MONITOR, Jakarta – Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, memberikan apresiasi tinggi kepada Ustaz Adi Hidayat (UAH) sebagai ulama yang tidak hanya menguasai urusan akhirat, tetapi juga dunia, termasuk isu strategis seperti ketahanan pangan.
Pujian Prof. Rokhmin Dahuri terkait atas peran strategis UAH dalam memadukan nilai-nilai spiritual dan pembangunan nasional melalui Gerakan Indonesia Menanam (GERINA).
“Ustaz Adi Hidayat adalah seorang ulama yang menguasai dan menghayati hal-hal terkait urusan akhirat dan dunia, termasuk tentang pangan. Seorang ulama yang Islamnya kaffah, dan penyampaiannya sangat menyejukkan (rahmatan lil ‘alamin),” ujar Prof. Rokhmin, Jumat (25/4/2025).
Prof. Rokhmin menilai bahwa pendekatan UAH yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan aksi nyata di bidang pangan merupakan contoh konkret dari dakwah yang membumi dan berdampak luas. “GERINA bukan hanya gerakan menanam, tapi juga menanamkan semangat cinta tanah air, kemandirian, dan kolaborasi lintas sektor,” tambahnya.
Ustaz Adi Hidayat (UAH), ulama kenamaan yang dikenal dengan dakwah menyejukkan, kembali membuat gebrakan besar lewat peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (GERINA). Bukan sekadar ajakan bercocok tanam, Gerina adalah gerakan strategis nasional yang lahir dari keprihatinan akan krisis pangan global dan kerinduan pada Indonesia yang mandiri.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, GERINA diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih sejahtera.
GERINA yang diinisiasi oleh UAH, menjadi sorotan nasional setelah diluncurkan secara resmi oleh Presiden Prabowo Subianto di Banyuasin, Sumatera Selatan, pada Rabu (23/4). Gerakan ini sebagai langkah strategis untuk membangun kesadaran nasional menanam dan mewujudkan swasembada pangan sebagai pilar utama menuju Indonesia Emas 2045.
GERINA merupakan inisiatif kolektif yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif menanam komoditas pangan strategis seperti padi, jagung, dan singkong. Beliau menekankan bahwa ketahanan pangan tidak bisa diemban pemerintah sendirian, melainkan membutuhkan energi kolaborasi dari rakyat untuk mempercepat akselerasi.
UAH mengajak seluruh lapisan masyarakat, mulai dari petani hingga pelajar, untuk aktif menanam komoditas pangan strategis seperti padi, jagung, dan singkong.
“Ketahanan pangan tak bisa diemban pemerintah sendirian. Dibutuhkan energi kolaborasi dari rakyat untuk mempercepat akselerasi,” tegas UAH.
Gerakan ini tak lahir sembarangan. Sejak awal 2025, UAH menginisiasi diskusi lintas sektor dan melibatkan ulama, tokoh lintas agama, serta pemerintah. Tak berhenti di sana, ia dan timnya melakukan riset langsung ke Korea, Jepang, hingga Mesir untuk menyusun naskah akademik dan mencari teknologi pertanian berkelanjutan.
UAH juga menekankan, GERINA bukan bisnis, melainkan gerakan hati yang digerakkan oleh cinta pada Indonesia dan komitmen menuju Indonesia Emas 2045, seirama dengan visi Presiden Prabowo untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
“Kalau ingin Indonesia terang, kita mulai dari menanam. Dari tanah yang hijau, langit yang biru, dan hati yang bersatu,” tutup UAH dengan penuh semangat.