MONITOR, Jakarta – Tepat hari ini Jumat, 11 Oktober seluruh negara memperingati Hari Telur Sedunia (World Egg Day). Sejarah perayaan ini dimulai di Wina Austria pada tahun 1996 sebagai bentuk penghargaan terhadap bahan pangan berprotein tinggi untuk meningkatkan gizi masyarakat.
Peran Indonesia dalam konteks global sangat strategis terhadap penyediaan pangan hewani terutama asal unggas. Meski pangsa pasar telur konsumsi (table eggs) Indonesia baru menembus Timur Leste dan Singapura, proporsi produksi telur ayam ras Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah India. Ekspor table eggs tujuan Singapura sepaniang 2024 (Januari-September) sebanyak 38,36 juta butir setara 2,37 ribu ton atau senilai 4,44 juta USD dalam 118 kali pengiriman.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa komoditas unggas Indonesia telah mencapai swasembada dan berdaya saing hingga mampu ekspor ke berbagai negara.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan mencatat potensi produksi dan kebutuhan telur ayam ras hingga tahun 2029 menunjukkan trend peningkatan yang positif. Pada 2024, produksi telur diproyeksikan berada di angka 6,34 juta ton, sementara kebutuhan domestik diperkirakan mencapai 6,24 juta ton dan surplus kumulatif setahun sekitar 174 ribu ton.
Dalam rangka mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) tahun 2025-2029, Ditjen PKH Kementan telah menyusun peta jalan penyediaan dan kebutuhan telur ayam ras. Potensi produksi telur tahun 2025 sebanyak 6,94 juta ton dan tahun 2029 mencapai 7,81 juta ton, untuk penuhi kebutuhan reguler dan MBG masih suplus sebesar 4%.
Setiap tahunnya, surplus ini diprediksi akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi nasional. Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat posisi sebagai pemasok utama telur di Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, mengapresiasi pelaku usaha yang telah melakukan ekspor telur konsumsi tujuan Timor Leste dan Singapura. Menurut Agung, ekspor ini merupakan prestasi industri perunggasan dalam negeri yang telah dibangun dalam tata kelola good farming practices terstandar ASEAN. Agung menambahkan telur ayam ras yang diekspor terjaga higienitasnya, ukuran seragam, bebas salmonella dan bebas residu antibiotik sehingga terjamin keamaman pangannya.
“Melalui momentum hari telur sedunia ini, kami nilai industri unggas dalam negeri makin berdaya saing dan telah diakui oleh negara lain. Namun kami tetap memprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia”, ujarnya.
Ia menambahkan, ekspor telur konsumsi menjadi bukti sinergi yang kuat antara sektor swasta dan pemerintah dalam memperluas pasar internasional untuk produk peternakan Indonesia. Pemerintah juga mendorong pengembangan industri pengolahan telur berbasis UMKM, seperti produksi tepung telur, untuk memanfaatkan surplus produksi dan memperkuat daya saing. Inisiatif ini tak hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan menjaga stabilitas harga telur di pasar domestik.
Surplus ini memungkinkan Indonesia memperluas distribusi telur konsumsi dan olahan ke pasar-pasar internasional yang lebih jauh, memperkuat citra sebagai negara penghasil unggas berkualitas.
Indonesia kini bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga menancapkan eksistensi di pasar global. Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi sektor swasta, Indonesia terus bergerak maju dalam memantapkan industri telur dan unggas sebagai andalan ekonomi nasional yang kompetitif dan berkelanjutan.