Jumat, 1 Agustus, 2025

Dialog Ormas Islam, Guru Besar UIN Jakarta Ungkap 3 Strategi Hadapi Geopolitik

MONITOR, Jakarta – Pengamat komunikasi politik Gun Gun Heryanto memasarkan tiga strategi utama yang perlu diadopsi organisasi masyarakat (ormas) Islam dalam menghadapi dinamika geopolitik dan perubahan struktur kekuasaan global. Strategi tersebut mencakup penguasaan narasi, pengelolaan simbolik, dan tata kelola komunitas.

Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber dalam kegiatan Dialog Ormas Islam dan Organisasi Kepemudaan Islam Tingkat Nasional yang digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama RI di Auditorium HM. Rasjidi, Jakarta, Rabu (30/7/2025).

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menekankan bahwa pertarungan politik hari ini tidak lagi bersifat fisik atau struktural semata, melainkan terjadi dalam bentuk kontestasi narasi dan kesadaran kolektif.

“Pertarungan hari ini ditentukan oleh tiga hal: narasi, simbolik pemaknaan, dan pengelolaan komunitas. Jika ormas Islam tidak masuk ke ruang itu, maka akan terus tertinggal,” ujarnya di hadapan ratusan peserta dari berbagai ormas keagamaan dan Organisasi Kepemudaan Islam.

- Advertisement -

Menurutnya, penguasaan narasi menjadi kunci utama dalam membentuk opini publik dan arah kebijakan negara. Di era digital, siapa yang menguasai narasi, dialah yang menguasai realitas sosial. Ormas Islam, kata dia, harus tampil sebagai produsen narasi, bukan sekadar konsumen.

Faktor kedua adalah simbolik pemaknaan atau shared group consciousness. Gun Gun menjelaskan bahwa simbol-simbol publik, baik tokoh, istilah, maupun ritual, memiliki kekuatan besar dalam menciptakan kesadaran bersama. “Siapa yang menjadi ‘fantasier’ dalam imajinasi publik, akan memengaruhi arah berpikir komunitas,” terangnya.

Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute itu melanjutkan, strategi ketiga adalah CPF atau Community and Privacy Management. Dalam konteks ini, ormas perlu mampu membina komunitas secara berkelanjutan dan mengelola ruang privasi agar tetap relevan, adaptif, dan tak mudah terpecah.

Gun Gun juga mengingatkan pentingnya shared understanding antarormas. “Kalau masing-masing hanya bicara pada diri sendiri dan terus membawa ego sektoral, mustahil kita bisa membangun kekuatan kolektif umat,” ucapnya.

Ia mengungkapkan lemahnya voice of the voiceless, suara dari kelompok marginal dan non-dominan yang seharusnya bisa diperjuangkan oleh ormas Islam. “Jika suara alternatif itu lemah, maka yang dominan adalah suara pragmatis dan kekuasaan. Ini berbahaya bagi demokrasi,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Gun Gun juga mengkritik munculnya budaya yes-man di internal organisasi. Ia menyebut hal ini sebagai akibat dari fenomena groupthink, yaitu keengganan berbeda pendapat demi menjaga harmoni semu. “Kita butuh organisasi yang kritis, bukan penurut,” tegasnya.

Ormas Islam, tambahnya, sejatinya adalah inkubator strategis untuk melahirkan sumber daya manusia unggul. Namun jika mentalitas ikut arus terus dominan, maka ormas gagal menyiapkan kader untuk mengisi posisi strategis bangsa.

Ia mendorong ormas dan OKP Islam untuk tidak sekadar menjadi alat konsumsi elektoral jangka pendek. “Tugas kita bukan mendekati kekuasaan demi posisi, tapi menjaga bangsa ini tetap waras, jujur, dan bermartabat melalui narasi kebenaran,” tandasnya.

Kegiatan ini turut dihadiri Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Wakil Menteri Agama Romo R. Muhammad Syafi’i. Hadir pula Staf Khusus Menteri Agama, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Abu Rokhmad, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Suparman, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Jeane Marie Tulung, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu I Nengah Duija, serta Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi.

Selain itu, hadir pula Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Ali Ramdhani, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi, Sekretaris Ditjen Bimas Islam Muhammad Adib, serta Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi dan Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Arsad Hidayat.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER