Minggu, 6 Oktober, 2024

Indonesia dan Korsel Bisa Jadi Role Model Pembangunan Ekonomi Biru

Hal tersebut disampaikan pakar kemaritiman Rokhmin Dahuri MS saat memberikan kuliah umum di Jeju National University (JNU), Korea Selatan pada Kamis (26/9/2024).

MONITOR – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS memberikan kuliah umum di Jeju National University (JNU), Republik Korea pada Kamis (26/9/2024). Dalam paparannya bertajuk “Deepening And Enhancinga Win-Win Cooperation Between South Korea And Indonesia In Education, Research, And Innovations Of Blue Economy”, eks Menteri Kelautan dan Perikanan itu mengatakan Korea Selatan dan Indonesia Bisa Jadi Role Model Pembangunan Ekonomi Biru.

Prof Rokhmin Dahuri yang juga Ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu berharap Indonesia dan Korea Selatan dapat terus perkuat kerjasama dalam pembangunan ekonomi biru (kelautan) untuk mewujudkan tatanan kehidupan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan.

Ekonomi kelautan atau ekonomi biru (Blue Economy) sendiri meliputi semua kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir dan lautan, dan di wilayah darat yang menggunakan bahan baku atau sumber daya alam yang berasal dari pesisir dan lautan. Ekonomi biru yakni kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir dan lautan, dan kegiatan ekonomi di darat (up land area) yang memanfaatkan sumber daya alam pesisir dan lautan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan umat manusia secara berkelanjutan.

Ekonomi Biru merupakan suatu konsep yang sangat penting. Pada dasarnya Ekonomi Biru merupakan penerapan Ekonomi Hijau di wilayah laut (in a Blue World) (UNEP, 2012). “Ekonomi Biru, menurut Uni Eropa berarti penggunaan laut dan sumber dayanya untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan,” terangnya.

- Advertisement -

Ekonomi biru didefinisikan sebagai model ekonomi yang menggunakan: (1) infrastruktur, teknologi, dan praktik hijau; (2) mekanisme pembiayaan yang inovatif dan inklusif; (3) dan pengaturan kelembagaan proaktif untuk memenuhi tujuan kembar melindungi pantai dan lautan, dan pada saat yang sama meningkatkan potensi kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, termasuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis (UNEP, 2012; PEMSEA, 2016).

“Kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir dan lautan, dan kegiatan ekonomi di darat (lahan atas)  yang menggunakan SDA dan jasa-jasa lingkungan kelautan untuk menghasilkan barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan umat manusia,” jelas Prof. Rokhmin Dahuri.

Menurutnya, potensi ekonomi biru (Blue Economy) Indonesia sangat besar dengan total potensi ekonomi sebelas sektor kelautan Indonesia: US$ 1,4 triliun/tahun atau 7 kali lipat APBN tahun 2022 (Rp 2.750 triliun = US$ 196 miliar) atau 1,2 PDB Nasional tahun 2022. “Blue Economy Indonesia bisa menyediakan lapangan kerja untuk  45 juta orang atau 30 persen  total angkatan kerja Indonesia,” ujarnya.

Namun, potensi yang amat besar itu belum dimaksimalkan. Sebagai contoh, kata Prof Rokhmin Dahuri, pada tahun 2018, kontribusi ekonomi kelautan terhadap PDB Indonesia berkisar 10,4%. “Negara lain yang potensi kelautannya lebih sedikit (seperti Thailand, Korea Selatan, Jepang, Maladewa, Norwegia, dan Islandia), memberikan kontribusi >30%,” paparnya.

Sampai saat ini, terangnya, laut dalam adalah ekosistem yang paling belum dieksplorasi di Bumi. Hanya 25% dasar laut dunia yang terpetakan dalam resolusi tinggi, dan 90% spesies laut masih belum terklasifikasi (tidak teridentifikasi).

Pada Konferensi Kelautan PBB pertama di tahun 2017, Koalisi Ilmuwan Internasional mengumumkan niatnya untuk menggunakan sonar multibeam guna menghasilkan peta dasar laut secara menyeluruh dan terperinci pada tahun 2030 (National Geographic, No.3, Volume 246, hal. 54).

Potensi pengembangan ekosistem laut dalam: perikanan laut dalam, akuakultur laut dalam, pertambangan laut dalam (gas serpih, gas hidrat, nodul mangan, dll.), industri air laut dalam. Total potensi ekonomi sebelas sektor Ekonomi Biru Indonesia: US$ 1,4 triliun/tahun atau 7 kali lipat APBN 2022 (Rp 2.750 triliun = US$ 196 miliar) atau 1,2 PDB Nasional tahun 2022.

