MONITOR, Bogor – Menteri Agama RI Prof KH Nasaruddin Umar meresmikan operasional gedung Pusat Literasi Keagamaan Islam (PLKI) di Ciawi, Bogor, Jawa Barat Rabu 4 November 2024.
Dalam sambutannya, Nasaruddin Umar mengaku bangga atas kehadiran gedung megah yang menjadi tempat percetakan Al-Quran di Indonesia. Dengan adanya gedung PLKI itu, lanjut Menag, pemerintah kini memiliki tempat percetakan Al-Quran secara mandiri yang dapat mempermudah percetakan Al-Quran dan kitab suci umat lainnya.
Menag kemudian bercerita saat dirinya menjabat Dirjen Bimas Islam di Kemenag, beberapa tahun silam sebelum menjabat Wakil Menteri Agama RI 2011-2014. Menurut Prof Nasaruddin, saat itu jumlah Al-Quran yang dicetak masih sangat minim, sementara kebutuhannya lumayan tinggi.
“Waktu saya menjadi Dirjen Bimas Islam percetakan Al-Quran oleh Kemenag sekitar 200 ribu-an Al-Quran per tahun. Ya dipaksakan 300 ribu,” ucapnya.
Menag lalu meyampaikan pentingnya kehadiran PLKI sebagai tempat percetakan Al-Quran di Indonesia. Prof Nasar bercerita bahwa sebelum adanya percetakan Al-Quran milik Kemenag, pemerintah mencetak Al-Quran di pihak swasta.
Sayangnya, ucap Prof Nasar, proses percetakan Al-Quran di pabrik swasta, mereka terkesan tidak memperlakukan Al-Quran dengan tatakrama dan adab yang dijunjung orang Islam.
“Misalnya, mereka menjadikan lembaran Al-Quran sebagai tangga yang diinjak. Kemudian, pegawai perempuannya memakai celana pendek sambil ketawa-ketawa,” tuturnya.
Karena itu, kata Prof Nasar, dengan adanya pabrik sendiri, Kemenag bisa leluasa memproduksi Al-Quran dengan tata krama dan adab sebagaimana yang dianjurkan oleh agama, termasuk para pegawainya yang harus sopan dan suci. Misalnya, bagi pegawai perempuan yang haid, sebaiknya diliburkan dulu tidak memgang lembaran Al-Quran.
“Mungkin karena latar belakang saya dari Ulumul Quran. Saya cukup memperhatikan ini. Sebab misalnya di suku Bugis itu, ketika melihat robekan Al-Quran itu dicium, ditaruh di tempat tinggi. Begitu sucinya Al-Quran,” ujar Menag.
Sementara itu, Dirjen Bimas Islam Prof Kamaruddin Amin mengatakan, upaya membangun tempat percetakan Al-Quran sendiri sudah dilakukan sejak beberapa tahun silam.
Bahkan, saat itu pihaknya sudah membuat proposal ke Kedutaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Namun, pihak kedutaan meminta syarat diadakan tanah 10 hektare. Upaya itu pun gagal.
“Dulu kita memiliki percetakan Al-Quran yang tidak representatif. Kami mencoba buat proposal mengajak kerja sama Saudi dan Emirat Arab tapi tidak membuahkan hasil,” ujarnya.
Prof Kamaruddin mengungkapkan, setelah upaya kerja sama dengan Arab Saudi dan UEA gagal, pihaknya terus bekerja keras agar PLKI mampu dibangun dengan APBN. Karenanya, Kemenag berkonsultasi secara intensif dengan Bappenas.
“Kami meyakinkan Bappenas, akhirnya bisa. Kita ucapkan terima kasih ke Bapennas,” ujarnya.
Ia menyebut, gedung itu hanya dibangun selama 2 tahun yakni 2022-2024. Adapun total anggaran yang ditelan sebesar Rp239 miliar.
“Kami berkali-kali meyakinlan bahwa bangunan ini objek penting dan refresentatif, dan hasilnya kita lihat, tidak jauh dengan percetakan Al-Quran yang ada di Madinah,” pungkasnya.
Acara ini dihadiri oleh para pejabat tinggi di lingkungan Kemenag, perwakilan Bappenas, pimpinan Baznas dan mahasiswa dari berbagai pergurian tinggi di Bogor.
MONITOR, NTT - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto mendampingi Presiden Prabowo Subianto…
MONITOR, Jakarta - PT Pertamina (Persero) kembali menerima pembayaran dana kompensasi dari Pemerintah untuk penyaluran…
MONITOR, Bogor - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar, hari ini, Rabu (4/12/2024), meresmikan operasional Gedung…
MONITOR, Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan peninjauan…
MONITOR, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Subagyo, mengusulkan agar penelitian dan pengembangan…