Minggu, 29 September, 2024

Kementan Apresiasi Integrated Farming Zero Waste yang Dikembangkan Heri Sunarto

MONITOR, Jateng – Kementerian Pertanian mengapresiasi inovasi yang dilakukan Heri Sunarto selaku pengelola pertanian terpadu di Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, yang berhasil menerapkan integrated farming menuju zero waste.

Lahan seluas 2 hektar itu sebelumnya merupakan lahan kering. Berkat kegigihan Heri Sunarto yang memaksimalkan lahan kritis tadah hujan menjadi lahan produktif, belakangan tidak hanya menghasilkan pundi-pundi uang, namun dinilai Kementerian Pertanian menjadi kawasan pertanian terpadu.

Program “integrated farming” menuju zero waste yang dikembangkan Heri Sunarto menggabungkan semua komponen pertanian dalam satu pertanian terpadu. Dalam satu hamparan terintegrasi mampu meningkatkan lahan tadah hujan menjadi lahan yang subur.

Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi menerangkan, sebelumnya teknik pertanian di Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, minimal menerapkan tiga konsep. Konsep pertama, integrated farming, di mana berbagai tanaman ditanam di lahan seluas 2 hektar, disinergikan sehingga saling take and give atau memberikan manfaat di antara tanaman.

- Advertisement -

Konsep kedua, jelas Suwandi, vertical farming. Dari teknik pertanian dalam suatu wadah yang di atas dibuat lagi wadah di bawah untuk tanaman lainnya.

“Kemudian konsep ketiga adalah zero wasted, jadi tidak ada limbah yang terbuang karena teknik pertaniannya dikembangkan berproses secara alami, semuanya berputar dari sini, jadi semuanya bermanfaat,” terang Suwandi di sela meninjau kawasan pertanian terpadu yang dikelola Heri Sunarto di Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (11/6/2024).

Menurutnya, teknik pertanian terpadu ini bisa berjalan sukses kuncinya adalah sumber air. Karena, air yang mengantarkan semua tanaman dan ternak yang ada di sini berproses secara alami. Bahan-bahan organik diputar lagi masuk ke satu proses produksi diputar lagi ke proses produksi lainnya.

“Saya hitung bisa terjadi bisa enam perputaran proses produksi, mulai dari kebutuhan minum ternak ayam, kebutuhan hidropinik seperti tanaman strawberry, cabai, jahe, dan di bawahnya ada kolam bioflok ikan lele dengan konsep Mina Padi, dan terakhir untuk kebutuhan padi,” urai Suwandi.

Menurutnya, pengembangan lahan pertanian yang diterapkan Heri Sunarto bisa dijadikan motivasi bagi para petani di Indonesia untuk bisa menerapkan di lahan pertanian di daerahnya.

“Jika setiap dari bisa menerapkan sistem pertanian seperti yang diterapkan Bapak Heri Sunarto, minimal satu kecamatan satu blok, usaha tani kita akan maju. Bahkan, jika diterapkan di seluruh Indonesia, maka bisa menekan importasi beras,” kata Suwandi.

Suwandi menyampaikan, inovasi yang dikembangkan pertanian oleh Heri Sunarto tidak hanya dari sisi memaksimalkan lahan kritis menjadi lahan produktif, juga sudah mengantisipasi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang dibuat sendiri oleh Yoso.

“Pak Yoso ini merupakan rekan Pak Heri Sunarto, sudah membuat 13 ramuan obat-obatan secara alami. Medianya dominan dari air kelapa. Ada obat untuk membasmi hama wereng, hama tikus, sampai obat-obatan alami untuk penyubur tanah dan tanaman,” kata Suwandi.

Asisten Khusus Menteri Pertanahan RI, AM Putranto yang melihat langsung konsep pertanian di desa ini pun merasa takjub. Ia menerangkan bahwa pemilik lahan, Heri Sunarto bisa mengatur ritme panen, sehingga setahun bisa empat kali panen padi.

Ritme panen yang diterapkan Heri Sunarto, yakni dengan perhitungan 90 hari panen pertama, kemudian panen kedua 80 hari, panen ketiga 90 hari, dan panen keempat 80 hari.

“Pak Heri juga sudah memperhitungkan masa purna jual hasil panennya, ketika harga sedang tinggi, yakni di Januari, Mei, September dan Oktober,” kata Putranto.

Untuk kebutuhan air, di area ini memanfaatkan sumber air dari sumur kedalaman sekitar 60 sentimeter yang dipompa kemudian ditampung dalam suatu tempat untuk selanjutnya didistribusikan ke sawah.

“Di depan kita ini ada sawah seluas 2 hektar, ditanam dengan pola tanam tumpeng sari. Selain menanam padi, di bagian lahan lain ditanam strawberry, ada juga ternak ayam petelur. Kotoran ternak ayam dijadikan pupuk kompos dan pakan lele. Karena, di area ini juga ada 40 kolam lele dengan teknik bioflok. Satu kolam bioflok sekali panen 4.000 ekor lele,” terang Putranto.

Menurutnya, konsep pertanian terpadu ini sangat bagus dan perlu dicontoh untuk dikembangkan, dengan catatan posisi sumber airnya memungkinkan. Dan tidak bertentangan dengan PDAM, karena air yang sudah digunakan akan kembali ke tanah kembali, lalu difungsikan kembali untuk menyuburkan lahan pertanian.

“Harapan saya dan Pak Dirjen Tanaman Pangan datang ke sini, kita akan laporkan ke Menteri Pertanian, Bapak Andi Amran Sulaiman bahwa sistem pertanian di sini bisa menjadi percontohan. Jika petani-petani di Indonesia menerapkan pola pertanian seperti ini, petaninya bisa sukses. Bahkan bisa tidak terjadi impor beras,” katanya optimis.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER