Jumat, 5 Juli, 2024

Menkes Ajak Mahasiswa UPH untuk Berperan dalam Kesehatan Masyarakat

MONITOR, Jakarta –Stay hungry, stay foolish, be intellectually humble, and willing to listen. Put yourself equal with other keilmuan, karena cross keilmuan ini yang akan membuat kita maju di masa depan. Pada akhirnya,tujuan kita adalah menyehatkan masyarakat. Saya percaya, Indonesia yang sehat akan terjadi kalau semua orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa mengajari mereka agar hidup lebih sehat,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC., CLU ketika menjadi narasumber dalam acara “Kick Andy Goes to Campus” episode “Transformasi Pak Menteri” pada 18 Juni 2024 yang dilaksanakan di Auditorium Fakultas Kedokteran UPH Kampus Lippo Village, Karawaci, Tangerang. 

Di hadapan lebih dari 1.000 mahasiswa/i UPH yang berasal dari Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK), Kedokteran, dan Keperawatan, Menkes Budi menyatakan bahwa selain pendidikan, kesehatan merupakan sektor yang lebih diutamakan oleh pemerintah. Ia menyampaikan, untuk menjadi negara maju, pendapatan per kapita Indonesia harus mencapai USD 13.800 atau sekitar Rp200 juta dalam setahun. Namun, pendapatan per kapita Indonesia pada saat ini hanya mencapai USD 4.800 atau setara Rp78 juta per tahun. Menurutnya, untuk menjadi negara maju, masyarakat Indonesia harus memiliki pendapatan minimal sebesar Rp15 juta per bulan. 

“Buat saya, orang yang gajinya Rp15 juta itu pasti lebih sehat dan lebih pintar. Dua bidang ini penting kalau Indonesia mau jadi negara maju, tetapi kesehatan duluan. Kenapa? Kalau pendidikan itu, intervensinya pada saat usia 4 tahun ke atas, di mana melalui sekolah. Kalau kesehatan, intervensinya dimulai sejak usia minus 9 bulan. Kalau program kesehatannya enggak bagus, anaknya stunting, jadinya kecerdasannya di bawah rata-rata. Itu sebabnya mengapa kesehatan didahulukan dan anggarannya lebih tinggi. Jadi, jagalah masyarakat kita untuk tetap sehat, jangan hanya fokus mengobati mereka pada saat sakit,” kata Budi.  

Menkes Budi kemudian menceritakan betapa pentingnya pemerataan layanan kesehatan untuk penyakit prioritas seperti kanker, jantung, dan stroke. Penguatan layanan dilakukan dengan cara menyediakan alat kesehatan canggih di seluruh RSUD di 514 kabupaten/kota. Salah satu alat penunjang untuk layanan kesehatan itu, yaitu Catheterization Laboratory (Cath Lab), di mana sangat penting untuk mengintervensi ketiga penyakit yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia tersebut. Dari yang semula hanya tersedia 44 Cath Lab pada 2022, per Juni 2024 Indonesia telah memiliki sebanyak 244 Cath Lab

- Advertisement -

Menkes Budi melanjutkan, keberadaan alat yang canggih tersebut harus ditunjang dengan dokter spesialis dan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang terampil. Namun, dari 244 Cath Lab yang tersedia, saat ini hanya ada 100 dokter spesialis yang berkompeten dalam mengoperasikan alat canggih tersebut.  

Menurut Menkes Budi, permasalahan ini disebabkan karena kurangnya sentra program pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Saat ini, dari 92 Fakultas Kedokteran (FK) di seluruh Indonesia, hanya 24 FK yang menyelenggarakan program studi dokter spesialis. Sementara menurut data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) per April 2024, ada 279.321 dokter yang teregistrasi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, yang berstatus dokter spesialis hanya 21 persen atau sekitar 59.422 orang. 

