MONITOR, Jakarta – Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa moderasi beragama adalah kesediaan agama-agama mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB demi keselamatan bersama. Gus Yahya menekankan pentingnya persatuan global dalam mengatasi tantangan bersama, tanpa terhalang oleh ragam budaya.
“Ragam budaya bukan kendala. Oleh karena itu, semua negara diharapkan bersatu membangun sebagai gerakan global,” ujar Gus Yahya dalam sambutannya pada gelaran Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (20/12/2023).
Gus Yahya mengungkapkan keprihatinannya terhadap kejahatan kemanusiaan yang masih terjadi akibat ketidakkonsistenan aktor global terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB meskipun sudah ada konsensus. Menurutnya, hal ini membutuhkan tindakan mendesak.
“Hari ini tragedi kemanusiaan masih terus terjadi, semakin parah hanya untuk menuruti kepentingan dari pemain-pemain global tertentu dalam berebut dominasi. Maka ini adalah momentum yang sangat genting bagi kita semua untuk melakukan sesuatu,” ungkapnya.
Gus Yahya menegaskan bahwa Piagam PBB menjadi dasar tatanan damai saat ini, dan konflik global seperti di Ukraina harus dihadapi dengan konsistensi terhadap prinsip-prinsip PBB. Ia memperingatkan bahwa tanpa kembali pada prinsip-prinsip tersebut, kita menghadapi pertarungan tak berkesudahan.
“Jika kita tidak mengembalikan semua ini pada prinsip-prinsip PBB, kita akan menghadapi pertarungan yang tak berkesudahan,” ungkapnya.
Gus Yahya melihat kesepakatan agama untuk memegang prinsip-prinsip ini sebagai langkah vital menuju Konferensi Asia Afrika Amerika Latin 2024. PBNU berusaha berperan dalam menjembatani konflik dan mengingatkan pada semangat Konferensi Asia Afrika yang diinisiasi Bung Karno 69 tahun lalu.
Dalam konferensi yang diadakan 69 tahun lalu, Presiden Soekarno, menjadikan Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai forum konsolidasi negara-negara baru di Asia Afrika. Bung Karno menekankan perlu mengingatkan PBB tentang negara-negara super power agar menjalankan prinsip-prinsip Piagam PBB dengan sungguh-sungguh.
“Negara-negara baru ini mengingatkan anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk tidak menyalahgunakan kekuatan mereka demi kepentingan eksklusif atau melakukan abuse of power. Dulu Bung Karno ingin konferensi lebih besar, melibatkan tidak hanya Asia dan Afrika tetapi juga Amerika Latin,” ungkap Gus Yahya.
Gus Yahya menyoroti sejarah Indonesia dan Gedung Merdeka sebagai tempat bersejarah. Ia menekankan pentingnya melibatkan Indonesia secara bermakna dalam konsolidasi global untuk menghentikan kekacauan dan tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung.
“Kita punya warisan luar biasa sehingga ini tidak boleh kita tinggalkan. Kita bekerja untuk mengupayakan peran yang sungguh bermakna untuk menghentikan kekacauan yang memakan korban manusia yang begitu banyak dan menghentikan tragedi kemanusiaan yang terus terjadi hanya karena persaingan dominasi,” jelasnya.