Selanjutnya, Prof Rokhmin Dahuri mengatakan, untuk lapangan kerja 45 juta orang atau 30% total angkatan kerja Indonesia. Pada tahun 2018, kontribusi ekonomi kelautan terhadap PDB Indonesia sekitar 10,4%. Negara lain dengan potensi kelautan yang lebih kecil (seperti Thailand, Korea Selatan, Jepang, Maladewa, Norwegia, dan Islandia), berkontribusi kurang 30%.

Kontirbusi sektor perikanan 2,74% terhadap PDB hanya dihitung dari bahan baku (raw materials).  Bila dimasukkan produk olahannya (ikan kaleng, ikan fillet, bandeng presto, breaded shrimp, dan surimi-based products), kontribusinya sekitar 6% (Bappenas, 2014).

“Sebagai negara maritim dan agraris tropis terbesar di dunia, Indonesia sejatinya memiliki potensi sangat besar untuk berdaulat pangan, dan bahkan feeding the world (pengekspor pangan utama),” tegasnya.

Adapun Domain Bioteknologi Kelautan menurutnya meliputi; Pertama, ekstraksi senyawa bioaktif (bioactive compounds/natural products) dari biota perairan untuk bahan baku bagi industri nutraseutikal (healthy food & beverages), farmasi, kosmetik, cat film, biofuel, dan beragam industri lainnya.

Kedua,  Genetic engineering untuk menghasilkan induk dan benih ikan, udang, kepiting, moluska, rumput laut, tanaman pangan, dan biota lainnya yang unggul. Ketiga, Rekayasa genetik organisme mikro (bakteri) untuk bioremediasi lingkungan yang tercemar. Keempat, Aplikasi Bioteknologi untuk Konservasi.

“Selain itu, banyak produk industri bioteknologi kelautan yang bahan baku (raw materials) nya dari Indonesia diekspor ke negara lain dan negara pengimpor memprosesnya menjadi beragam produk akhir (finished products) seperti farmasi, kosmetik, dan healthy food and bevareges lalu diekspor ke Indonesia.  Contoh: gamat, squalence, colagen, minyak ikan, dan Omega-3,” tandasnya.

Prof. Rokhmin Dahuri menuturkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Republik Korea, antara lain: 1. Fokus Pertemuan: Kerja sama investasi, keberlanjutan IK-CEPA, dan implementasi RCEP., 2. Investasi Kendaraan Listrik: Dukungan untuk produksi baterai kendaraan listrik, yang ditandai dengan Nota Kesepahaman dengan LG Energy Solution, 3. Pengesahan dan Implementasi: Persiapan implementasi IK-CEPA dan RCEP akan dimulai pada 1 Januari 2022, untuk 12 negara anggota.

Republik Korea merupakan mitra dagang terbesar ke-8 Indonesia pada tahun 2023, merupakan sumber impor terbesar ke-6 bagi Republik Korea dan pasar ekspor terbesar ke-8.

Produk ekspor utama Republik Korea ke Indonesia: reaktor nuklir; mesin dan peralatan listrik, dan televisi; besi dan baja; bahan bakar mineral, minyak, plastik; kendaraan dan bagian-bagiannya (tidak termasuk kereta api atau trem); dan lain-lain;

Impor utama dari Indonesia: bahan bakar mineral, minyak; bijih, terak, dan abu; mesin dan peralatan listrik; kayu dan barang-barang dari kayu; besi dan baja; lemak dan minyak hewani, nabati, atau mikroba; dan berbagai produk kimia, dan lain-lain.

Kemudian realisasi penanaman modal asing langsung oleh Republik Korea (Juta USD), yaitu tingkat pertumbuhan Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) selama 10 tahun terakhir telah meningkat sebesar 4% per tahun

Pada tanggal 14 September 2022, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menandatangani Nota Kesepahaman dengan Universitas Nasional Jeju untuk meningkatkan kolaborasi penelitian dan pengembangan sumber daya manusia di sektor kelautan dan perikanan.

Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui beasiswa, pertukaran pakar, dan pelatihan, serta untuk memajukan akuakultur berbasis masyarakat dengan menggunakan teknologi inovatif.

Pada 21 Juni 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama dengan Korea Selatan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di sektor kelautan dan perikanan.

Kerja sama ini meliputi pendirian Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan di Indonesia, yang didukung oleh proyek Official Development Assistance (ODA).

Proyek yang menghabiskan anggaran sebesar 7,5 miliar won Korea ini bertujuan untuk mengembangkan tenaga kerja terampil, memajukan industri, dan meningkatkan peluang ekonomi di sektor kelautan dan perikanan.

Pada 8 November 2022, Indonesia dan Korea Selatan menyelenggarakan Forum Energi Indonesia-Korea (IKEF) ke-13 untuk memperkuat kerja sama energi bilateral.

Forum ini difokuskan pada evaluasi kerja sama yang telah terjalin dan penjajakan peluang baru di sektor energi, termasuk proyek infrastruktur LNG, peluang bisnis hulu migas, serta pentingnya teknologi Carbon Capture and Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) lebih cepat.

Pada 28 November 2023, Indonesia dan Korea Selatan menyelenggarakan Forum Energi Indonesia-Korea (IKEF) ke-14 untuk memperkuat kerja sama energi bilateral. Forum tersebut difokuskan pada evaluasi kerja sama yang telah terjalin dan penjajakan peluang baru, khususnya dalam teknologi CCS/CCUS, energi terbarukan, serta pengembangan hilir migas.

Diskusi tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi dan mendorong inisiatif energi bersih antara kedua negara. Pada 10 Mei 2023, Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang teknologi telekomunikasi dan standardisasi. Kolaborasi ini difokuskan pada pembangunan laboratorium pengujian baru dan peningkatan proses bisnis untuk mendukung transformasi digital yang pesat di Indonesia.

Pada 12 Juni 2024, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia dan Institut Informasi Sains dan Teknologi Korea (KISTI) Korea Selatan menandatangani nota kesepahaman untuk berkolaborasi dalam pengembangan teknologi informasi berbasis AI dan Big Data.

Adapun bidang Industri Bioteknologi Kelautan, menurut Prof. Rokhmin Dahuri, antara lain: Bioprospeksi dan ekstraksi senyawa bioaktif (produk alami) dari biota laut untuk bahan baku makanan & minuman nutraceutical (sehat), farmasi, kosmetik, cat film, biofuel dan berbagai industri lainnya

Rekayasa genetika untuk menghasilkan ikan, udang, kepiting, moluska, rumput laut, tanaman pangan dan biota lainnya yang unggul: SPF (Specific Pathogen Free), SPR (Specific Pathogen Resistance), dan Fast Growing. Rekayasa genetika mikroorganisme (bakteri) untuk bioremediasi lingkungan yang tercemar. Konservasi: genetika, spesies, dan ekosistem.

Seambiotic bekerja sama dengan NASA di Amerika Serikat untuk mengembangkan varietas biofuel yang layak secara komersial dari alga yang memiliki titik beku lebih tinggi daripada tanaman lain

Fasilitas jalur penelitian di Pusat Teknologi Pertanian Chilgok-gun. (a) Kolam jalur luar ruangan yang mengalirkan lebih dari 71.326 galon (270.000 l) media kultur alga. (b) Kolam jalur 71.326 galon (270.000 l) di rumah kaca semitransparan.

Di bawah merek AstaLuxe, Evergen memproduksi astaxanthin sebagai bahan baku untuk beberapa industri, seperti kosmetik, nutrisi, nutraceutical, farmasi, serta makanan dan minuman. Perusahaan memproduksi 500 kilogram astaxanthin per bulan.

Produk perusahaan akan digunakan untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan diekspor ke sejumlah negara (Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang). PT Alga Bioteknologi Indonesia (ALBITEC) memproduksi spirulina. Pabrik dengan kapasitas produksi mikroalga hingga 500 kilogram per bulan ini dijalankan dengan perpaduan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan sambungan listrik PLN.

Hasil akhir produksi dimanfaatkan sebagai suplemen makanan, bahan perawatan kecantikan, serta pakan ternak dan pupuk tanaman. “Hingga saat ini, pemanfaatan Bioteknologi Kelautan Indonesia masih sangat rendah (< 10% dari potensinya),” ujarnya.

Prof Rokhmin menyebut banyak produk industri bioteknologi kelautan yang bahan bakunya berasal dari Indonesia diekspor ke negara lain. Negara pengimpor tersebut kemudian mengolahnya menjadi berbagai produk jadi seperti farmasi, kosmetik, serta makanan dan minuman sehat yang selanjutnya diekspor kembali ke Indonesia. Contoh: teripang, squalene, minyak ikan, dan Omega-3.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER