Rabu, 12 Maret, 2025

Direktur Diktis: Akademisi PTKI Harus Mampu Membuktikan Al-Quran Tidak Lekang Oleh Zaman

MONITOR, Palopo – Sebagai Umat Muslim memiliki keyakinan bahwa Al-Quran tidak lekang oleh zaman, dan sebagai akademisi di lingkungan Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) harus mampu menunjukkan bahwa Al-Quran terus relevan untuk segala waktu dan zaman.

Hal ini terungkap dalam agenda Tadarus Ramadhan dengan tema Membumikan Mahabatillah yang digelar oleh Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se Indonesia bersama Institut Agama Islam Negeri Palopo, Senin (11/3/2025).

Menyampaikan materi secara daring, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A menuturkan, mulai dari dosen hingga mahasiswa memiliki kewajiban untuk menunjukkan bahwa Al-Quran tidak akan lekang oleh zaman.

“Di satu sisi kita punya keyakinan, di sisi yang lain bahwa Al-Quran itu sudah diturunkan 14 abad yang lalu, bagaimana situasi sosial, situasi keagamaan, situasi politik, situasi apapun itu jelas berbeda dari apa yang kita dapati di masa sekarang. Maka pertanyaannya bagaimana kita menafsirkan Al-Quran, memahami dan menafsirkan pada masa sekarang ini? sehingga kemudian bisa menunjukkan bahwa Al-Quran itu tidak lekang oleh zaman,” tutur Prof Sahiron.

- Advertisement -

Lebih lanjut ia menekankan, pertanyaan tersebut lah yang harus secara bersama-sama sebagai akademisi PTKI untuk memikirkan jawabannya. Dalam hal ini Prof Sahiron menwarkan pendekatan Ma’na Cum Maghza.

Dimana Ma’na Cum Maghza merupakan hasi penggabungan sejumlah pemikiran mufasir moderen kontemporer yang dalam penggunaannya, terlebih dahulu seseorang harus menggali tiga hal, yang pertama ma’na al-tarikhi atau makna historis, yang kedua adalah al-maghza al-tarikhi atau pesan utama historisnya dan yang ketiga yakni mengembangkan signifikansi teks tersebut kedalam situasi kekinian, atau sesua waktu dan tempat atau yang disebut Al Maghza Al-Mutharrik Al-Mu’asir.

Hal ini juga, tutur Prof Sahiron, sesuai juga dengan pesan Menteri Agama RI Prof. Nasaruddin Umar di berbagai kesempatan, bahwa memahami teks keagamaan untuk menunjukkan bahwa Al-Quran adalah Rahmatan Lil Alamin.

“Pak Menteri sering sekali menyampaikan di dalam banyak kesempatan tentang Kurikulum Cinta, begitu juga dalam hal tafsir, itu koridornya harus rahmatan lil alamin,” tutur Prof Sahiron. (hans)

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER