MONITOR, Jakarta – Santri identik dengan penguasaan ilmu agama. Kemenag berharap santri lebih aktif dalam di dakwah dunia digital. Plt Dirjen Pendidikan Islam Abu Rokhmad mengatakan, di era digital, penting bagi santri untuk tidak hanya mahir dalam keilmuan tradisional tetapi juga aktif dalam transformasi digital. Kemenag akan menyiapkan sejumlah program fasilitasi agar santri lebih aktif di dunia digital.
“Program Rumah Kitab memudahkan akses ummat. Ini menyimbolkan integrasi santri dalam masyarakat internet,” sebut Abu Rokhmad di Pangkal Pinang, Senin (29/4/2024), saat bicara pada forum Peningkatan Kompetensi Ustadz pada Satuan Pendidikan Diniyah Formal (PDF). Kegiatan ini berlangsung tiga hari, 28 – 30 April 2024.
Abu Rokhmad, mengatakan, Kemenag terus berupaya merespons kebutuhan pesantren dan meningkatkan mutu pendidikan dalam lingkungan PDF. “Kami diberi amanat oleh undang-undang pendidikan untuk mendukung pembinaan pesantren. Kendati demikian, tantangan besar kami adalah mengintegrasikan semua pesantren yang memiliki PDF ke dalam sistem pendidikan nasional yang responsif,” ungkap Abu, panggilan akrabnya.
Abu, yang juga Guru Besar UIN Walisongo, menekankan pentingnya peran ustaz dan ustazah dalam proses pembelajaran di PDF. “Transformasi pendidikan menjadi fokus utama kita. Santri harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,” jelas Abu.
Abu menambahkan bahwa dialog antara ustadz, ustadzah, dan santri esensial untuk memastikan pendidikan Islam yang berkualitas dan relevan dengan tuntutan zaman. Ke depan, kata Abu, PDF harus menjadi destinasi utama bagi santri yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti Mahad Aly, serta menjadi landasan bagi santri dalam pembelajaran dan tata kelola pendidikan.
Plt Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghofur, menyoroti kurangnya representasi PDF di ranah digital. “Penting bagi PDF untuk memiliki kehadiran yang luas di platform digital untuk meningkatkan aksesibilitas dan pemahaman masyarakat,” kata Waryono, yang juga merupakan Guru Besar UIN Sunan Kalijaga.
Waryono menekankan bahwa sebagai bagian dari pendidikan formal, PDF wajib mematuhi standar yang berlaku, termasuk memiliki kurikulum yang jelas dan administrasi yang teratur. Perluasan pemahaman masyarakat terhadap berbagai satuan pendidikan formal, termasuk PDF, merupakan fokus utama.
Pria asal Cirebon ini menekankan perlunya upaya bersama untuk mengenalkan berbagai satuan pendidikan formal melalui berbagai media, dengan meningkatnya pemahaman masyarakat, diharapkan akan tercipta lingkungan yang mendukung bagi perkembangan Pendidikan Diniyah Formal. “Memperluas pemahaman masyarakat terhadap pendidikan formal, termasuk PDF, merupakan prioritas kami,” tegasnya.
Di penghujung acara, Waryono mengajak para ustadz dan ustadzah untuk lebih mendalami kitab-kitab karya ulama Nusantara. “Warisan intelektual ini sangat penting untuk pembentukan identitas keagamaan dan intelektual bangsa kita,” pungkasnya.
Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had Aly, Mahrus Elmawa, menyampaikan hasil diskusi singkatnya dengan Ketua Asosiasi PDF. Dalam pertemuan tersebut, Elmawa mengajukan pertanyaan kunci, “Apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh PDF untuk meningkatkan kompetensinya setelah acara Peningkatan Kompetensi ini?”
Dalam diskusi tersebut, muncul dua jawaban. Pertama, terkait dengan aspek Manhaj atau Metode Pembelajaran. Ini menunjukkan bahwa pentingnya memperkuat aspek pendekatan dan metode dalam proses pembelajaran di PDF. Kedua, pentingnya memahami kitab-kitab kuning. Ini menyoroti betapa pentingnya pengenalan dan pemahaman terhadap literatur Islam klasik dalam meningkatkan kompetensi di bidang ini.