INTERNASIONAL

Minyak Atsiri Indonesia Menduduki Peringkat ke-8 Dunia

MONITOR, Jakarta – Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan industri minyak atsiri, karena didukung dengan kekayaan hayati yang melimpah dan warisan pengetahuan lokal yang telah terbentuk selama berabad-abad. Dari 97 jenis tanaman atsiri yang dikenal di dunia, sekitar 40 jenis tumbuh subur di Indonesia, dan setidaknya 25 jenis telah dibudidayakan secara komersial seperti nilam, sereh wangi, cengkeh, pala, hingga kenanga.

“Keanekaragaman ini menjadi modal penting bagi Indonesia untuk tampil sebagai pemimpin global dalam industri minyak atsiri. Dengan dukungan kondisi agroklimat dan warisan budaya yang kuat, kita memiliki fondasi kokoh untuk membangun industri atsiri yang berdaya saing tinggi,” kata Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian, M. Rum mewakili Menteri Perindustrian pada pembukaan Aromatika Indofest 2025 di Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Pada tahun 2024, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia mencapai USD259,54 juta, dengan minyak nilam sebagai komoditas utama yang menyumbang 54 persen atau senilai USD141,32 juta. Produk atsiri lain seperti minyak cengkeh, pala, cendana, dan sereh wangi, juga turut menopang ekspor nasional.

Industri minyak atsiri ini tersebar luas di berbagai daerah dari Aceh hingga Papua, dengan didukung lebih dari 3.000 unit penyulingan, dan menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja, yang mayoritas digeluti oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM). Adapun total kapasitas produksi nasional mencapai 26.398 ton per tahun. “Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal pemberdayaan masyarakat,” tegas M. Rum.

Secara global, Indonesia menduduki peringkat ke-8 eksportir minyak atsiri dunia, dengan kontribusi sebesar 4,12 persen terhadap pasar global. Namun demikian, sebagian besar produk yang diekspor masih berupa bahan baku mentah. “Oleh karena itu, pentingnya penguatan hilirisasi sebagai strategi kunci untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri dalam negeri,” imbuhnya.

Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyampaikan, tren global saat ini menunjukkan peningkatan permintaan terhadap produk berbasis bahan alami dan berkelanjutan. Industri kosmetik alami, aromaterapi, pangan, hingga health and wellness menjadi pasar potensial yang terus tumbuh, dengan nilai pasar global yang meningkat 10 persen pada tahun 2024.

“Komoditas seperti nilam dan cengkeh dari Indonesia telah menjadi bagian penting dalam industri parfum dan gaya hidup sehat dunia,” ujarnya.

Namun demikian, tantangan masih dihadapi pelaku industri minyak atisiri dalam negeri, seperti terbatasnya diversifikasi produk hilir, ketersediaan bahan baku berstandar, akses pasar global yang terbatas, serta kebutuhan penguatan SDM.

Sebagai respons, Kemenperin terus menggulirkan berbagai kebijakan strategis, antara lain penetapan industri atsiri sebagai sektor prioritas dalam RIPIN, fasilitasi investasi dan hilirisasi melalui insentif fiscal, penyusunan regulasi mutu (SNI dan SKKNI), perbaikan rantai pasok dan pembuatan database atsiri nasional berbasis web, peningkatan branding dan promosi global, serta penguatan pendidikan vokasi dan pusat inovasi hilirisasi.

Salah satu langkah konkret adalah penyelenggaraan Aromatika Indofest 2025, yang berlangsung pada 9–11 Juli 2025. Mengusung tema “Aroma Nusantara: Wangi Alami, Karya Anak Negeri”, festival ini menghadirkan pameran produk atsiri dari hulu hingga hilir, talkshow, workshop, hingga kompetisi parfum berbasis bahan lokal.

“Aromatika Indofest bukan hanya ajang pameran, tetapi juga forum kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ekosistem industri atsiri nasional,” imbuh Putu.

Kemenperin mengajak seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pelaku usaha, peneliti, komunitas, hingga media untuk bersama-sama mendorong kemajuan industri atsiri Indonesia. “Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan Aromatika Indofest 2025. Semoga ajang ini menjadi momentum penting dalam memperkenalkan dan memajukan industri minyak atsiri Indonesia ke pasar global,” pungkas Putu.

Recent Posts

DPR Ungkap Kebijakan Jam Sekolah Lebih Pagi Harus Dibarengi Pendekatan Psikososial

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Arzeti Bilbina menanggapi kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov)…

45 menit yang lalu

Kemenperin dan PT IMIP Buka Kelas Beasiswa

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus menjalankan kebijakan hilirisasi industri karena berperan penting…

1 jam yang lalu

Kloter Terakhir Terbang dari Madinah, Ketua PPIH Bersyukur Fase Pemulangan Lancar

MONITOR, Madinah - Fase pemulangan jemaah haji Indonesia yang berangkat pada gelombang II dari Daerah…

2 jam yang lalu

Realisasi BOS Pesantren 2025 Capai Rp 196,8 Miliar

MONITOR, Jakarta - Penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk jenjang pendidikan pesantren tahun ini…

3 jam yang lalu

Tunjangan Guru PAI Non ASN Naik Rp500 Ribu, Pencairan Dirapel

MONITOR, Jakarta - Ada kabar baik dari Kementerian Agama untuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI)…

12 jam yang lalu

Bela Rakyat, DPR Akan Fasilitasi Penyelesaian Polemik Tutupnya Pusat Kebugaran yang Rugikan 1.000 Konsumen

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI, Rivqy Abdul Halim menyoroti polemik penutupan seluruh…

12 jam yang lalu