MONITOR, Jakarta – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Rokhmin Dahuri memberikan apresiasi atas diluncurkannya buku biografi mantan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj berjudul “Kiai Pesantren Membangun Peradaban: 70 Tahun Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA” di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (22/2/2024).
“Bagaimana mencapai tujuan negara maju, adil, makmur dan sejahtera (baldatun thayyibatun warabbun ghafur) ada dalam buku ini.
Pada kesempatan tersebut, tokoh asal Cirebon itu juga mengkritik klaim keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan negara yang maju dan makmur jika melihat dari kenyataan di lapangan masih banyaknya masyarakat miskin dan ketergantungan pada bantuan langsung pemerintah.
Kritik tersebut disampaikan Prof Rokhmin seraya memaparkan kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih terjebak dalam middle income trap atau negara dengan pendapatan menengah kebawah.
“Padahal kalau sektor ESDM saja dikelola dimanaje dengan baik dan benar rata-rata masyarakat kita bisa berpenghasilan 20jt/bulan,” tuturnya.
Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan yang tengah maju menjadi caleg di Dapil Jabar VIII (Cirebon dan Indramayu) itu menceritakan bagaimana masyarakat di bawah saat ini tengah mengalami kondisi ekonomi yang sulit.
“Enam bulan saya di Indramayu Cirebon merasakan sendiri miskin, lagi sakit negara kita. Klaim keberhasilan itu nothing,” tegasnya.
Mengutip Michael Porter soal prasyarat sebuah negara maju harus memiliki empat hal penting yakni Konsep pembangunan yang benar, SDM unggul, Good governance dan Masyarakat meritokrasi, dan Adanya kepemimpinan yang baik dan kuat, Prof Rokhmin mengaku psimis Indonesia kedepan akan lebih baik jika mengacu pada proses dan hasil pemilu pemilihan presiden 2024.
Mantan menteri kelautan dan perikanan itu lantas menuturkan bagaimana KH Sqid Aqil Siroj berkontribusi dalam mengembangkan SDM NU melalui pembdidikan. “Saya memahami dalam buku ini, kang said menginisiasi UNU (Universitas Nahdlatul Ulama), untuk membangun SDM. soal pendidikan harus belajar ke Muhammadiyah,” tuturnya.
Sebagai informasi, buku “Kiai Pesantren Membangun Peradaban: 70 Tahun Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA”. Buku ini merupakan karya Dr. Sa’dullah Affandy yang merupakan dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Sosial UNJ dan juga Direktur Eksekutif SAS Institute.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis, 22 Februari 2024 ini bertempat di Aula Latif Hendraningrat, Gedung Dewi Sratika Lantai 2, Kampus A UNJ. Pada kegiatan ini, narasumber bedah buku antara lain Fachry Ali, Prof. Nadirsyah Hosen, dan Prof. Rokhmin Dahuri, Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ beserta pimpinan di lingkungan UNJ dan juga Prof. Said Aqil Siroj.
Buku ini terdiri dari lima BAB yang secara beruntun bercerita tentang perjalanan hidup Prof. Said Aqil Siroj. BAB 1 berisi riwayat hidup, BAB 2 perjuangan dan pemikiran, BAB 3 meneguhkan sikap nasionalisme, BAB 4 membangun keindonesiaan, dan BAB 5 konsistensi bersikap dan bertindak. Buku ini juga dilengkapi lampiran pidato pada Pembukaan Muktamar Ke-34 NU di Bandar Lampung 2021.
Tokoh yang akrab dipanggil Kang Said, demikian sapaan khas “Wong Cerbon”, merupakan salah satu “ulama besar” yang dimiliki kaum Nahdliyyin. Buku ini mengulas perjalanan hidup, kisah perjuangan, dan cakrawala pemikirannya.Tidak hanya itu, pengabdian, perjuangan, dan pengorbanan untuk kemanusiaan juga dibahas. Banyak hal yang dapat pembaca ambil dari tauladan sosok Kang Said sebagai pecinta ilmu, penggemar baca kitab dan buku, senang berdiskusi dan berorganisasi, serta berwawasan luas.
Kang Said juga akrab dengan Gusdur. Dimana Gusdur mengajak Kang Said untuk beraktivitas di Nahdlatul Ulama. Pada saat itu pula, di tahun pertamanya aktif, Kang Said diamanahi sebagai Wakil Katib Aam PBNU. Gusdur mempromosikan Kang Said dengan sebutan “Doktor muda NU yang berfungsi sebagai Kamis berjalan dengan disertasi lebih dari 1000 referensi”.