MONITOR, Jakarta – Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kamaruddin Amin yang juga Sekretaris Jenderal Kementerian Agama berbagi kabar baik terkait perkembangan wakaf di Indonesia. Menurutnya, kesadaran orang untuk berwakaf terus mengalami peningkatan.
“Ada fakta yang sangat menjanjikan, terkait perwakafan. Semangat atau gairah masyarakat untuk berwakaf tumbuh luar biasa, setiap tahun tumbuh 6 persen. Masyarakat kita sangat pemurah,” terang Kamaruddin Amin, pada acara Rakernas BWI di Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Rakernas BWI tiga hari, 5-7 Agustus 2025, dengan tema ‘Gerakan Indonesia Berwakaf’ dan tagline Meneguhkan Asta Cita Menuju Indonesia Emas. Rakernas dibuka Menteri Agama, Nasaruddin Umar. Hadir dalam giat ini, Wakil Menteri ATR BPN, Ossy Dermawan, Ketua MPR, Ahmad Muzani, Ketua Baznas, Noor Achmad, Gubernur Prov Riau, Abdul Wahid, dan perwakilan Bank di Indonesia, serta perwakilan BWI se Indonesia.
Kamaruddin mengatakan, potensi wakaf di Indonesia terbesar di seluruh dunia. Nilai wakaf di Indonesia mencapai Rp2.000 Triliun pertahun. Masyarakat Indonesia pantas mendapat gelar negara yang paling dermawan di dunia.
“Dari 451 ribu titik wakaf, 9 persen bernilai ekonomi dan bisa diproduktifkan. Ada 101 kantor dibangun di atas tanah wakaf. Selain asset seperti ini, sekitar 45ribu bisa diproduktifkan. sekitar 2.000 titik sudah diproduktifkan,” papar Kamaruddin Amin.
“Kita sudah ada RS Mata di Provinsi Banten, sudah ada puluhan ribu masyarakat yang kita obati. Ini baru satu, kita ingin punya 1.000 RS. Kita terus kembangkan praktik baik ini di Indonesia,” terang Kamaruddin Amin.
Selain aset, wakaf tunia atau wakaf uang di Indonesia potensinya juga sangat besar, mencapai Rp181 Triliun per tahun. Sementara saat ini yang berhasil dikumpulkan baru Rp3,5 Triliun.
“Tantangan dan sekaligus peluangnya dan cukup menjanjikan, adalah mengkapitalisasi potensi dahsyat ini. Kami di BWI dan Kementerian Agama sedang memulai, mengajak seluruh ASN Kemenag untuk berwakaf. Mulai 1.000, 10.000, hingga 100.000 dan tidak terbatas jumlahnya,” kata Kamaruddin Amin.
Stakeholders Kemenag, kata Kamaruddin, juga sangat besar. Ada sekitar 400 ribu pegawai Kemenag, 1 juta guru, 12 juta siswa, dan 5 juta santri. Ini belum menghitung ormas, masjelis taklim, hingga total stakeholdersnya bisa mencapai 28 juta. Kemenag dan BWI terus mengambil langkah-langkah teknis untuk mengajak mereka agar mereka bisa menjadi berwakaf.
“Kita bayangkan, kalau kita semua berwakaf Rp 10 ribu saja perbulan, dengan 200 juta umat Islam, saya kira jumlahnya sungguh angat luar biasa. Wakaf ini harus menjadi instrument mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Instrument wakaf ini jika dikapitalisasi dengan baik, tidak ada orang miskin di Indonesia,” papar Kamaruddin Amin.
Kamaruddin Amin sangat optimis, akan terjadi transformasi fundamental terkait perwakafan di Indonesia. Dia berharap semua pihak saling mendukung untuk meningkatkan wakaf tunai. Bahkan, Kamaruddin Amin juga melaporkan kepada Ketua MPR, telah berencana merevisi UU No 14 tahun 2014 tentang Badan Wakaf.
“Paling lambat akhir bulan ini kita kirim ke DPR. Rrevisi UU Wakaf menjadi instrumental untuk meningkatkan pwrwakafan di Indonesia. Kita berharap, di masa mendatang, wakaf menjadi instumental untuk meningkatkan perwakafan kita di Indonesia. Kami dari BWI, mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah mendukung. Dengan berwakaf, kita lebih berdaya dimasa depan,” tandas Kamaruddin Amin.