Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk mendukung pembangunan industri berbasis bambu secara terintegrasi, dari hulu hingga hilir. Tekad ini sejalan dengan visi industrialisasi nasional yang berkelanjutan dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.
“Industri bambu memiliki prospek besar dan keunikan tersendiri. Bambu bisa tumbuh di mana saja, namun tetap diperlukan teknik budidaya dan pemilihan jenis yang tepat agar menghasilkan bahan baku yang berkualitas,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada saat melakukan kunjungan kerja di Kabuyutan Bambu Muara Beres, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Senin (26/5/2025).
Menurut Menperin, bambu bukan hanya material yang fungsional, tetapi juga sarat akan nilai-nilai filosofi yang dalam. Hal ini menjadikan bambu sebagai salah satu sumber daya alam yang sangat potensial dikembangkan sebagai basis industri yang berdaya saing tinggi, terutama di sektor kerajinan, furnitur, konstruksi, hingga bioindustri.
Kemenperin juga telah menjalankan berbagai program strategis untuk mendukung pengembangan industri bambu nasional. Beberapa upayanya antara lain fasilitasi desain produk, bantuan peralatan produksi bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM), serta pelatihan sumber daya manusia melalui Bamboo Academy.
“Kami mendukung penuh terhadap pengembangan ekosistem industri bambu nasional melalui inisiatif Bamboo Academy,” ujarnya. Program ini diharapkan menjadi lokomotif pembangunan industri bambu yang terintegrasi dan berkelanjutan sehingga akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun demikian, Menperin juga menyampaikan, pembangunan industri bambu memiliki tantangan yang tidak ringan. “Sama seperti membangun sektor industri lainnya, kita menghadapi persoalan terkait bahan baku, kualitas, dan standardisasi produk. Tapi tantangan ini harus kita hadapi bersama dengan inovasi dan produktivitas yang berkelanjutan,” tegas Agus.
Untuk itu, Kemenperin berkomitmen mengawal seluruh tahapan pengembangan industri bambu secara menyeluruh dan berkelanjutan. Sinergi dengan para pemangku kepentingan, mulai dari komunitas bambu, lembaga riset, hingga sektor industri, menjadi kunci dalam mewujudkan ekosistem industri bambu yang tangguh dan berdaya saing global.
Terlebih lagi, Indonesia memiliki potensi sumber daya bambu yang sangat besar dan tersebar di berbagai daerah. Namun, pemanfaatannya perlu lebih dioptimalkan agar komoditas bambu ini bisa menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman jenis bambu terbanyak di dunia. Terdapat 162 jenis bambu di Indonesia, yang 124 di antaranya merupakan spesies asli Indonesia.
Menperin juga mengemukakan, dari sisi kawasan, Indonesia menduduki peringkat keenam dunia dalam hal luasan hutan bambu, yaitu mencapai 1,85 juta hektare. Ini merupakan kekuatan ekosistem yang sangat luar biasa, dan merupakan aset ekologis dan ekonomi yang tidak boleh kita abaikan.
“Untuk itulah, penting bagi saya untuk melakukan kunjungan di Kabuyutan Bambu Muara Beres ini, sebagai bagian dari upaya pemerintah membangun sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan yang memiliki misi dalam pembangunan industri bambu nasional,” ungkapnya.
Pengembangan industri bambu
Di samping itu, Kemenperin juga mendukung penuh peran dari Bamboo Academy sebagai motor penggerak lahirnya SDM unggul dan inovatif dalam industri bambu nasional. Program ini mencakup pelatihan teknis, penguatan rantai pasok, dan pengembangan produk bernilai tinggi agar industri bambu mampu bersaing secara global.
Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika menjelaskan, Kemenperin juga melakukan kurasi dan fasilitasi mitra dampingan bagi calon peserta Bamboo Academy yang tersebar di sektor hulu, antara, dan hilir. Program Bamboo Academy menargetkan pelatihan diikuti sebanyak 250 orang dalam waktu lima tahun. Para peserta tersebut berasal dari Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.
Adapun pelaksanaannya melalui program Master Bambu, dengan tujuan menghasilkan lulusan master hulu, antara dan hilir. Master bambu juga mampu melatih mitra bambu lainnya (Training of Trainer – ToT) sebanyak 50 orang. Lulusan Master Bambu akan dapat menjadi profesi Farmers Service Team dan Youth Program Entrepreneur. Selanjutnya, terdapat program Inkubasi Industri Berbasis Bambu. Para lulusan akan menghasilkan berbagai produk berbasis bambu sesuai kebutuhan perusahaan.
“Untuk memperkuat ekosistem ini, Kemenperin juga mendukung pembentukan Pusat Logistik Industri Bambu yang berlokasi di wilayah sumber bahan baku. Pusat logistik ini akan menjadi simpul distribusi bahan baku dan produk setengah jadi yang siap digunakan industri hilir,” ujar Putu.
Melalui pendekatan ekosistem hulu-hilir yang solid, serta didukung pelatihan dan logistik terintegrasi, industri bambu Indonesia akan mampu tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru yang ramah lingkungan dan berdaya saing global.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah kebijakan dan program strategis bagi upaya pengembangan industri kecil dan menengah (IKM), termasuk IKM sektor bambu. Di antaranya program e-Smart IKM yang mendorong pengrajin masuk ke pasar daring agar bisa menjangkau konsumen lebih luas, serta program pendampingan, pendidikan dan pelatihan terhadap IKM bambu.
Selanjutnya, memfasilitasi keikutsertaan pelaku IKM dalam berbagai pameran nasional dan internasional, seperti Inacraft dan Ambiente, untuk memperkenalkan produk furnitur, kerajinan dan home decor di pasar dunia. Upaya lainnya, koneksi antar pelaku usaha melalui workshop kemitraan dan temu bisnis. “Ini bertujuan untuk mempertemukan perajin dengan pelaku industri besar, dinas terkait, hingga pasar potensial lainnya,” ucap Dirjen IKMA.
Berikutnya, layanan sertifikasi untuk desain, kemasan, merek dagang, hak cipta, hingga paten dan desain industri. Bertujuan agar karya perajin tidak hanya diakui secara estetika, tetapi juga diakui secara hukum, sehingga pelaku usaha industri lebih percaya diri bersaing di pasar domestik dan pasar ekspor.
“Kami juga memiliki program restrukturisasi mesin dan peralatan, yaitu bantuan fasilitasi teknologi mesin/peralatan guna meningkatkan efisiensi dan kualitas hasil produksi. Selain itu, bimbingan teknis yang mencakup pelatihan keterampilan dan pengembangan desain produk dan kemasan, pendampingan untuk siap ekspor, serta pelatihan diversifikasi produk,” papar Reni.
Ada pula program Creative Center sebagai pusat layanan produksi dan inovasi di Sentra IKM. Salah satunya Balai Pemberdayaan Industri Kriya dan Fesyen (BCIC) berlokasi di Bali, yang saat ini menjadi pusat aktivitas pelatihan dan pengembangan produk kreatif, termasuk untuk sektor bambu.
Beri apresiasi
Menperin juga memberikan apresiasi terhadap model pembinaan di Kabuyutan Bambu Muara Beres, yang menggabungkan pendidikan karakter, pelatihan teknis, dan pendekatan spiritual. Ini jadi contoh nyata pendidikan vokasi yang kontekstual dan memberdayakan. “Saya yakin, para santri perajin bambu di sini tidak hanya belajar mengolah bambu, tapi juga menanamkan nilai-nilai kejujuran, ketekunan, dan cinta tanah air dalam setiap karya mereka,” tegasnya.
Di bawah binaan Jatnika Nanggamiharja, Kemenperin percaya produk bambu di tangan para santri akan menjadi simbol dari kekuatan, kelenturan, dan keberlanjutan. “Kemajuan industri bambu Indonesia membutuhkan sentuhan tangan para pengrajin dan industriawan yang berdedikasi tinggi dan terampil, yang mampu merubah bambu menjadi produk bernilai tambah tinggi, seperti furnitur, kerajinan tangan, hingga struktur bangunan ramah lingkungan yang diminati pasar global,” tutur Agus.
Menurutnya, Bambu Indonesia harus naik kelas, bukan hanya sebagai kerajinan tangan, tetapi sebagai produk gaya hidup berkelanjutan yang mendunia. “Untuk itu saya berharap Kabuyutan Bambu Muara Beres, ke depan dapat semakin bersinergi dengan pemerintah khususnya melalui Kemenperin dalam meningkatkan efektivitas berbagai program pengembangan industri bambu,” ujarnya.
Selain itu, Menperin mendorong Kabuyutan Bambu Muara Beres dapat terus menjadi Pusat Unggulan Industri Bambu Nasional (Center of Excellence), dengan memperkuat jejaring kerja sama, memperluas pelatihan bagi masyarakat, dan terus berinovasi dalam menciptakan produk bambu yang memiliki daya saing global.
“Kepada para santri perajin yang saya banggakan, saya berpesan jadilah pelopor perubahan, jadilah perajin masa depan yang tidak hanya mampu menghasilkan produk, tapi juga mewujudkan misi pemberdayaan masyarakat, memperkuat ekonomi bangsa, serta pelestarian budaya dan lingkungan hidup,” ungkap Agus.
Menperin meminta kepada para santri, apa yang mereka pelajari di Kabuyutan Bambu Muara Beres ini adalah bekal kehidupan yang luar biasa, dan kelak akan menjadi kontribusi nyata bagi Indonesia. “Yakinlah, produk bambu buatan kalian bisa bersaing di pasar global jika terus dikerjakan dengan ketekunan, profesionalitas, serta semangat cinta tanah air. Pemerintah siap mendukung langkah kalian, sejauh kalian siap untuk terus belajar dan bekerja keras,” pungkasnya.
MONITOR, Jakarta - Direktur Layanan Haji Dalam Negeri pada Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU)…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi X DPR RI MY Esti Wijayanti menyambut baik putusan…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani meresmikan patung Presiden pertama RI, Sukarno yang…
MONITOR, Lumajang - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Lumajang memberikan apresiasi tinggi kepada Gubernur…
MONITOR, Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman melepas ekspor produk…
MONITOR, Jakarta - Tim Pengawas (Timwas) DPR RI menyatakan keyakinannya bahwa penyelenggaraan ibadah haji 1446…