Sabtu, 7 Juni, 2025

Anis Matta: Ibadah Haji dan Kurban Mengandung Makna Mendalam Tentang Hidup dan Kehidupan

MONITOR, Jakarta – Jutaan jemaah haji pada Jumat (6/6/2025) berkumpul dan berdiri di Arafah untuk melaksanakan ritual haji yang paling sakral, yaitu melempar jumrah. Di saat yang bersamaan, umat muslim di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Adha 1446 H.

Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia sekaligus Wakil Menteri (Wamenlu) RI Anis Matta mengatakan, bahwa dalam ibadah haji dan kurban ada makna mendalam tentang hidup dan kehidupan manusia. 

Yakni tentang kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang tak sekadar menggambarkan ujian tentang cinta dan pengorbanan, tetapi juga soal patahan hidup serta penciptaan sebab-sebab dan sumber-sumber kehidupan.

“Setiap insan pasti akan mengalami patahan-patahan hidup. Namun, seperti halnya kisah Ibrahim dan Ismail, patahan hidup ini sejatinya menguji kapasitas dan ketegaran setiap orang itu dalam menyikapi hidup dan kehidupan,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Sabtu (7/6/2025).

- Advertisement -

Hal itu disampaikan Anis Matta dalam Perspektif Anis Matta dengan tema ‘Makna Haji dan Kurban : Patahan Hidup dan Sumber Kehidupan, yang ditayangkan di kanal YouTube Gelora TV, Jumat (6/6/2025).

Menurut Anis Matta, haji dan kurban adalah napak tilas atas kisah panjang sarat makna soal usaha dan upaya manusia untuk melompati patahan hidup, yang berujung pada terciptanya sebab-sebab dan sumber-sumber kehidupan.

Anis Matta mengurai kisah Ibrahim dan Ismail dalam perspektif makna soal hidup, kehidupan, patahan hidup, pengorbanan besar, serta terciptanya sebab-sebab dan sumber-sumber kehidupan ini.

“Kita harus meyakini satu makna, bahwa berkorban lebih besar supaya kita menciptakan sebab-sebab sumber-sumber kehidupan yang lebih besar,” ujarnya.

Seperti terjadi dalam peristiwa inti dalam haji dimana ketika Ibrahim mengajak istrinya Hajar dan anaknya, Ismail ke satu gurun yang tandus, tidak ada tumbuhan atau tanda-tanda kehidupan. “Itu maknanya tidak ada sebab-sebab kehidupan,” katanya.

Apalagi ketika sampai di gurun yang tandus, Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan istri dan anaknya. Ismail pun menangis, karena haus mau minum. Hajar lalu berlari-lari di gurun, dari Shafa ke Bukit Marwah bolak-balik 7 kali, untuk mencari air. 

Upaya Hajar mencari air di tengah gurun tandus ini seperti fatamorgana. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Sa’i dalam peristiwa haji. 

“Dari kaki Ismail kemudian datanglah Zamzam. Zamzam. Apa maknanya, air dan air maknanya, sumber kehidupan,” ujar Anis Matta.

Adapun hikmah yang bisa diambil untuk mendapatkan Zamzam, kata Anis Matta, harus ada Sa’i. “Jadi orang harus bekerja keras untuk menciptakan sebab-sebab kehidupan dan sumber-sumber kehidupan. Itulah Zamzam yang sampai sekarang airnya tidak putus-putus kita minum,” katanya.

Zamzam itu, pada akhirnya telah menciptakan sumber-sumber kehidupan di gurun tersebut, seperti mulai tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, karena adanya air. 

“Itu yang kita maksud, bahwa semua perjuangan Nabi Ibrahim ini berujung legasi besar yang bisa kita sederhanakan dalam kalimat, yakni menciptakan sebab-sebab kehidupan dan sumber-sumber kehidupan,” jelas Anis Matta.

Selanjutnya, dalam pengorbanan Nabi Ismail dinilai juga sebagai ujian terbesar keimanan bagi Nabi Ibrahim, karena anaknya yang sebelumnya ditinggalkan di jazirah tandus, ketika remaja diperintahkan untuk disembelih.

“Yang kita pahami disini adalah penyembelihan dan ujian Nabi Ibrahim adalah ujian mengenai cinta. Kamu lebih mencintai siapa? Anak yang mulai tumbuh disuruh sembelih atau Allah SWT yang menciptakan anak itu,” papar Anis Matta.

Allah SWT, lanjut Anis Matta, ingin melihat cinta Nabi Ibrahim kepada-Nya, apakah jauh lebih besar daripada cintanya kepada anaknya, Ismail melalui ujian cinta ini.

“Tapi karena cinta ini, adalah sebab-sebab kehidupan. Maka Allah SWT mengubah Ismail dengan sembelihan. Dan bagi kita,  pengorbanan individu ini diubah sebagai syariat pengorbanan umat,” katanya.

Maknanya, sekali lagi adalah sebab-sebab dan sumber-sumber kehidupan,  yakni mesti ada pengorbanan yang besar dari umat kepada Allah SWT.

“Tidak akan ada kehidupan di jazirah itu, kalau Nabi Ibrahim  tidak ke sana, membawa anaknya, membawa istrinya dan menciptakan Zamzam. Perjalanan ke sana, Sa’i kemudian penyembelihan, adalah rangkaian pengorbanan besar untuk menciptakan sebab-sebab sumber-sumber kehidupan bagi orang banyak. Yakni perlu kerja keras dan pengorbanan untuk mendapatkan hasil yang besar,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER