Jumat, 22 November, 2024

Ketika Capaian Kinerja Kemenag Dikemas dalam Drama Musikal

MONITOR, Jakarta – Senandung Lagu Nusantara III karya Koes Plus menjadi pembuka Drama Musikal Kemenag Kita. Mengangkat tema Ikhlas Beramal, drama ini menyajikan pagelaran dengan pesan pokok capaian kinerja Kementerian Agama 2023.

Lagu Nusantara dinyanyikan Dewi Gita, diiringi tayangan “Wonderfull Indonesia” dan ragam gerak etnik nusantara. Perpaduan yang menggambarkan keindahan alam dan keberagaman budaya Indonesia. Pertunjukkan ini dilanjutkan dengan tayangan beragam kegiatan Kemenag lalu ditutup dengan tampilan lanskap pemandangan sebuah kampung pedesaan di daerah perbatasan atau desa terpencil.

Kamis (28/12/2023), suasana Gedung Pusat Perfilman H Usmar Ismail tampak berbeda. Kursi-kursi yang tersedia, dipenuhi keluarga besar Kementerian Agama. Mereka hadir untuk menyaksikan bersama hasil kerja keras dan jerih payah mereka yang dikemas dalam drama.

Pagelaran dalam 8 segmen ini digarap oleh Sutradara Agus Noor. Seniman yang tampil adalah Dewi Gita, Cing Abdel, Akbar, Mucle, Tatok, Ayu, dan lainnya. Hadir juga, sejumlah aktor dari unsur masyarakat yang terlibat atau merasakan langsung dampak kinerja Kementerian Agama, termasuk dari kalangan disabilitas.

- Advertisement -

Islamic Cyber University

Musik berhenti, Akbar (berperan sebagai ASN Guru) naik panggung membawa map. Dari sisi panggung berbeda, Cing Abdel dengan pakaian gaya pemain golf berikut stick dan tasnya, muncul juga. Keduanya berpapasan dan memulai percakapan.

Cing Abdel yang sudah lama tak bertemu Akbar, menanyakan kabar dan kesibukannya. Akbar menjelaskan kalau ia sibuk kuliah. Abdel heran, karena di desa mereka tak ada kampus. Ada madrasah, itu pun cuma satu, tapi kok Akbar bilang mau kuliah. Cing Abdel lalu mengajak Akbar ikut dengannya saja, main golf. Untuk meyakinkan, Cing Abdel sembari bergurau menjelaskan permainan golf, filosofinya, dan juga kepemimpinan.

Sayang, Akbar tak bisa memenuhi ajakan Cing Abdel. Sebab, dia memang sedang kuliah. Hal itu justru membuat Abdel penasaran, memangnya Akbar kuliah di mana?. Akbar pun menjelaskan bahwa dia selama ini ingin mendapat gelar S1. Dia belajar atau kuliah secara daring/online. Dan itu bisa terjadi berkat program Kemenag dengan menyelenggarakan “Islamic Cyber University”. “Program ini membuat para guru, di pelosok, para ASN, bahkan juga TKI bisa kuliah. Karena kuliah jarak jauh. Kuliah LDR?” kelakarnya.

Melihat Cing Abdel yang penasaran, Akbar memintanya menghubungi Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani untuk memberikan penjelasan. Kang Dhani, panggilan akrabnya, naik panggung dan menjelaskan bahwa Islamic Cyber University dibuka sejak 2021. Sampai saat ini, tercatat ada 3.339 mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia terfasilitasi dengan Sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Islamic Cyber University terbukti banyak membantu warga atau pegawai di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Banyak warga daerah 3 T yang semula tidak membayangkan bisa kuliah, karene kesibukan kerja atau tak bisa meninggalkan daerahnya, sekarang punya kesempatan pendidikannya. Islamic Cyber University telah berhasil memperluas akses pendidikan dan mahal. Mahasiswa tidak harus meninggalkan keluarga dan tempat pengabdiannya. Bahkan, Tenaga Kerja Indonesia (TKI/TKW) di luar negeri, juga bisa mengikutinya.

Segmen ini ditutup dengan ungkapan Akbar, bahwa bukan hanya dirinya yang berterima kasih kepada Kementerian Agama, tapi banyak kawan lainnya yang ingin mengucapkan hal sama. Tetiba, di layar muncul Wahyudin, guru MTs Swasta Nurul Huda Pasirangin Tanjungsari Sumedang, Jawa Barat dan Rahmi guru MI Swasta Darul Falah Oelab, Oelaba Timur, Desa Oelua, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sama seperti Akbar, Keduanya mengaku sangat terbantu dengan program Cyber Islamic University.

Kemandirian Pesantren

Ayu naik ke atas panggung sebagai warga desa dengan pakaian bergaya gadis Melayu. Akbar tampak tersipu malu, melihat Ayu yang sesuai namanya, tampak semakin ayu. Cing Abdel jadi tahu, kalau Akbar suka, tapi malu. Cing Abdel coba membantu, mengajari Akbar cara merayu. Suasana menjadi lucu saat Akbar berusaha merayu Ayu.

“Kalau memang suka, segera saja mengurus pernikahan. Nanti bulan madunya ke Kota Santri,” kata Cing Abdel ke Akbar yang disambut Ayu dengan cerita tentang pengalamannya nyantren di Kota Santri.

Sementara Akbar dan Cing Abdel keluar panggung, terdengar senandung lagu Kota Santri diiringi tarian “Rampak Santri” oleh para santri (laki-laki dan perempuan) yang membawa payung aneka warna. Di layar, muncul tayangan suasana pesantren. Tampak para santri sedang belajar. Ada juga di antara mereka yang ikut kegiatan pemberdayaan pesantren yang dilaksanakan Kemenag.

Lagu selesai, muncul Tatok dan Mucle. Kali ini, dua comedian itu berperan sebagai santri. Adegan dimulai dengan permainan ukulele oleh Tatok. Lalu Mucle mengingatkan, sebagai santri Tatok jangan cuma sibuk menyanyi. Keduanya lalu saling melucu, berbalas pantun, dan sesekali berdakwah lewat lagu. Membawakan lagu ala hip hop, Tatok mengatakan, bahwa sekarang santri juga sudah maju. Santri milenial, tak hanya belajar kitab kuning tetapi juga teknologi. Pesantren makin modern, makin mandiri dengan program “Kemandirian Pesantren”.

Program Kemandirian Pesantren sudah berlangsung sejak 2021. Saat ini, tercatat sudah ada 2.076 pesantren penerima manfaat program ini, tersebar di 34 Provinsi. Bahkan, ada 128 di antaranya yang sudah mengembangkan Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes). Banyak santri yang makin terlatih berwirausaha. Banyak pesantren yang semakin mandiri dan berkembang. Warga masyarakat juga semakin merasakan nilai manfaat keberadaan pesantren, tidak hanya pada aspek ilmu agama tapi juga ekonomi.

Afirmasi Difable

Usai bercerita tentang Kemandirian Pesantren, Tatok beralih topik. Dia mengajak Mucle membincang transformasi digital. Menurutnya, program yang digagas Gus Men Yaqut ini juga telah dirasakan manfaatnya bagi warga difabel.

Setengah penasaran dan setengahnya lagi tidak percaya, Mucle minta Tatok menjelaskannya lebih detail. Menurutnya, kalau soal layanan keagamaan, kira-kira apa yang relevan dengan kebutuhan difabel?

Kata Tatok, sekarang akses sahabat difable terhadap kitab suci makin mudah. Kemenag telah hadirkan Mushaf Al-Qur’an Bahasa Isyarat versi digital. Ada juga ayat Alkitab Bahasa Isyarat. Sementara bagi sahabat difabel tuna netra, telah disiapkan Mushaf al-Qur’an Braille dan Dhammapada Braille.

Selang beberapa saat kemudian, muncul tayangan contoh program layanan keagamaan untuk sahabat difabel yang dilakukan Kemenag. Ada tayangan pembelajaran Al-Qur’an Bahasa Isyarat dan Ayat Alkitab Bahasa Isyarat.

