MONITOR – Pakar Kelautan, Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Prof. Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa Indonesia bisa sejahtera dengan memaksimalkan 11 sektor ekonomi maritim yang jika dikelola secara profesional berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan etika, dapat menghasilkan hingga 1,4 triliun USD per tahun serta menyerap 40 juta tenaga kerja.
“Saya selalu bilang, bangsa ini bisa sejahtera dari laut. Tapi syaratnya jelas: tata kelola yang profesional, penggunaan teknologi, dan penguatan SDM melalui pendidikan,” katanya dikutip dari podcast Sinikhbar: Islam Bahari ala Rokhmin Dahuri di channel youtube IKHBAR TV, Minggu (27/7).
Rektor Universitas UMMI Bogor itu, memaparkan visi strategisnya terkait kebangkitan sektor maritim Indonesia dimana Prof. Rokhmin menyoroti potensi besar laut Indonesia, tantangan pengelolaan sumber daya kelautan, serta pentingnya pendidikan dan etos kerja yang dilandasi nilai-nilai spiritualitas.
Pada kesempatan itu, guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu menyoroti praktik overfishing di wilayah Pantura dan masih dominannya metode penangkapan tradisional. Ia menyebut pentingnya modernisasi sektor kelautan dan perikanan dengan mencontohkan kesuksesan industri salmon Norwegia yang mampu memadukan riset, teknologi, dan manajemen profesional.
Dalam kesempatan itu, Prof. Rokhmin juga mengkritisi rendahnya budaya literasi di Indonesia. Padahal, ia menekankan bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan, dan ayat pertama dalam Al-Qur’an sendiri adalah “Iqra” (bacalah). Ia mengusulkan pendidikan kelautan masuk sejak usia dini guna menumbuhkan semangat maritim di kalangan generasi muda.
Tak hanya soal teknis dan strategi, Prof. Rokhmin juga membagikan filosofi hidupnya. Ia menyampaikan bahwa semangat untuk terus belajar, bekerja dengan cinta, serta menjaga hubungan spiritual dengan Allah adalah kunci konsistensinya dalam berkarya.
“Kalau kita bekerja dengan ikhlas dan ilmu, insya Allah keberkahan dan manfaatnya luas,” ujarnya.
Dalam konteks kebangsaan, Prof. Rokhmin mengajak semua pihak untuk mengedepankan kolaborasi. Ia menekankan pentingnya persatuan umat dan kerja sama lintas golongan untuk mempercepat pembangunan nasional.
Menanggapi program Tol Laut, Prof. Rokhmin memberikan pandangan kritis. Ia menilai bahwa program ini belum menyentuh akar permasalahan, yaitu ketimpangan pembangunan industri antarwilayah.
> “Kita tidak bisa bicara logistik murah kalau pusat produksi masih terkonsentrasi di Jawa,” katanya.
Sebagai penutup, ia mengajak generasi muda untuk belajar dari karakter laut yang luas, dalam, dinamis, terbuka, dan penuh manfaat.
“Jadilah seperti laut: terus bergerak, bermanfaat, dan tidak mudah dipecah-belah,” pungkasnya.