“Jadi teman-teman, jika kalian bercita-cita menjadi pemimpin di sektor kesehatan, apa pun yang kalian lakukan harus demi kemanusiaan. Saya ingin lebih banyak lagi Fakultas Ilmu Kesehatan yang bisa dibangun Indonesia karena kita kekurangan tenaga kesehatan. Banyak sekali masyarakat kita yang masih kesulitan akses ke tenaga kesehatan yang baik. Jadi, mudah-mudahan lulusan dari UPH ini semakin lama semakin banyak dan mau bertugas ke daerah- daerah pelosok di Indonesia. Selain itu, hal yang paling penting jangan lupa dengan pendidikan dan bijaklah dalam menentukan mana yang bermanfaat untuk masyarakat,” pesan Menkes Budi.  

Jadilah pemimpin sekaligus pengikut yang baik 

Budi Gunadi Sadikin adalah sosok Menkes yang tidak memiliki gelar dokter atau latar belakang medis lainnya. Ia menempuh pendidikan S1 di Bidang Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan juga pernah menempuh pendidikan Jurusan Ekonomi di Washington University, Amerika Serikat. Sebelum menduduki posisi Menkes, Budi lebih banyak berkarier di bidang perbankan, mulai dari sebagai General Manager Electronic Banking PT Bank Bali Tbk, Senior VP Consumer dan Commercial Banking ABN Amro Bank Indonesia & Malaysia, Executive VP Consumer Banking Bank Danamon, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, hingga Staf Khusus Menteri BUMN dan Wakil Menteri BUMN. 

Tidak memiliki latar belakang di bidang kesehatan ini menimbulkan banyak pertanyaan di tengah masyarakat. Terkait hal ini, Budi menilai bahwa tujuan seseorang adalah menjadi menjadi bermanfaat bagi orang lain, apa pun latar belakangnya dan di mana pun ia ditempatkan. Ia pun mencontohkan sejumlah negara maju yang mengalami kondisi serupa, seperti Xavier Becerra, Menkes Amerika Serikat yang merupakan lulusan dari jurusan ekonomi, hingga Victoria Atkins, Menkes Inggris yang merupakan lulusan hukum.   

At the end of the day, lulusan perguruan tinggi yang terbaik, dia bisa ditempatkan di mana saja. Jadi di mana pun kita berada, jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain,” ucap Menkes Budi. 

Berbicara mengenai kepemimpinan, Budi menekankan pentingnya menjadi pemimpin yang juga memiliki jiwa sebagai pengikut yang baik. Dengan prinsip tersebut, maka seorang pemimpin dapat diandalkan oleh pengikutnya.  

Leadership itu menunjukkan kehebatan diri, sedangkan followership itu menunjukkan kesederhanaan diri. Kadang-kadang, kedua hal itu perlu diimbangi juga. Leader itu harus bisa dipercaya, bisa menjelaskan maunya dia apa ke bawahannya dengan baik, harus memiliki kemampuan story telling yang baik, mengambil keputusan dan eksekusi dengan cepat, serta bisa memberikan kesempatan untuk berkembang dan maju,” tutur Menkes Budi. 

Melalui acara “Kick Andy Goes to Campus” episode “Transformasi Pak Menteri”, UPH berharap dapat bermanfaat dan menginspirasi mahasiswa UPH. “Kick Andy Goes to Campus” sendiri merupakan salah satu program dari acara talk show “Kick Andy” yang dibawakan oleh seorang wartawan dan pewarta televisi Indonesia, yaitu Andy F. Noya, di stasiun televisi Metro TV. Dalam program ini, Andy F. Noya mengundang berbagai narasumber yang memiliki kisah inspiratif, prestasi luar biasa, atau pandangan yang dapat memberikan motivasi kepada para mahasiswa.  

Lewat acara ini, UPH juga telah membuktikan komitmen untuk mendidik mahasiswa agar dapat secara aktif mendapatkan wawasan baru, serta memberikan inspirasi. UPH menghadirkan pendidikan unggul dan semangat kolaboratif, untuk memastikan mahasiswa siap menjadi lulusan yang takut akan Tuhan, profesional, dan berdampak positif bagi masyarakat. 

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER