MONITOR, Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus mempercepat pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air guna mendukung Visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam mencapai swasembada pangan, energi, dan ketahanan air nasional. Salah satu proyek strategis yang menjadi fokus pemerintah adalah melanjutkan pembangunan Bendungan Jenelata di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Bendungan Jenelata merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang masuk dalam prioritas pemerintahan Presiden Prabowo. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 223,6 juta m³ dan luas genangan mencapai 1.220 hektare yang berpotensi untuk mendukung pengairan irigasi pertanian hingga 25.783 hektare.

“Dengan selesainya pembangunan fisik bendungan, fokus selanjutnya adalah percepatan pengembangan jaringan irigasi teknis. Ini penting untuk mendukung produktivitas pertanian dan meningkatkan jumlah masa panen bagi petani,” ujar Menteri PU Dody Hanggodo.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah lumbung pangan nasional. Dengan keberadaan Bendungan Jenelata, Kementerian PU memproyeksikan pasokan air irigasi untuk wilayah pertanian di Kabupaten Gowa akan bertambah, sehingga memungkinkan petani untuk meningkatkan frekuensi panen dari satu menjadi dua atau bahkan tiga kali setahun.
Sistem jaringan irigasi teknis yang bersumber dari Bendungan Jenelata akan didistribusikan melalui Daerah Irigasi (DI) Bili-bili seluas 2.443 ha, DI Bissua seluas 12.793 ha, dan DI Kampili seluas 10.547 ha. Sistem irigasi ini diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman antara 276% hingga 300% dengan pola tanam Padi – Padi – Palawija.
Selain irigasi, Bendungan Jenelata juga dirancang dapat memberi manfaat untuk menambah cadangan tampungan air dalam rangka menjamin keberlanjutan suplai air baku di Kabupaten Gowa dan sekitarnya. Bendungan yang didesain dengan tipe konstruksi Concrete Face Rockfill Dam (CFRD) setinggi 62,8 meter ini dapat menyediakan air baku sebesar 6,05 m³/detik untuk memenuhi kebutuhan air domestik, industri, pabrik gula, Intake Sungguminasa, termasuk lahan pertanian tebu di Takalar.

Bendungan Jenelata juga memiliki fungsi utama sebagai pengendali banjir Sungai Jenelata dengan menurunkan debit banjir dari 1.800 m³/detik menjadi 686 m³/detik. Keberadaan Bendungan Jenelata akan membantu mengoptimalkan pengendalian banjir, khususnya di Kota Makassar yang selama ini hanya mengandalkan Bendungan Bili-Bili berkapasitas 375 juta m3, dengan efektivitas pengendalian banjir hingga 50 tahun ke depan.
Bendungan Bili-Bili yang dibangun sejak tahun 1997 dinilai sudah tidak memadai untuk menampung air sebagai pengendalian banjir ketika curah hujan besar. Oleh karena itu, Bendungan Jenelata dimanfaatkan untuk menahan luapan air Sungai Jenelata yang berhilir ke Sungai Jeneberang, sehingga dapat membantu Bendungan Bili-Bili yang juga membendung hulu Sungai Jeneberang.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang Heriantono Waluyadi mengatakan, Bendungan Jenelata juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan berkapasitas 7 Mega Watt. Selain itu juga potensi sebagai destinasi wisata berbasis air dan kuliner yang sejalan dengan pengembangan kawasan berbasis ekonomi lokal. “Tercatat hingga 23 Juli 2025, progres konstruksi Bendungan Jenelata telah mencapai 13,9% dan ditargetkan rampung pada tahun 2028,” kata Heriantono.
Pembangunan Bendungan Jenelata bersumber dari kombinasi APBN sebesar 15% dan loan dari Export Import Bank of China atau Cexim Bank Tiongkok sebesar 85% dengan total anggaran sebesar Rp4,15 triliun.
Bendungan Jenelata juga masuk dalam alokasi anggaran Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PU pada Tahun Anggaran 2026 untuk penyelesaian 15 bendungan on-going atau sudah konstruksi. Penyelesaian Bendungan Jenelata merupakan bagian dari upaya Kementerian PU dalam mendukung swasembada pangan nasional, memperkuat ketahanan air, serta mempercepat pemerataan kesejahteraan di kawasan lumbung pangan strategis Provinsi Sulawesi Selatan.