Jumat, 6 Juni, 2025

Sikap DPR yang Perjuangkan Nasionalisme Lewat Siaran Gratis Timnas Dinilai Bentuk Keberpihakan Pada Rakyat

MONITOR, Jakarta – Anggota DPR menyoroti ironi antusiasme masyarakat Indonesia terhadap perjuangan Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang berhasil melaju ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, namun euforia itu dibayangi rasa kecewa publik akibat kebijakan komersialisasi siaran pertandingan Timnas Indonesia oleh pihak swasta yang mengenakan tarif berbayar. Sikap DPR dianggap sebagai keberpihakan kepada rakyat.

Pengamat Komunikasi Politik Ari Junaedi mengatakan, memang seharusnya siaran Timnas diberikan gratis apalagi dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit. Ia juga menilai antusiasme masyarakat merupakan hal yang harus diapresiasi sebagai bentuk nasionalisme.

“Menjadi kontroversial bahkan gugatan ketidakadilan di masyarakat ketika rasa nasionalisme dibenturkan dengan komersialisasi,” kata Ari Junaedi, Rabu (4/6/2025).

“Bayangkan saja di saat kesulitan kehidupan akibat serangkaian kebijakan pemerintahan yang tidak pro rakyat, maka rakyat begitu sensitif dengan hal-hal yang dikomersialkan,” imbuhnya.

- Advertisement -

Adapun, anggota Komisi VII DPR Tom Liwafa, menyampaikan protes terhadap live streaming yang berbayar untuk menonton pertandingan Timnas. Menurutnya lebih baik siaran laga Timnas Indonesia tidak dipungut biaya atau gratis.

Tom Liwafa juga menyebut seharusnya seluruh masyarakat Indonesia dapat mengakses pertandingan Timnas dengan mudah dan gratis. Hal ini menyangkut rasa nasionalisme.

Ari pun mengapresiasi suara dari DPR RI itu. Ia menggarisbawahi bahwa mayoritas penggemar sepak bola nasional adalah masyarakat kecil yang sedang berjuang secara ekonomi.

“Pengenaan tarif berbayar yang dikenakan pengelola TV swasta untuk acara pertandingan sepakbola Timnas Indonesia tentu saja begitu memberatkan penonton yang sebagian besar adalah masyarakat berpenghasilan minim,” ungkap Ari.

“Ingat pecinta dan penggila sepakbola itu adalah masyarakat kecil yang begitu kesusahan mencari pekerjaan saat ini. Akan sangat mendzolimi jika untuk nonton sepakbola yang menggugah nasionalisme mereka harus membayar,” tambah akademisi yang juga penggila sepakbola ini.

Langkah DPR yang menanggapi keresahan publik soal siaran berbayar pertandingan Timnas Indonesia, menurut Ari, patut mendapat perhatian. Apalagi, semangat nasionalisme yang semakin terpupuk lewat perjuangan Timnas di kualifikasi Piala Dunia 2026. Ia berpandangan sikap keberpihakan DPR menunjukkan komitmen untuk mendengar suara rakyat.

“Keberpihakan DPR untuk memastikan rakyat bisa mengakses siaran tanpa bayar adalah bentuk nyata membela kepentingan rakyat kecil sekaligus menjaga semangat kebangsaan,” sebut Ari.

Pengajar Pascasarjana London School of Public Relations (LSPR) tersebut mengatakan peran DPR sangat penting. Ari menilai, dukungan DPR itu sebagai penyambung lidah rakyat yang antusias dengan pertandingan Timnas.

“Peran DPR sangat krusial sebagai wakil yang memperjuangkan keadilan akses. Upaya agar siaran pertandingan bisa dinikmati secara gratis oleh seluruh lapisan masyarakat merupakan wujud konkret menjaga nilai-nilai nasionalisme,” jelasnya.

Seiring dengan suara masyarakat, Ari pun mendorong keterlibatan aktif DPR untuk memanggil pihak-pihak terkait dalam persoalan ini. Termasuk PSSI, operator siaran, serta pemilik hak siar, guna memberikan penjelasan terbuka dan transparan.

Menurut Ari, APBN sudah membiayai operasional PSSI sehingga sudah sewajarnya pertandingan Timnas diberikan gratis kepada masyarakat.

“Harusnya untuk merawat nilai-nilai patriotisme melalui kegiatan olahraga, negara harus hadir. APBN sudah mengcover pembiayaan PSSI, penonton yang memiliki kelebihan dana bisa hadir langsung di stadion tetapi keberpihakan terhadap rakyat kebanyakan yang hanya bisa melihat melalui layar kaca harusnya juga menjadi titik tolak keberpihakan,” papar Ari.

Lebih lanjut, Ari juga mendukung wacana bahwa jika stasiun TV swasta masih mengabaikan aspirasi rakyat, maka TVRI sebagai televisi publik milik negara, patut diprioritaskan sebagai penyedia hak siar resmi Timnas, tentunya dengan dukungan penuh dari pemerintah dan DPR RI.

“Para pemilik stasiun TV swasta pun selama ini sudah menikmati kue ekonomi nasional yang cukup besar, saatnya kini menyediakan tontonan gratis bagi rakyat Indonesia,” terangnya.

“Jika para pengelola stasiun TV swasta masih juga bertolak belakang dengan keinginan rakyat, saatnya TVRI -yang notabene milik negara- saja yang diberikan hak siar dan tentu saja dengan dukungan DPR dan Pemerintah,” sambung Ari.

Sebelumnya, Anggota DPR Tom Liwafa mengatakan lebih baik siaran laga Timnas Indonesia tidak dipungut biaya atau gratis. Ia tak ingin rasa nasionalisme harus ditunaikan dengan membayar sejumlah uang.

“Hal yang paling miris itu adalah sekarang menonton sepakbola saja bayar. Menonton pertandingan sepak bola di handphone aja bayar. Jiwa nasionalis kita tergerak lah untuk melihat ini semua,” kata Tom.

“Jangan nanti kemudian berbicara nasionalisme, nonton pertandingan Timnas Indonesia pun bayar. Mungkin ini (biaya straming) perlu dikaji ulang,” lanjutnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER