MONITOR, Lumajang – Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Lumajang, Jamal, mendesak pemerintah untuk segera membeli gula petani yang menumpuk di gudang. Jamal menegaskan, jika tidak ada solusi dalam waktu dekat, HKTI bersama Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) dan organisasi lainnya akan melakukan aksi besar-besaran, termasuk membuang gula di sepanjang Sungai Bondoyudo.
“Pemerintah harus serius dan bergerak cepat mengambil langkah konkret demi kesejahteraan petani tebu. Mari kita bergandengan tangan wujudkan swasembada gula nasional secara serius. Jika pemerintah tidak mengambil langkah cepat, bagaimana bisa swasembada gula terwujud?” kata Jamal dengan nada geram kepada media, Jum’at (8/8/2025).
Jamal mencatat menurut data HKTI, hingga Jumat (8/8/2025), total stok gula di gudang Pabrik Gula (PG) di Jawa Timur mencapai 268.340 ton. Sebanyak 62.542 ton di antaranya adalah milik petani. Situasi diperparah oleh kegagalan lelang gula.
“Lelang terakhir dilakukan pada 5 Agustus 2025, dengan harga lelang Rp 14.500 per kilogram. Kita sudah lelang, tapi tidak ada yang menawar,” ungkapnya.
Padahal, menurut Jamal harga tersebut lebih rendah dari harga gula di luar Jawa yang berkisar antara Rp 14.600-Rp 14.700 per kilogram. Dengan kondisi tersebut Jamal menegaskan bahwa petani tebu kini di ambang kebangkrutan.
“Petani tidak hanya kesulitan menjual hasil panen, tetapi juga terancam rugi besar. Jika dalam waktu dekat tidak ada solusi dari pemerintah, maka HKTI Lumajang akan turun ke jalan dengan gelombang besar bersama APTR dan organ lainnya, sekaligus membuang gula di sepanjang Sungai Bondoyudo sebagai bentuk protes,” tegasnya