MONITOR, Jakarta – Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian di banyak negara, termasuk Indonesia. KUMKM menjadi salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, serta penciptaan lapangan kerja. Untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan usaha, pelaku koperasi dituntut untuk memanfaatkan teknologi digital guna memasarkan dan mengoptimalkan produk-produknya, terutama produk UMKM.
Sektor keuangan syariah juga akhir-akhir ini berkembang dengan pesatnya di Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan ekonomi dengan menekankan usaha sesuai prinsip syariah dan nilai-nilai Islam. Penggunaan sistem keuangan digital yang transparan dan berbasis syariah dibutuhkan bukan hanya untuk mendukung pertumbuhan UMKM, namun juga memperkuat ekosistem keuangan syariah secara keseluruhan.
Seperti salah satu koperasi berbasis syariah di wilayah Wonosobo Jawa Tengah yaitu Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Melati. Koperasi primer provinsi yang berdiri pada tahun 1997 dan beralamatkan di Jalan Raya Purworejo Kilometer 14 Sedayu Wonosobo Jawa Tengah, hingga kini memiliki tujuh kantor cabang di wilayah Wonosobo, Kertek, Sapuran, Sedayu, Kaliwiro, Randusari, dan Banjarnegara.
Koperasi yang diketuai oleh Widodo, berupaya terus meningkatkan layanan kepada anggotanya. Melalui sosialisasi Dinas Koperasi dan UKM, KSPPS Melati mengetahui mengenai lembaga pembiayaan di bawah Kementerian Koperasi dan UKM yang memberi pembiayaan murah kepada koperasi bernama Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM). LPDB-KUMKM ibarat oase sejuk di gurun pasir yang memberi solusi atas kebutuhan modal koperasi dan UMKM.
“Sejak tahun 2010 kami mengenal LPDB-KUMKM, dan hingga kini telah lima kali mendapat akses pembiayaan LPDB-KUMKM. Sejak saat itu pula, koperasi kami terus bertumbuh dan usaha anggota semakin meningkat. Komitmen LPDB-KUMKM tetap sama dan konsisten dalam melayani dan mendampingi mitra koperasi sejak awal pengajuan hingga proses melengkapi dokumen persyaratan. Hal ini sangat membantu koperasi dalam meningkatkan mutu layanan dan penambahan modal kerja,” kata Widodo.
Widodo menuturkan, dalam menghadapi tantangan dan perkembangan teknologi, KSPPS Melati juga berupaya menyesuaikan perkembangan zaman dengan meningkatkan kualitas layanan melalui digitalisasi. Dengan menerapkan aplikasi digital seperti aplikasi Islamic Micro Financing Application (IMFA) sejak tahun 2015, aplikasi Rowasia yang digunakan oleh marketing sejak tahun 2016, diharapkan dapat memudahkan dan meningkatkan layanan kepada anggota.
“Transformasi digital kami yakini dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan pertumbuhan KUMKM di Indonesia. Demikian juga KSPPS Melati dengan LPDB-KUMKM, menjadi warna dan sinergi yang menebar banyak manfaat di tengah masyarakat khususnya bagi koperasi dan anggotanya. Dengan memaksimalkan penyaluran yang tepat sasaran, tepat pemanfaatan, dan tepat pengembalian, pembiayaan LPDB-KUMKM diharapkan dapat dinikmati dan dirasakan oleh koperasi-koperasi di tanah air,” harap Widodo.
Hadirnya LPDB-KUMKM, lanjut Widodo, mendorong layanan KSPPS Melati kian bertumbuh dan berkontribusi aktif dalam peningkatan ekonomi anggota dan masyarakat. Layanan LPDB-KUMKM yang prudent, prosedural, detail, dan profesional diharapkan mampu menganalisis dan memahami karakteristik mitra-mitranya, juga konsisten menjaga kualitas layanan. Hal ini diperlukan agar koperasi-koperasi potensial dan kredibel di Indonesia dapat menikmati akses pembiayaan murah dari LPDB-KUMKM.
Di kesempatan berbeda, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan, guna mengoptimalkan penyaluran pinjaman/pembiayaan, layanan LPDB-KUMKM didorong untuk bergerak cepat dan tepat sasaran sehingga peruntukkannya bisa bermanfaat bagi koperasi dan anggotanya yaitu UMKM.
“Sebagai upaya memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas koperasi dan UMKM, LPDB-KUMKM memiliki Program Inkubator Wirausaha yang telah berjalan selama tiga tahun. Program ini bertujuan untuk menginkubasi koperasi dan UMKM, serta mendorong peningkatan kewirausahaan agar lebih berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Pada Januari 2024 lalu, kami telah mengumumkan sepuluh lembaga inkubator terpilih tahun 2024,” ujar Supomo.
Sepuluh inkubator wirausaha tersebut, jelas Supomo, akan bekerja bersama LPDB-KUMKM dalam berbagai program peningkatan kewirausahaan seperti inkubasi, deal club, business matching, dan fund fest.
Selain itu, Supomo menambahkan, Inkubasi merupakan program terintegrasi pembinaan, pendampingan, dan pengembangan melalui lembaga inkubator. Deal club merupakan jaringan eksklusif mentor, investor, dan mitra yang di fasilitasi oleh LPDB-KUMKM. Business matching mempertemukan tenant kepada calon pengguna, pelaku bisnis, hingga pemerintah pusat atau daerah. Sedangkan fund fest merupakan solusi pendanaan bagi startup dengan menghadirkan coaching dan business pitching.
“Program-program tersebut diharapkan memberi pengetahuan dan dukungan terbaik kepada pelaku usaha koperasi dan UMKM, sehingga ke depan dapat bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Program Inkubator Wirausaha juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, mengentaskan kemiskinan, serta memberikan kontribusi signifikan pada pembangunan ekonomi nasional,” tutup Supomo.