Jumat, 22 November, 2024

Keterbatasan Tak Surutkan Semangat Azizah untuk Berhaji

MONITOR, Jakarta – Perempuan itu bernama Azizah (57). Berangkat dengan suami, mereka berdua tergabung pada kelompok terbang (kloter) dua Embarkasih Solo Jawa Tengah (SOC-02).

Saya bertemu dengannya di pelataran Madinah, saat Azizah sedang menunggu suami usai Salat Isya berjemaah, Jumat (16/05/2024). Azizah ada di Nabawi sejak Asar. Dia janjian untuk dijemput suaminya setelah Isya pada titik di mana saya bertemu dengannya.

Saat itu, saya melihat dia dari kejauhan, duduk di kursi roda dan khusuk berdoa. Saya mendekat dan melihat air matanya terus mengalir. Dia sendiri, berzikir dan berdoa sembari menunggu suami. Selesai berdoa, Ia duduk tenang, sambil minum air yang tinggal sedikit dari botolnya.

“With my husband,” katanya reflek saat tim Media Center Haji (MCH) menepuk punggungnya pelan dan menanyakan pergi ke Nabawi bersama siapa. Azizah sudah tiga hari rutin salat berjamaah di Nabawi. Lokasi tempat dia menunggu suami berada di sisi luar Nabawi yang banyak ditempati orang luar Indonesia sehingga dia berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

- Advertisement -

Saya melihat dia agak lapar, sepertinya memang belum makan. Seketika ditawarin kurma dan makanan ringan yang memang disiapkan untuk jemaah, Azizah langsung menerima. Sementara di amakan, petugas MCH mengambilkan air zam-zam untuk mengisi kembali botolnya.

“Terima kasih sekali sudah bantu saya, maafkan jika saya merepotkan,” ucapnya sungkan.

Azizah sebelumnya adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Magelang, Jawa Tengah. Dia terpaksa mengajukan pensiun dini karena sakit syaraf kejepit yang dideritanya.

“Saya itu harusnya berangkat haji tahun lalu, tapi Qadarullah saya diberi sakit syaraf kejepit yang membuat saya tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, semua dibantu oleh suami yang sabar mengurus saya,” tutur alumni UIN Sunan Kalijaga ini bercerita.

Tidak hanya Azizah, sang suami yang merupakan tenaga honorer, terpaksa juga mengundurkan diri. Sebab, doa harus mengurus keperluan istrinya. Sekarang, mereka berdua tengah berusaha mengembangkan usaha kecil-kecilan untuk membiayai kehidupan keluarganya.

“Apapun kondisi yang ditakdirkan Allah, saya terima dan ikhlas menjalaninya. Saya bersyukur sekali akhirnya saya dan suami bisa ke Tanah Suci. Kami penuhi panggilan-Nya dengan kondisi kami yang terbatas ini,” ucapnya dengan mata basah.

Menurunya, jika memang sudah panggilan Nya untuk ke Tanah Suci, akan dikasihNya jalan dengan cara apapun. Azizah lalu bercerita bahwa tahun lalu dia tidak bisa berangkat haji karena sakit. Uang tabungan pun habis untuk berobat. Bahkan, saya sempat koma selama tiga hari karena tekanan darah tinggi. “Akibat koma itu, saya kehilangan sebagian besar ingatan saya,” tambah Azizah.

“Saya lupa semua bacaan dan cara sala. Saya cuma ingat surat AlFatihah. Saya juga lupa tentang keluarga dan saudara-saudara saya, beruntung keluarga sangat mendukung dan pelan-pelan mengajarkan saya cara dan bacaan salat,” ujarnya.

Puluhan tahun mengabdi, meski pensiun dini, Azizah mememuhi syarat mendapat tabungan pensiun. Dia bersyukur karena jumlah yang diterima lumayan, bisa dia gunakan untuk melunasi biaya perjalanan ibadah haji (Bipih).

“Sungguh Allah sangat baik dengan segala keterbatasan saya. Allah juga mudahkan segalanya buat saya. Tahun ini, saat Kementerian Agama umumkan nama saya dan suami untuk pelunasan, bersamaan dengan kondisi saya yang membaik dari tahun lalu. Pencairan uang Taspen saya sebesar dengan jumlah pelunasan Bipih yang diperlukan,” ungkap ibu dua orang putra dan putri ini.

“Saya benar-benar bersyukur bisa berhaji meskipun dalam kondisi duduk di kursi roda, tapi saya yakin selalu ada pertolongan Allah, termasuk juga bertemu dengan petugas-petugas yang baik seperti ini. Insya Allah kita saling doa ya mba” pungkasnya sambil terus-terusan mengucapkan terima kasih.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER