MONITOR, Jakarta – Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menjawab tantangan perubahan iklim melalui berbagai program terkait aspek lingkungan. Program unggulan yang dilaksanakan di unit-unit operasi membawa solusi serta membawa manfaat untuk masyarakat di sekitar wilayah operasi.
“KPI saat ini memiliki beberapa program program TJSL yang menyasar pada aspek lingkungan yang dilaksanakan di berbagai unit,” kata Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen.
Melalui Kilang Dumai, jelas Hermansyah, KPI melaksanakan program Permata Hijau Pesisir Gambut. “Program ini merupakan program unggulan dalam mitigasi dan pemulihan bencana di lahan pesisir gambut,” kata Hermansyah.
Program ini terdiri dari 3 subprogram yaitu Revitalisasi dan Konservasi Kawasan Mangrove Pesisir Gambut, Konservasi Air Gambut, serta Pertanian Hortikultura di Lahan Gambut. Program ini melahirkan berbagai inovasi yaitu Triangle Mangrove Barrier (Trimba), Adaptable Pool with Auto Water Rotation (A-Pawon), dan Hybrid Solar Dryer System (HSDS).
“Salah satu keunggulan program ini adalah berhasil mengolah air gambut menjadi air bersih melalui Unit Filtrasi Air Gambut (Filagam) yang telah berhasil memproduksi 5.840 ton air bersih pertahunnya.” jelas Hermansyah.
Dampak positif lainnya adalah melalui pipanisasi yang dibangun, sebanyak 116 KK telah mendapatkan akses dan menerima manfaat air bersih ini. Disamping itu, dengan teknologi Reverse Osmosis (RO), Kelompok Tirta Muda telah berhasil memperoleh air siap minum yang penghasilan nya hingga Rp. 86,4 juta per tahun dari hasil penjualan air minum. Program TJSL terkait Permata Hijau Pesisir Gambut merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan dan bencana yang terjadi khususnya di Kabupaten Bengkalis, Riau.
Tidak hanya di ujung Sumatera, di Jawa Tengah melalui program Kolak Sekancil (Konservasi Laguna Kawasan Segara Anakan Cilacap), KPI melakukan program pengembangan masyarakat.
“KPI ikut berkontribusi melakukan Pengembangan Wisata Konservasi Alam untuk Konservasi Laguna Kawasan Segara Anakan Cilacap (Kolak Sekancil) di Dusun Lempong Pucung, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut dengan melakukan penanaman lebih dari 1.5 juta pohon mangrove,” jelas Hermansyah.
Bahkan kini, Kilang Cilacap juga mengembangkan eduwisata mangrove Kolak Sekancil menjadi tempat wisata edukasi yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi bagi kelompok sadar wisata setempat.
Program ini berdampak cukup besar yang ditandai dengan rata-rata pengunjung setiap bulan mencapai 250 orang. “Upaya mendongkrak pengunjung arboretum mangrove dilakukan dengan membuat paket trip bertajuk Pesisire Inyong Mandiri. Melalui program ini, KPI berhasil mendukung penyerapan CO2 sekitar 41,3 juta ton/tahun dan produksi O2 sekitar 224 juta ton/tahun,” kata Hermansyah.
Selain program di Kilang Dumai dan Kilang Cilacap, KPI juga mengembangkan integrasi beberapa program program yang selaras dalam melestarikan lingkungan diantaranya Konservasi Mangrove Karangsong Kilang Balongan, Konservasi Mangrove Pesisir Kampung Klayas Kilang Kasim serta integrasi pertanian hortikultura di Kilang Sei Pakning yang sebelumnya kurang dimanfaatkan menjadi lahan yang bernilai ekonomi.
“Dengan segala komitmen serta upaya terbaik, KPI berhasil mewujudkan program yang memberikan dampak peningkatan ekonomi berkelanjutan untuk masyarakat Indonesia terutama yang bertempat tinggal di sekitar wilayah operasi kilang. Semua program ini tentunya dapat berhasil dengan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan,” tutup Hermansyah.