Kamis, 5 Juni, 2025

DPR Minta Pemerintah Rajin Sidak Pastikan Hewan Kurban Aman, Jangan Cuma Formalitas!

MONITOR, Jakarta – Anggota Komisi IV DPR Daniel Johan meminta masyarakat waspada terhadap maraknya penjualan sapi gelonggongan di tengah lonjakan permintaan hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha. Ia pun mendorong Pemerintah untuk meningkatkan edukasi mengenai hewan kurban dan menindak tegas penjual hewan kurban yang nakal.

Salah satu modus yang biasanya terjadi mendekati lebaran kurban adalah penjualan sapi gelonggongan, yakni sapi yang dipaksa minum air berlebih agar bobotnya tampak lebih berat saat ditimbang.

“Menjelang Hari Raya Idul Adha, lonjakan penjualan seperti sapi dan kambing membuka celah bagi praktik curang di lapangan. Praktik ini bukan hanya merugikan konsumen dari sisi ekonomi, tapi juga mengancam kesehatan publik,” kata Daniel Johan, Selasa (3/6/2025).

Daniel menilai Pemerintah Daerah (Pemda) belum cukup responsif menghadapi persoalan hewan kurban gelonggongan padahal fenomena semacam ini bukan hal baru dan selalu berulang setiap tahun.

- Advertisement -

“Pemda khususnya dinas peternakan dan dinas kesehatan hewan harus mengambil langkah konkret, dalam menghadapi praktik penipuan ini,” tegas Legislator dari Dapil Kalimantan Barat I itu.

Lebih lanjut, Daniel menyebut sapi gelonggongan bukan sekadar persoalan moral pedagang, tapi masalah sistem pengawasan. Terlebih hewan yang dipaksa minum air dalam jumlah besar mengalami stres metabolik dan kerusakan organ yang membuat dagingnya cepat rusak dan tidak layak konsumsi.

“Bagi anak-anak, lansia, atau mereka yang memiliki masalah kesehatan, mengonsumsi daging seperti ini berisiko tinggi menimbulkan gangguan pencernaan bahkan infeksi,” tutur Daniel.

Sebagai informasi, praktik gelonggongan sangat bertentangan dengan prinsip kesejahteraan hewan serta syariat penyembelihan dalam Islam. Menurut Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB), IPB University Dr drh Denny Widaya Lukman, praktik gelonggongan sangat menyiksa hewan sebelum disembelih.

Sapi gelonggongan biasanya diminumkan air secara paksa melalui mulut menggunakan selang 1-2 jam sebelum disembelih. Sehingga bobot daging sapi gelonggongan jadi meningkat hingga 20-40 persen.

Ciri-ciri sapi gelonggongan diantaranya perut tampak membesar, tampak lemah, bahkan sampai tidak bisa berdiri. Setelah disembelih, permukaan daging sapi gelonggongan akan tampak basah. Jika digantung, daging gelonggongan juga meneteskan sedikit air kendati sulit dicek secara kasat mata.

Namun, daging gelonggongan sulit diidentifikasi jika sudah dibekukan. Untuk itu, masyarakat disarankan memilih daging dalam kemasan berlabel sehingga kualitasnya lebih terjamin.

Adapun bahaya mengkonsumsi daging sapi gelonggongan, salah satunya berisiko menyebabkan keracunan. Sebab daging sapi gelonggongan memiliki kandungan air tinggi, cepat busuk, dan rentan terkontaminasi patogen, yaitu mikroorganisme seperti virus, bakteri dan jamur yang bisa menyebabkan infeksi dan penyakit.

Oleh karenanya, Daniel mendesak Pemerintah melakukan inspeksi mendadak (sidak) secara masif di lokasi-lokasi penjualan hewan kurban, terutama di titik-titik rawan di kota besar. Ia juga meminta Pemerintah melibatkan dokter hewan dan petugas kesehatan hewan, bukan hanya saat pemotongan tetapi sejak sebelum penjualan dilakukan.

Daniel juga mendesak penerapan sanksi tegas terhadap pihak-pihak yang melakukan praktik curang, termasuk pencabutan izin usaha dan pelaporan pidana sesuai UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

“Publikasi daftar pedagang resmi dan lokasi penjualan bersertifikat, agar masyarakat tidak terjebak membeli hewan dari sumber yang tidak terpercaya,” sebut Daniel.

Anggota Komisi DPR yang membidangi urusan peternakan itu pun mengingatkan pentingnya edukasi yang tidak boleh hanya bersifat simbolik. Daniel mengatakan, materi edukasi seputar bahaya daging gelonggongan harus dibawa langsung ke masjid, lingkungan RT/RW, panitia kurban, dan komunitas lokal.

“Gunakan kanal informasi yang mudah diakses media sosial, siaran radio lokal, hingga video pendek yang menarik,” ucapnya.

Daniel juga mendorong agar setiap lokasi penjualan hewan kurban wajib mengantongi sertifikasi dari dinas terkait, dan pemeriksaan kesehatan hewan harus menjadi prosedur standar menjelang hari raya besar.

Menurutnya, ibadah kurban tidak boleh dikotori oleh praktik culas yang mengorbankan kualitas dan keselamatan masyarakat. Ia juga mengingatkan agar sanitasi tempat penjualan dan penyembelihan hewan kurban harus menjadi perhatian.

“Petugas yang berwenang harus rajin turun ke lapangan mengecek kesehatan dan kelayakan hewan kurban. Termasuk kebersihan lokasi penjualan dan tempat penyembelihan. Ini harus dilakukan betul-betul, jangan cuma formalitas,” papar Daniel.

“Negara harus hadir, bukan hanya sebagai regulator di atas kertas, tetapi sebagai pelindung nyata dari praktik-praktik curang yang mengorbankan konsumen dan merusak makna ibadah,” tutupnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER