MONITOR, Jakarta – Serikat Karyawan Garuda Indonesia melayangkan protes keras terhadap manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Polemik tersebut muncul imbas keputusan direksi yang merekrut 14 mantan karyawan Lion Air.
Presiden Asosiasi Pilot Garuda yang juga Ketua Sekretariat Bersama, Capt. Ruli Wijaya menilai keputusan tersebut tidak transparan, berpotensi melanggar prinsip Good Corporate Governance (GCG), serta menimbulkan ketidakadilan bagi karyawan internal.
“Kami mempertanyakan dasar keputusan ini. Apakah benar-benar untuk kepentingan perusahaan atau ada agenda lain?” Ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu 19 Maret 2025.
Serikat karyawan mendesak direksi segera bertindak transparan dan menghentikan kebijakan yang berpotensi merusak stabilitas perusahaan.
“Garuda harus kembali kepada prinsip profesionalisme, bukan kepentingan kelompok tertentu, “tegas salah satu perwakilan serikat.
Serikat karyawan yang terdiri dari Asosiasi Pilot Garuda (APG), Serikat Karyawan Garuda Indonesia (SEKARGA), dan Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) menyatakan bahwa rekrutmen ini mengabaikan SDM internal yang telah lama mengabdi bagi perusahaan.
Pada 5 Maret 2025, serikat karyawan resmi mengirimkan surat kepada Direktur Utama Garuda
Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, menuntut agar 14 eks Lion Air tersebut dinonaktifkan. Namun, hingga saat ini tidak ada tanggapan dari manajemen.
Menurut serikat karyawan, rekrutmen ini tidak hanya dilakukan secara tertutup, tetapi juga menciptakan potensi konflik kepentingan.
“Selain memicu ketegangan internal, polemik ini juga berdampak langsung pada pasar. Pada 18 Maret 2025, saham Garuda Indonesia anjlok ke Rp 33 per lembar, level terendah dalam sejarahnya. Kepercayaan investor dan publik terhadap maskapai nasional ini semakin tergerus,” Imbuhnya.
Akankah manajemen Garuda memberikan klarifikasi dan meredakan gejolak ini? Ataukah polemik ini akan terus berlanjut dan semakin mengguncang stabilitas perusahaan? Semua pihak kini menanti keputusan manajemen Garuda Indonesia.