NASIONAL

Pemikiran Bung Hatta Bapak Koperasi Indonesia!

MONITOR, Jakarta – Mohammad Hatta, salah satu tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia ini juga dikenal sebagai bapak koperasi Indonesia. Bung Hatta, panggilan akrab lelaku yang lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat ini didapuk menjadi Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung, Jawa Barat tanggal 17 Juli 1953.

Bung Hatta memiliki kesadaran akan pentingnya ekonomi saat ia menjadi Bendahara Jong Sumatranen Bond, sebuah organisasi pemuda yang terlibat dalam upaya kemerdekaan Indonesia. Saat menjadi bendahara, ia menyadari bahwa keuangan adalah hal yang penting bagi kelangsungan sebuah organisasi. 

Sumber keuangan yang berasal dari iuran atau sumbangan dari anggota akan lancar jika setiap anggota memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin. Ini yang kemudian menjadi cikal-bakal gaya koperasi ala Bung Hatta. 

Untuk semakin mempertebal keilmuannya dalam bidang ekonomi, Bung Hatta memilih melanjutkan studinya ke Handels Hogeschool yang kini dikenal sebagai Universitas Erasmus Rotterdam. Dari sanalah, ia menyadari jika perekonomian Indonesia belum dikelola dengan baik sehingga banyak rakyat yang menderita.

Saat menempuh pendidikan di Rotterdam, Bung Hatta menyempatkan diri pergi ke Denmark untuk melihat langsung dan belajar mengenai koperasi. Ia menilai konsep koperasi sangat cocok diterapkan di Indonesia, khususnya di desa-desa karena mengutamakan prinsip kebersamaan, gotong-royong, dan tolong-menolong. 

Koperasi juga selaras dengan gerakan kebangsaan Indonesia yang kala itu berada di bawah cengkeraman kolonial Belanda. Koperasi dinilainya bisa mendidik toleransi dan rasa tanggungjawab bersama. Menurut dia, koperasi bisa mendidik dan memperkuat demokrasi sebagai cita-cita bangsa.

Menurut Bung Hatta, untuk bisa berhasil koperasi harus berdiri di dua tiang, yaittu solidaritas (semangat setia bersekutu) dan individualitas (kesadaran akan harga diri sendiri alias sadar diri). Dua sifat ini harus melandasi gerakan koperasi. 

Anggota tak akan menemukan kepentingan bersama apabila koperasi tak dilandai semangat solidaritas. Dengan begitu, koperasi hanya dijadikan alat untuk mencapai keperluan pribadi.

Begitu pula dengan semangat individualitas. Seseorang tak akan memiliki semangat untuk membela keperluan hidupnya apabila tak punya semangat individualitas. Semangat berkoperasi pun akan nihil. 

Mereka yang tak punya semangat individualitas juga tak akan memiliki semangat untuk memperjuangkan hidupnya. Semangat individualitas juga akan menuntut tanggungjawab dan kejujuran. Semua itu diletakkan dalam kerangka kepentingan bersama. 

Meski begitu, Bung Hatta mengingatkan agar koperasi tetap diikat dengan peraturan-peraturan. Peraturan sangat dibutuhkan sebagai pijakan dan aturan main dalam menjalankan koperasi.

Recent Posts

PERSIS: Rekomendasi Mudzakarah Perhajian Perlu Disinkronkan dengan Keputusan Ijtima Ulama MUI

MONITOR, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam KH Jeje Zaenudin turut bicara terkait…

46 menit yang lalu

Menko Polkam Budi Gunawan: Kompolnas Akan Lebih Modern Sebagai Pengawas Polri

MONITOR, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Jenderal Polisi (Purn.) Budi Gunawan menerima…

56 menit yang lalu

Menaker Ajak Dunia Usaha Perkuat Kerja Sama Kembangkan Keterampilan Tenaga Kerja

MONITOR, Bekasi - Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengajak kalangan dunia usaha untuk terus memperkuat kerja sama,…

1 jam yang lalu

MITI Sarankan Prabowo Lakukan Revitalisasi Iptek Nasional

MONITOR, Jakarta - Menyikapi dinamika pembentukan kementerian bidang sains dan inovasi serta kelembagaan Iptek yang…

2 jam yang lalu

Kadin Umumkan Persiapan Munas Bersama Satu Kadin Indonesia

MONITOR, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengumumkan persiapan Musyawarah Nasional (Munas) Bersama…

2 jam yang lalu

Timnas Indonesia vs Jepang, Kevin Diks: Saya Tak Sabar

MONITOR, Jakarta - Pemain belakang Tim Nasional Indonesia, Kevin Diks Bakarbessy, telah tiba di Jakarta…

2 jam yang lalu