Selesai tayangan, Cing Abdel dan Akbar muncul. Keduanya mengenakan kostum layaknya pengurus pesantren. Alunan musik mengiringi kemunculan Akbar dan Cing Abdel. Bersamaan itu, muncul juga tiga sahabat disabilitas. Ada kawan tuli Fatiyah Nur Meilinda dari Yayasan Ibtisamah Mulia, Bekasi. Ada Bapak Hepi Septian yang juga Ketua Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI) Cimahi. Dia lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan saat ini sedang kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bandung. Saat itu, Hepi Septian menjadi satu-satunya siswa di madrasahnya dan mahasiswa IAIN Bandung di kelasnya yang tuna netra. Tapi dia merasa beruntung karena malah disayangi dan banyak temannya yang membantu. Sehingga, dia bisa lulus sebagai salah satu sarjana terbaik. Selain itu, ada juga Bapak Togar Simanjuntak (kawan tuli Kristen) yang hadir bersama Ibu Veni Setiawati dari Yayasan Suluh Indonesia

Cing Abdel memperkenalkan mereka pada Tatok dan Mucle. Mereka berbincang di atas panggung. Mereka juga mempraktikan manfaat kehadiran Al-Quran Bahasa Isyarat dan Ayat Alkitab Bahasa Isyarat. Suasana pecah saat Akbar salah paham. Dia menganggap kawan tuli sedang “bicara sendiri”. Padahal, ada pendamping yang sedang menggunakan bahasa isyarat untuk menyampaikan pesan keapda Kawan Tuli.

Cing Abdel lalu mengatakan, bahwa para sahabat disabilitas itu ingin menyampaikan secara langsung terima kasih mereka kepada pimpinan Kementerian Agama.

Akbar lalu berjalan ke arah penonton. Dia dekati kursi Wamenag Saiful Rahmat Dasuki dan mengajaknya naik ke panggung. Cing Abdel lalu mengkonfirmasi informasi yang disampaikan Tatok, tentang program Kemenag yang dirasakan kawan-kawan difabel. Wamenag pun mengiyakan informasi yang disampaikan Tatok. Menurutnya, penguatan layanan keagamaan memang diberikan juga kepada masyarakat yang berkebutuhan khusus. Kemenag menghadirkan Al-Qur’an Braille dan Isyarat, Dhammapada Braille, serta Ayat Alkitab Isyarat.

Atas semua itu, dua sahabat disabilitas yang hadir, mengucapkan terimakasih kepada Gus Men Yaqut Cholil Qoumas, kepada jajaran Kementerian Agama, dalam bahas isyarat. Terima kasih Gus Men, terima kasih Kementerian Agama.

Akselerasi Sertifikasi Halal

Lagu “Kusadari (Akhirnya)” karya Band Gigi mengalun. Dewi Gita yang menyanyikannya naik ke atas panggung. Tampak visual bangunan tempat ibadah. Ada Masjid Istiqlal, Katedral, Borobudur, Prambanan, dan lainnya. Tampak juga umat beragama yang sedang beribadah dan merayakan hari besarnya.

Lagu selesai, Dewi Gita turun panggung. Muncul tayangan dengan suasana sudut jalanan Bali. Tampak juga gambaran pelaku usaha kecil dan mikro (UKM) yang sedang berjualan di pinggir jalan. Ada tenda Pecel Lela, Bebek Madura, dan lain.

Mucle dan Tatok muncul ke panggung. Tatok menjadi pedagang Acung yang menawarakan kaleng atau kerajinan pada turis. Mucle membawa pikulan yang juga berisi barang dagangan. Kedua nya berbincang tentang usahanya masing-masing sembari berharap bisa lebih berkembang. Tapi, mereka belum tahu caranya.

Tetiba, Cing Abdel dengan Akbar muncul. Keduanya sedang berlibur ke Bali. Tapi, Akbar merasa aneh karena setting panggungnya Pecel Lele Lamongan dan Bebak madura. Ini sebenarnya di mana sih? tanya Akbar.

Akbar memang sedang lapar dan ingin makan. Namun dia menegaskan kalau hanya mau makan makanan halal. Melihat itu, Tatok dan Mucle bergantian menawarkan makanan pada Akbar. Tapi Akbar ragu: apakah makanan itu halal? Dua komedian itu menegaskan bahwa sebagai UKM mereka sudah mendapat banyak bantuan dari Kemenag untuk mengurus dan mendapatkan sertifikat halal.

Cing Abdel lalu menegaskan bahwa Kemenag sudah banyak membantu UKM untuk mengurus sertifikasi halal. Tahun 2023, BPJPH menargetkan 1 juta produk tersertifikasi halal. Dan, target itu sudah terlampaui. Sampai 26 Desember 2023, ada 2.395.905 produk yang terbit sertifikat halalnya. Jika dihitung sejak 2019, sudah 3.488.069 produk yang bersertifikat halal. Sebanyak 59,8 persen melalui skema self declare alias nol rupiah, dan 40,2 persen reguler.

Afirmasi sertifikasi halal ini telah membuat para pelaku UKM senang. Karena mendapatkan sertifikat halal, usaha mereka berkembang. Sertifikat halal juga membuat produk dan usaha UMK menjadi meningkat kualitas dan mutunya. Selain peningkatan ekonomi, masyarakat juga mendapat makanan dan minuman yang halal, sehat, dan bermutu.

Revitalisasi KUA

Serius mendengar penjelasan Cing Abdel, tiba-tiba muncul Ayu, yang juga sedang liburan di Bali. Akbar kaget, mukanya merah tersipu, karena tak menyangka bertemu dengan Gadis pujaan hatinya itu. Akbar bilang ke Cing Abdel, “Kalau ini halal ga buat saya?” Cing Abdel: ya sudah kamu halalin ajah… Di Bali juga ada KUA, kamu tinggal ajak ke sana. Jangan malah kamu ajak dugem.”

Ada iringan musik, lalu muncul Bapak Hadi Pur, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kintamani dan Kepala Kankemenag Bangli – Bali, Ibu Tia Sastrina. Kepada mereka berdua, Akbar bertanya lokasi terdekat KUA, karena ia mau mengajak Ayu menikah. Sembari menunjukkan arah, Ibu Tia bercerita upaya jajaran Kemenag Bangli hingga KUA terus berinovasi berdasarkan arahan dan program Gus Men Yaqut Cholil Qoumas. Atas upaya itu, Kemenag Bangli mendapat penghargaan sebagai Unit Penyelenggara Pelayanan Publik Terbaik Penyedia Sarana Prasarana Ramah Kelompok Rentan 2023 dari MenPAN dan RB.

Pak Hadi Pur juga menjelaskan apa yang telah dilakukan hingga KUA nya didaulat sebagai KUA teladan. KUA semakin mengambil peran penting dalam kehidupan sosial, terutama memperkuat kerukunan umat. Di Bali misal, KUA tak hanya penyuluhan agama Hindu, tetapi juga Islam, dan agama yang lain.

Cing Abdel lalu mengundang Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin naik ke atas panggung. Prof Kamaruddin menjelaskan program Revitalisasi KUA yang digagas Menag Yaqut Cholil Qoumas. Menurutnya, peran KUA kini tak hanya sekadar mengurus soal pernikahan atau kawin cerai. Ada proses digitalisai administrasi yang menjadikan layanan semakin efektif. Sebagai garda terdepan layanan Kementerian Agama yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, KUA berperan penting dalam program bimbingan perkawinan bagi calon pengantin, pencegahan stunting, dan juga ketahanan keluarga. Saat ini, tercatat sudah ada 1.106 KUA yang direvitalisasi (2021 – 2023) untuk menjadi Pusat Layanan Keagamaan demi meningkatkan kualitas kehidupan keberagamaan umat.

Usai mendapat penjelasan, Akbar lalu mendekati Ayu. Dia menyatakan cintanya, dan ingin melamarnya. Kepada Ayu, Akbar berjanji jika sudah menikah, akan mengajak Ayu menunaikan ibadah haji.

“Semoga kemesraan Akbar dan Ayu tidak cepat berlalu,” ujar Mucle, dilanjutkan dengan iringan lagu “Kemesraan”.

Haji Ramah Lansia

Sementara lagu kemesraan masih mengalun, muncul tayangan di layar, kawasan pantai di senja hari. Tampak beberapa jemaah yang bersiap untuk berangkat ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Para penonton yang memadai Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail juga nampak hanyut, ikut menyanyikan lagu “Kemesraan”.

Menjelang akhir lagu, visual berubah menjadi terminal bandara. Lalu muncul dr. Mayor Leksmana Arry Chandra (Nakes RSPAD), petugas haji yang mendampingi jemaah haji lansia, Jaina Zein Rasyid (82 tahun) jemaah asal Kota Depok yang tergabung dalam kelompok terbang 57 embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS 57). Melihat kedatangan dr Leks (panggilan akrabnya), Akbar pun bertanya soal peran yang dokter Leks lakukan sebagai bagian dari petugas haji 2023.

Dokter Leks lalu menceritakan pengalamannya dalam mendampingi jemaah haji lansia. Dia bercerita bahwa awalnya disiapkan sebagai tim MCR (Mobile Crisis Rescue). Ada dua tim, MCR 1 dan MCR 2. Itu semua sudah disiapkan. Tugasnya di jalur Jamarat atas dan bawah. Karenanya, mereka juga bersiap untuk ikut ke Arafah, Muzdalifah, baru Mina.

Tiba-tiba, mereka dipanggil ke kantor Daker (Daerah Kerja) Makkah oleh Kasatop (Kepala Satuan Operasional) Armina, karena ada perubahan rencana. Mereka diminta mendampingi jemaah lansia dan berkebutuhan khusus untuk safari wukuf.

“Kami mendapat briefing singkat jelang puncak haji. Ketika jemaah datang, kami kaget dengan kondisi mereka, lansia dengan beragam permasalahan (kesehatan)nya,” kenang dr Leks, panggilan akrabnya.

Namun, semua itu diambilnya. Tugas yang diamanahkan harus diemban. “Kami mendapat tugas untuk melayani jemaah lansia di momen puncak haji, kami laksanakan. Haji mabrur urusan Allah. Mudah-mudahan apa yang kami laksanakan mendapat ridla Allah,” harapnya.

Akbar, Cing Abdel, Tatok, dan Mucle, selanjutnya bertanya pada Ibu Jaina Zein Rasyid, salah satu jamaah haji lansia tahun 2023. Mereka bertanya, bagaimana pengalaman Ibu Jaina menjalani ibadah haji yang mengusung tagline “Haji Ramah Lansia”?.

Di sinilah Ibu Jaina bercerita pengalamannya, mendapat layanan selama beribadah haji. Dia lalu mengucapkan terima kasih, karena program haji lansia sungguh sangat bermanfaat dan sangat membantu para lansia yang sudah menunggu lama untuk bisa beribadah haji.

Dipanggil Cing Abdel, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief lalu ikut bergabung naik ke atas panggung. Prof Hilman menjelaskan sekilas tentang program Haji Ramah Lansia’ yang berhasil memfasilitasi keberangkatan 61.536 jemaah haji lansia dengan usia 65 tahun ke atas dan 5.791 jemaah disabilitas. Ini adalah jumlah haji lansia terbanyak dalam sejarah penyelenggaraan ibadah haji Indonesia (29,3% dari total jemaah haji Indonesia yang tiba di tanah suci, 209.782 orang). Kali pertama juga PPIH Arab Saudi memfasilitasi Safari Wukuf khusus bagi 129 jemaah lansia dan disabilitas.

Prof Hilman juga menjelaskan bahwa semangat Haji Ramah Lansia masih akan relevan pada penyelenggaraan haji ke depan. Pasalnya, jemaah haji Indonesia yang memasuki usia lansia memang masih banyak jumlahnya. Tahun 2024, diperkirakan ada 46.000 jemaah haji lansia.

Segmen Haji Ramah Lansia menjadi penutup Drama Musikal Ikhlas Beramal. Muncul di layar, visual terminal bandara. Para penari, Mucle, Tatok, Cing Abdel, Akbar, Dewi Gita dan semua aktor yang terlibat, naik ke atas panggung. Mereka bersama menyanyikan lagu “BENDERA”. Ikut bergabung juga Wamenag Saiful Rahmat Dasuki bersama jajaran Kementerian Agama.

Para penari lalu membuat koreografi pesaudaran dan persatuan. Mereka mengenakan kostum beragam latar profesi, mulai dari ojol, petani, dokter, polisi, tantara, dan lainnya. Semua menggambarkan kerukunan dan persaudaraan yang penuh toleransi dan kemesraan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER