MONITOR, Jakarta – Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) menggelar kegiatan bertajuk “Masjid Travelers”. Kemenag mengajak 25 konten kreator untuk mengeksplorasi Masjid Istiqlal Jakarta, Masjid Al-Irsyad Bandung, dan Masjid Al-Jabar.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kamaruddin Amin menyampaikan, Masjid Travelers bertujuan memberi pemahaman kepada generasi muda bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan, pendidikan, sejarah, hingga pemberdayaan ekonomi umat.
“Kami ingin masyarakat, khususnya generasi muda, melihat masjid sebagai bagian penting dari kehidupan mereka, dan bukan sekadar tempat beribadah,” ujar Kamaruddin di Masjid Al-Irsyad, Bandung, Senin (12/8/2024).
Kamaruddin mengatakan, konten kreator memiliki peran strategis menyebarluaskan informasi keistimewaan masjid-masjid melalui konten yang kreatif dan edukatif. Kolaborasi dengan konten kreator merupakan langkah inovatif, tak hanya menggali potensi masjid, tapi bisa mengampanyekan masjid ramah anak, lansia, hingga lingkungan kepada masyarakat.
“Konten kreator harus memanfaatkan potensinya untuk berdampak lebih luas, karena esensi dari kehidupan yang berkualitas adalah sejauh mana seseorang dapat memberi manfaat bagi orang lain,” paparnya.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Adib mengatakan, Masjid Travelers merupakan bagian syiar dan wisata religi. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak masjid yang unik dan bersejarah.
“Salah satunya masjid Al-Irsyad Bandung yang memiliki banyak keunikan, filosofi dari bangunannya hingga konsep ramah lingkungan yang tidak banyak dimiliki masjid lainnya, sehingga perlu dieksplorasi agar menginspirasi masjid di seluruh Indonesia,” papar Adib.
Adib menambahkan, 25 konten kreator dalam kegiatan ini diajak untuk mengeksplorasi masjid, baik dari arsitektur, sejarah, atau kegiatan komunitas yang inspiratif, hingga fasilitas ramah untuk semua jemaah. “Melalui lensa para kreator, kami berharap masyarakat dapat melihat potensi besar yang dimiliki oleh masjid-masjid kita,” tambahnya.
Selain itu, lanjut Adib, peserta juga diberikan kebebasan untuk mengembangkan konsep kreatifnya. Beberapa di antaranya bahkan telah menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan teknologi modern, untuk memberi pengalaman yang lebih interaktif bagi viewers.
Kemenag berharap, melalui program ini, masjid-masjid di seluruh Indonesia dapat lebih dikenal dan diapresiasi, serta mampu menjadi pusat aktivitas sosial dan budaya yang dinamis. “Kami optimis bahwa Masjid Travelers akan menjadi pionir dalam mempromosikan masjid sebagai bagian penting dari kehidupan sosial dan budaya bangsa,” tutup Adib.
Terpisah, Kepala Subdit Kemasjidan, Akmal Salim Ruhana menyebut, kegiatan Masjid Travelers memiliki tiga aspek. Pertama, aspek edukatif, peserta diberi pembekalan seperti materi penguatan moderasi beragama, definisi masjid ramah, copywriting, dan teknik pembuatan konten. “Aspek kedua adalah rekreatif, karena kegiatan tidak hanya dalam ruangan, tapi juga memanfaatkan transportasi naik Kereta Api, Bus, dan Whoosh. Jadi, acara ini santai, tapi semua tujuan bisa didapat,” paparnya.
Aspek ketiga adalah kolaboratif. Menurut Akmal, beberapa program Kemenag di bidang kemasjidan penting disebarluaskan kepada masyarakat. “Kolaborasi antara Kemenag dengan konten kreator ini penting karena hal-hal baik yang kita lakukan bisa disebarluaskan kepada masyarakat,” pungkas Akmal.