Jumat, 22 November, 2024

Selamat Jalan Bang As’ad Sang Penolong dan Pribadi Hangat

Oleh: Ruchman Basori*


Bang As’ad, demikian kami adik-adik pergerakan memanggilnya. Bernama lengkap Prof. Dr. As’ad, MPd, Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Familiar disebut dengan nama Asad Isma. Pribadi yang suka menolong, hangat, suka bergaul dan toleran.

Saya merasa sok, mendapat kabar duka, dari Bu Fadilah Husain, Dekan FITK UIN Jambi melalui telp. dan WA dari Mas Jakfar Ahmad dan Muhammad Aziz Hakim. Sabtu siang, sekitar jam 14.05, saat saya di Bali bersama istri untuk sebuah kegiatan. Bang As’ad menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan kita semua, dunia yang fana ini. Masya Alloh, Abangku, begitu cepat kau meninggalkan kami-kami, adik-adikmu yang sering bercanda gurau.

Pertama kali bertemu dengan beliau, saat saya menjadi Kasi Kemahasiswaan pada Subdit Sarpras dan Kemahasiswaan, Diktis sekitar tahun 2016. Kelihatan sangar, agak menakutkan, karena tubuhnya besar dan nampak keseriusannya.

- Advertisement -

Waktu berlalu, sering bertemu di Subdit dan pertemuan formal Koordinasi Kopertais se-Indonesia. Hubungan kami semakin lengket, kuat dan produktif, terutama untuk memikirkan kebijakan dan program-program pengembangan PTKIS.

Untuk urusan PTKIS, dapat dikatakan Abang yang satu ini berada di garda terdepan, terutama nasib dan nasab PTKIS di Wilayah Jambi. Perjuangan beliau mendapatkan bantuan sarpras PTKIS, KIP Kuliah hingga kesempatan-kesempatan program pengembangan kemahasiswaan diperjuangankan dengan baik.

Studi S3-nya di UNJ relatif lama, seperti halnya aku. Mungkin itu yang menyebabkan tak kunjung menjadi profesor dan kesempatan jabatan di UIN STS Jambi. Hanya itu-itu saja, maksudnya menjadi Sekretaris Kopertais (SEKOPER) untuk beberapa periode. Dapat dikatakan sosok senior Ansor Jambi ini sebagai Pejuang PTKIS yang tangguh.

Jumat (27/09) malam saya diberi kabar oleh Sahabat M. Aziz Hakim dan Jakfar WR II IAIN Kerinci bahwa Bang As’ad Isma masuk Rumah Sakit di ICU, karena pembuluh darahnya terganaggu dan tak sadarkan diri. Saya terus berdoa untuk kesembuhannya.

Mengenalnya sebagai pribadi yang supel, mudah bergaul dan suka senyum dalam kondisi apapun. Beliau sering mengenalkan sahabat-sahabatnya kepada kami di Direktorat. Termasuk Prof. Suaidi Asyari dikenalkan kepada saya lengkap lengkip soal kapasitas intelektualnya, idiooginya, hingga kepemimpinanya. Kemudian Pak Suaidi menjadi Rektor UIN jambi dan Bang As’ad didaulat menjadi WR II.

Rasa hormatnya kepada senior dan pandainya meramut kader, menjadikan Bang As’ad didapuk untuk menjadi Calon Rektor pengganti Pak Suaidi. Dengan perjuangan yang berat dan ganjalan yang menghantam yang tidak ringan, akhirnya bisa melaju sebagai calon dan Gus Men Yaqut Cholil Qoumas, melantiknya menjadi Rektor UIN Jambi.

Dikenal sebagai pejuang pergerakan, baik pada saat di PMII dan juga di GP Ansor. Dipercaya menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Ansor Jambi. Relasi pergerakan telah menjadikannya tokoh yang tidak saja di Jambi tetapi mengisi ruang-ruang kader secara nasional, terutama dilingkungan Nahdliyyin.

Sang Penolong

Bang As’ad sangat hangat dalam berkawan. Saya yang beda generasi, dianggapnya penting dan berarti. Hampir sekat-sekat senior-yunior ambyar. Beliau yang memulai membangun komunikasi dengan hangat, akrab dan tanpa sekat.

Kehangatannya membangun persahabatan dan persaudaraan sehangat asap rokok yang mengepul, dari nyala rokok yang di isap tiap kali bertemu. Saat saya menikah pada 26 Januari 2024 lalu, dibawanya pasukan besar UIN Jambi ke Malang. Padahal saya hanya mengundang Bang As’ad saja, tetapi beliau ingin mengajak serta sahabat-sahabat lain.

Saat istri saya meninggal pada 27 September 2022, beliau memberikan perhatian yang besar. Menghiburku dan meneteskan air mata. Dengan mengendari mobil menempuh perjalanan panjang dari Jambi ke Brebes, dimana istri saya Laeliana Shofiati dikebumikan.

Sebuah keteladanan dari sosok senior yang lintas batas. Tidak hanya sahabat dan adik-adik idiologis dari Jambi yang diperhatikan, tetapi saya yang jauh dan belakangan baru dikenalnya juga mendapatkan perlakukan istimewa.

Bang As’ad juga kerap mendiskusikan problem-problem gerakan di Jambi. Bagimana meramut kader, memberikan ruang aktivitas hingga untuk mata pencaharian. Tidak pernah denganku memikirkan keluarganya, tetapi yang dipikirkan adalah kadernya.

Beliau menjadi katalisator yang baik, di tengah para senior yang alpha. Tidak takut di cerca dan difitnah. Beliau enteng saja mengatakan, “Mas Rohman kalau kita berjuang untuk orang lain, pasti Tuhan akan memikirkan kita”, demikian yang dikatakan kepadaku.

Budi baik, keteladanan dan jiwa penolongnya semoga menjadi bekal terbaik menghadap Tuhan. Kami dan sahabat-sahabat lain tentu bersaksi bahwa Bang As’ad adalah pribadi yang sangat baik. Menolong yang membutuhkan dan menjadi tauladan atas laku bijak seorang kader dan pemimpin.

Saya juga bersaksi Abangku ini, sebagai sosok pemaaf. Bukan pendendam. Beliau sangat elegen, menyikapi kadernya yang mengecewakan. Bahkan orang yang menyakitinya sekaplipun. Dia akan tetap merangkul para pembenci dan juga pengganjal karirnya. Malah yang marah adalah teman-temanya, bukan Bang As’ad.

Coretan singkat ini hanya secuil dari apa yang sebenarnya terjadi menjadi best story. Masih banyak hal yang tidak terungkap akan sosok Bang As’ad Isma yang aku kenal. Karena sulit saya ceritakan menjadikan saya menangis.

Hal lain yang bisa dilihat dari sosok intelektual dan akademisi UIN Jambi ini adalah perjuangannya dalam membangun harmoni, toleransi dan Moderasi Beragama. Diakhir hayatnya masih memimpin Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT).

Selamat jalan Sang Penolong dan Pribadi Yang Hangat. Surga insya Alloh tempatmu. Semoga keluarga Abang tabah dan sabar dan kami-kami para kader bisa melanjutkan perjuanganmu dengan mencontoh apa yang menjadikan Abang dinilai sebagai pribadi yang luhur. Wallahu a’lam bi al shawab.


*Penulis adalah Inspektur Wilayah II pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER