MONITOR, Jakarta – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, Dwikorita Karnawati, mengikuti rapat koordinasi bencana hidrometeorologi yang diadakan di Sulawesi Selatan pada Kamis (2/1). Rapat tersebut bertujuan untuk memperkuat sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan berbagai instansi terkait dalam menghadapi potensi bencana alam, khususnya yang dipicu oleh cuaca ekstrem di wilayah tersebut.
Dalam paparannya, Dwikorita mengungkapkan, saat ini Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan, sedang menghadapi sejumlah fenomena cuaca yang dapat memicu bencana hidrometeorologi. Di antaranya adalah musim hujan yang diperkirakan mencapai puncaknya pada Januari dan Februari. “Kami minta semua pihak tetap waspada, terutama menghadapi potensi hujan lebat dan banjir yang dapat terjadi akibat cuaca ekstrem,” ujarnya.
Fenomena yang tengah terjadi, menurut BMKG, meliputi pengaruh monsun Asia yang membawa angin dan uap air, serta fenomena gelombang ekuator yang berpotensi memperburuk kondisi cuaca di Sulawesi Selatan. Suhu perairan yang semakin menghangat juga memperburuk pembentukan awan hujan, berisiko menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi, khususnya di wilayah seperti Makassar, Bone, dan sekitarnya.
Selain itu, BMKG juga mengingatkan masyarakat terkait dengan potensi gelombang tinggi di perairan Sulawesi Selatan yang dapat membahayakan nelayan. “Gelombang bisa mencapai satu setengah meter, terutama di Selat Makassar dan perairan sekitar Pulau Selayar. Kami harap para nelayan mempersiapkan diri dan menghindari kegiatan di laut saat kondisi buruk,” tambahnya.
Selama rapat koordinasi yang dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Dr. Pratikno, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemprov Sulawesi Selatan, DPRD, TNI, Polri, dan instansi lainnya, dibahas langkah-langkah antisipasi dan penanggulangan bencana hidrometeorologi. Salah satu langkah yang disarankan adalah penggunaan aplikasi BMKG untuk memperoleh informasi cuaca harian yang lebih tepat dan akurat.
BMKG juga mengingatkan pentingnya upaya mitigasi, seperti peringatan dini terkait cuaca ekstrem, serta penanggulangan banjir dan tanah longsor, terutama di daerah-daerah dengan potensi tinggi. Sejumlah daerah seperti Makassar, Maros, dan Bone telah dimasukkan dalam kategori siaga, di mana curah hujan diperkirakan mencapai 100 mm dalam satu hari, yang berpotensi menyebabkan banjir.
“Informasi tentang potensi cuaca ekstrem dan bencana bisa didapatkan melalui aplikasi BMKG yang dapat diunduh di ponsel. Dengan informasi yang cepat dan akurat, kita semua dapat lebih siap dalam menghadapi bencana,” kata Dwikorita.
Rapat koordinasi ini diakhiri dengan penekanan kepada seluruh pihak untuk menjaga kesiapsiagaan dan bekerja sama dalam mengurangi risiko bencana, serta menjaga keselamatan masyarakat Sulawesi Selatan di tengah tantangan cuaca ekstrem yang semakin kompleks.
Masyarakat juga diingatkan untuk tidak beraktivitas di luar ruangan ketika cuaca sedang buruk, terutama jika terjadi kilat atau petir. Keamanan individu harus menjadi prioritas utama saat kondisi cuaca memburuk.
MONITOR, Jakarta - Keputusan ini dibuat berdasarkan pertimbangan yang panjang dan matang serta evaluasi yang…
MONITOR, Depok - Kementerian Agama RI bersama Tim Terpadu Penertiban Lahan Kampus Universitas Islam Internasional…
MONITOR, Jakarta - Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar menekankan pentingnya peningkatan efisiensi dalam pengelolaan dana…
MONITOR, Jakarta - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan, sebagai kontraktor kontrak kerja sama…
MONITOR, Jakarta - Guru Besar Hukum Pidana Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Romli Atmasasmita, menilai bahwa…
MONITOR, Jatim - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono menegaskan bahwa investasi dalam sektor peternakan sapi…