Oleh: Muh Sufyan Hadi (Ketua GP Ansor Jakarta Utara)
Menjelang Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, kita kembali diajak untuk merefleksikan nilai-nilai perjuangan dan nasionalisme. Dalam konteks hari ini, banyak generasi muda yang sedang gandrung dengan budaya populer dari luar negeri — salah satunya One Piece, karya legendaris dari Jepang yang telah membentuk semacam subkultur di kalangan remaja dan anak muda Indonesia.
Beberapa suara khawatir bahwa kecintaan terhadap budaya asing dapat melemahkan rasa nasionalisme generasi muda. Namun bagi saya, ini bukan ancaman — ini adalah peluang. Peluang untuk masuk ke ruang-ruang anak muda dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan dengan cara yang sesuai zaman.
Merah Putih adalah Harga Mati
Pertama-tama, mari tegaskan: Bendera Merah Putih adalah simbol kehormatan bangsa. Tidak ada yang boleh menggantikannya. Tidak dengan fandom, tidak dengan karakter fiktif, tidak dengan budaya luar mana pun. Merah Putih adalah simbol perjuangan, darah para syuhada kemerdekaan, dan kebanggaan sebagai bangsa yang berdaulat. Ini adalah harga mati.
Tetapi mencintai Merah Putih tidak berarti harus membenci semua budaya luar. Budaya luar bukan virus. Yang membuat lemah adalah jika kita tidak punya fondasi kuat tentang siapa kita dan dari mana kita berasal.
One Piece dan Penanaman Nilai Kebangsaan
Mari kita lihat One Piece lebih dalam. Bagi jutaan anak muda, Luffy bukan sekadar tokoh kartun. Ia adalah simbol keberanian, kesetiaan pada teman, perjuangan melawan penindasan, dan semangat pantang menyerah untuk mencapai cita-cita.
Nilai-nilai itu sebenarnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Bahkan justru selaras dengan Pancasila.
Maka, daripada melarang atau mencemooh minat anak muda pada One Piece, lebih baik kita hadir di ruang itu untuk memberi makna dan perspektif nasionalis. Kita bisa adakan kajian kebangsaan bertema “Pahlawan Lokal vs Pahlawan Anime”, membuat konten edukatif di TikTok atau Instagram yang mengaitkan semangat Luffy dengan semangat Bung Tomo atau Pangeran Diponegoro.
Budaya Pop sebagai Sarana Edukasi Nasionalisme
Tugas kita hari ini bukan semata-mata “menjaga jarak” dari budaya luar, tapi menguasai narasi di dalamnya. Kita bisa ajak anak muda bertanya:
“Kalau Luffy berani melawan kejahatan di lautan, beranikah kita melawan korupsi dan kemalasan di negeri sendiri?”
“Kalau Luffy cinta krunya, kita cinta siapa? Cinta Indonesia?”
“Kalau mereka punya kapal Going Merry dan Sunny, kita punya apa? Punya Pancasila dan Merah Putih!”
Inilah pendekatan edukatif yang lebih membumi dan bisa menyentuh dunia batin generasi muda.
Penutup: Menjadi Generasi Merah Putih
GP Ansor sebagai garda pemuda Nahdlatul Ulama memegang teguh prinsip “hubbul wathan minal iman” — cinta tanah air adalah bagian dari iman. Kami terus hadir di tengah masyarakat untuk membela NKRI, menjaga ideologi Pancasila, serta menanamkan nasionalisme kepada anak muda, tanpa kaku, tanpa eksklusif.
Karena cinta tanah air tidak hanya bisa disampaikan lewat pidato dan upacara, tapi juga lewat diskusi, konten kreatif, bahkan fandom budaya pop — selama kita tetap berpijak pada Merah Putih.
Merah Putih adalah harga mati.
One Piece bukan masalah — justru bisa menjadi jembatan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan.
Mari sambut HUT RI ke-80 dengan semangat baru. Semangat yang tetap cinta budaya sendiri, tapi juga cerdas menyaring budaya luar. Semangat yang bangga menjadi Indonesia.
Merdeka!
NKRI Harga Mati!
MONITOR, Jakarta - Peneliti Jaringan Muslim Madani (JMM) Dr. H. Abdul Muqit,SQ menilai sikap tegas…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin, menanggapi fenomena viral pengibaran bendera…
MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak seluruh elemen bangsa untuk menempatkan agama sebagai…
MONITOR, Jakarta - Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Taufan…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman menyatakan pihaknya siap…
MONITOR, Jakarta - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University menjadi titik tolak semangat bahari…