MONITOR, Jakarta – Anggota Komisi VIII DPR RI, Selly Andriany Gantina menyayangkan aksi perusakan terhadap rumah doa jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Padang, Sumatera Barat, saat kegiatan keagamaan dan pendidikan anak-anak tengah berlangsung. Ia meminta ada penindakan terhadap aksi intoleransi yang berbau anarkis itu.
Menurut Selly, kejadian ini tidak hanya menyentuh aspek hukum, tetapi juga menggugah nurani dan menantang nilai-nilai kebangsaan yang telah dibangun seluruh warga negara.
“Kita semua memahami bahwa Indonesia berdiri di atas prinsip kebhinekaan, menjunjung tinggi toleransi, dan menjamin kebebasan setiap warga negara untuk beribadah menurut agama dan keyakinannya,” kata Selly, Rabu (30/7/2025).
“Karena itu, saya mendorong aparat penegak hukum untuk bertindak cepat, adil, dan bijaksana dalam menangani kasus ini,” sambungnya.
Seperti diberitakan, puluhan warga menggeruduk dan merusak sebuah rumah yang dijadikan sebagai rumah doa bagi Jemaat Kristen di RT 03/09 Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah Padang, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Minggu (27/7) petang.
Dalam sebuah video yang viral di media sosial, sejumlah orang membubarkan ibadah jemaah Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Padang, Sumatera Barat di dalam rumah tersebut sambil membawa kayu dan merusak kursi dan kaca. Nampak jemaah berlarian, bahkan beberapa anak-anak dari Rumah Doa itu juga menangis.
Rumah yang menjadi sasaran amuk massa ini terdiri dari dua petak rumah. Dalam salah satu petak terlihat jejeran kursi, meja dan sebuah mimbar untuk pendeta berceramah.
Pasca kejadian tersebut, Polda Sumbar langsung turun tangan dengan mendatangi lokasi dan mengamankan TKP. Wakapolda Sumbar, Brigjen Solihin menegaskan pihaknya akan menindak para pelaku meski belum ada laporan ke pihak kepolisian.
“Negara harus hadir secara tegas dalam menjamin keamanan tempat ibadah dan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat, khususnya anak-anak yang turut menjadi korban dalam peristiwa ini,” sebut Selly.
Anggota komisi DPR RI yang membidangi urusan agama, sosial dan perlindungan anak itu pun mengajak seluruh pihak untuk menahan diri dan tidak terprovokasi ketika melihat kegiatan yang tak biasa di wilayahnya. Selly juga mengajak masyarakat di daerah, tokoh agama, serta para pemangku kepentingan, untuk bersama-sama menjaga ruang damai antarumat beragama.
“Kita harus senantiasa merawat keberagaman dengan sikap saling menghormati dan saling menjaga,” ungkap mantan Wakil Bupati Cirebon itu.
Selly menilai, kejadian ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa harmoni sosial tidak terjadi begitu saja, melainkan perlu terus dibangun melalui dialog, edukasi, dan komitmen kolektif untuk menjaga ruang-ruang hidup bersama.
“Negara tidak boleh hanya hadir saat terjadi konflik, tetapi juga harus aktif menciptakan suasana inklusif dan aman bagi seluruh umat beragama,” ucap Selly.
Apalagi, tambah Selly, pembubaran kegiatan dan perusakan rumah doa umat kristiani ini bukan terjadi pertama kali. Sebelumnya aksi serupa juga terjadi di Cidahu, Sukabumi akhir Juni lalu.
“Perlu ditegaskan pula bahwa kekerasan terhadap rumah ibadah agama lain bukanlah kejadian yang pertama. Ini adalah pekerjaan rumah bersama kita sebagai bangsa,” tutur Legislator dari Dapil Jawa Barat VIII itu.
Selly menyebut, sudah saatnya semua warga negara Indonesia untuk memperkuat kembali nilai-nilai pluralitas dan keberagaman sebagai kekayaan, bukan ancaman. Ia juga meminta para pemimpin dan seluruh stakeholder bangsa untuk mampu bersikap bijak dan tidak mudah terpancing oleh provokasi.
“Serta bersama-sama memperkuat komitmen kebangsaan yang menjamin rasa aman dan adil bagi semua warga negara, tanpa terkecuali,” imbau Selly.
Selly pun berharap, para korban, terutama anak-anak yang terluka agar segera pulih baik secara fisik maupun batin. “Dan semoga kejadian serupa tidak lagi terulang di tanah air yang kita cintai,” pungkasnya.