentral De Javasche Bank tinggalan kolonial, BNI 46 berperan penting sebagai bank sentral de facto.

Margono juga menjabat sebagai Ketua pertama Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Republik Indonesia, memberi arahan strategis dalam masa-masa awal Republik.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER