Minggu, 8 September, 2024

Magister Teknik Industri UMB Dorong Komersialisasi Hasil Riset di Era Digital

MONITOR, Jakarta – Sejak enam tahun yang lalu, Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Mercu Buana (MTI UMB) menyelenggarakan Seminar Nasional yang disebut MBCIE (Mercu Buana Conference on Industrial Engineering).  Acara seminar MBCIE 2024 dibuka oleh Rektor Universitas Mercu Buana Prof Andi Adriansyah, dihadiri Dekan Fakultas Teknik Dr Zulfa Fitri Ikatrinasari, Ketua Jurusan Prodi MTI Dr Sawarni Hasibuan, perwakilan dari BKSTI, ISTMI-PII, juga para dosen Program Studi MTI UMB yang hadir secara langsung di Gedung Prof Harun Zain dan melalui zoom.

Seminar MBCIE 2024 ini dilaksanakan secara Hybrid mengusung tema “Downstreaming Research and Enterpreneurship in the Digital Era: Challenging and Opportunities”.  Tiga Narasumber dihadirkani, Narsumber 1 hadir secara offline Prof. Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M. Eng., PhD, beliau adalah salah satu pakar riset dan pengembangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan sekaligus Founder Nanocenter Indonesia dan Nanotech Indonesia Group. Dua Narasumber hadir secara online dari Jepang, yaitu Prof Katsuhiko Takahashi yang merupakan Pakar Teknik Industri dari Universitas Hiroshima dan Dr. Sumarsono.  Sumarsono selain sebagai Dosen di MTI UMB juga adalah pengusaha muda yang sukses, kini merupakan President Director Indonesia Manpower Solution K.K. (IMS) di Minato-Ku, Tokyo dan Chief Executive Officer (CEO) dari perusahaan Elite Tutors Indonesia Co. Ltd.

Dalam pemaparan dan diskusi, Prof Nurul menyampaikan “ Inovasi merupakan serangkaian proses mulai dari identifikasi permasalahan dalam kehidupan melalui penelitian dan pengembangan (litbang) hingga menyelesaikan masalah tersebut melaui penciptaan baik itu produk ataupun layanan jasa yang memiliki nilai kebaruan dan ekonomis sehingga dapat di manfaatkan oleh manusia”. Pada kenyataannya Inovasi adalah proses yang sangat komplek, harus melalui tahapan Penelitian dasar tahap mengaplikasikan dan tahapan pengembangan dan selanjutnya tahapan komersialisasi.

Dijelaskan juga bahwa masih ada kendala dalam mengaplikasikan hasil riset ke masyarakat dan industri, antara lain: “mentor yang mumpuni belum tersedia, metode alih teknologi juga belum smooth, para peneliti tidak mempunyai jiwa teknopreneur, serta regulasi dan kebijakan belum mendukung” sehingga proses alih teknologi ini masih menemui banyak tantangan. Untuk itu perlu digalakkan program pemanfaatan alih teknologi terhadap stakeholder dengan jalan: memperbanyak promosi inovasi teknologi, valuasi HKI, ekspose teknologi dan temu bisnis, penguatan jaringan alih teknologi, pengelolaan lisensi teknologi, seminar & pelatihan teknopreuneurship dan kajian pengembangan alih teknologi. Dengan demikian hasil riset/ prototipe dapat dipasarkan ke dunia industri.

- Advertisement -

Dalam memasarkan hasil riset di industri diperlukan juga evaluasi dari produk/hasil penelitian dan juga sesuai nilai ekonomi dipasaran.  Evaluasi tersebut antara lain: kesiapan teknologi secara fungsi dari produk sudah berjalan pada lingkungannya, kesiapan prototipe memasuki pasar/komersialisaasi, kesiapan di produksi secara masal, dan kesiapan berinvestasi.  Setelah semua hasil evaluasi memenuhi level atau standar yang telah ditetapkan maka hasil RISBANG dapat di tingkatkan menjadi produk komersial.

Dari hasil pemaparan dan diskusi pada seminar MBCIE ini disimpulkan bahwa kunci sukses dalam komersialisasi hasil riset ke dunia industri perlu melalui beberapa persyaratan antara lain: adanya paten/KI teknologi yang potensial, komersialisai Model 4 (Inventor & Teknopreuneur membentuk start up, jiwa teknopreuneur dalam tim dan Kebijakan), dan program komersialisasi yang efektif.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER