SUMATERA

Optimalisasi Sektor Kelautan Perikanan Kepri, Guru Besar IPB soroti Asuransi Nelayan dan Tingginya Suku Bunga Pinjaman

MONITOR, Batam – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof Rokhmin Dahuri mengatakan sampai saat ini nelayan tidak memiliki asuransi yang jelas. Beberapa tahun lalu pernah diberikan pemerintah, tetapi terhenti karena hanya untuk stimulus tahun pertama setelah itu nelayan diminta mandiri asuransi.

Hal tersebut disampaikan Rokhmin Dahuri saat menjadi narasumber utama Focus Group Discussion (FGD) “Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Kemaritiman Provinsi Kepulauan Riau Untuk Meneguhkan Kesejahteraan Rakyat” yang digelar Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau di Hotel AP Premier, Batam, Senin (4/12/2023).

Pakar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menegaskan bahwa nelayan bukan tidak mampu membayar iuran angsuran mandiri. Tetapi sulitnya akses hingga banyaknya permasalahan asuransi membuat mereka enggan memilikinya.

“Pemerintah Provinsi Kepri akan mengucurkan anggaran asuransi Rp3,5 miliar untuk 32.000 nelayan di Kepri pada 2023. Namun, nelayan berharap, asuransi tidak hanya diberikan selama satu tahun saja,” terang Rokhmin Dahuri.

Mantan menteri kelautan dan perikanan itu menuturkan tantangan penguatan industri kelautan dan perikanan di Indonesia diantaranya suku bunga pinjaman bank masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain, dan fungsi intermediasi (alokasi kredit) untuk sektor tersebut sangat rendah.

“Dari total alokasi kredit perbankan nasional, pinjaman yang diberikan ke sektor kelautan dan perikanan hanya mencapai sekitar 0,32 persen dari total nilai pinjaman Rp2,6 triliun. Sementara alokasi kredit tertinggi diberi ke sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 26,94 persen,” tuturnya.

Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menyebut Indonesia masih menjadi negara dengan pemberi suku bunga pinjaman tertinggi pada 2021, yaitu sebesar 10,5 persen, dibanding beberapa negara Asia, seperti Vietnam (7,6 persen), Thailand (3,3 persen), China (5,6 persen), Filipina (7,1 persen), Brunei Darussalam ( 5,5 persen), Singapura (5,3 persen) dan Malaysia (3,9 persen).

Dalam paparannya, Prof. Rokhmin Dahuri menjelaskan Prov. Kepulauan Riau memiliki potensi sumber daya mineral. Sebagian  besar potensi pertambangan mineral sudah dieksploitasi di beberapa daerah, seperti Bintan, Tanjungpinang,Karimun, dan Lingga.

Potensi sumber daya mineral yang berupa mineral logam dan non logam tersebar di Kab. Karimun, Kab. Bintan, Kab. Lingga, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.

Mineral  logam:  Timah,  Bauksit  Bijih Besi, Monasit dan Titan Laterit. Mineral non logam: kaolin, granit, andesit dan pasir kuarsa. Andesit dalam bentuk bijih sebesar 384.400.000 ton ada di Kabupaten Bintan, sedangkan Monosit Sebesar 241 ton ada di Kabupaten Lingga.

Potensi pertambangan yang memberikan kontribusi pendapatan daerah terbesar adalah minyak dan gas bumi yang terdapat di Kab. Natuna dan  Kab. Kepulauan Anambas.

Potensi sumber energi minyak dangas bumi terletak di Laut Natuna. Berdasarkan Peta Potensi Energi Laut (ESDM, 2022): a) Selat Riau  dekat dengan Kepri memiliki kecepatan arus maksimum 1.75 m/s dengan kepadatan daya maskimum 2.747 kW/m2 seluas 140.000,00 m2.

b) Selat Sugi Riau dekat dengan Kepri memiliki kecapatan arus maksimum 1.24 m/s dengan kepadatan daya maskimum 0,977kW/m2 seluas 1.546,20 m2. c) Selat Lampa di Natuna memiliki kecapatan arus maksimum 1.28  m/s dengan kepadatan daya maskimum 1.075 kW/m2 seluas 2.536,90 m2.

Peta Sumber Daya Mineral Kelautan Indonesia (ESDM, 2022): a) Wilayah  Kundur-Kumpar Kep. Riau memiliki Mineral berat pembawa UTJ (manosit,   senotim,  apatit, dll) Heavy mineral bearing REE (monazit, xenotime,  apatite, etc ) dengan volume sebesar 811,313,276 m3.

b) Wilayah Bintan Selatan Kep. Riau memiliki Pasir Silika (Silica sand) dan Unsur Tanah Jarang (REE)  dengan potensi sebesar 1,071,130,000 m3.

Lebih lanjut, Prof. Rokhmin Dahuri menjelaskan, sektor unggulan pembangunan ekonomi KP Provinsi Kepulauan Riau antara lain: Pertama, Perikanan Tangkap. Kedua, Perikanan Budidaya. Ketiga, Pengolahan Hasil Perikanan. Sedangkan kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada 2011 – 2021 turun rata-rata 3,24 % per tahun.

Recent Posts

Aromatika Indofest 2025 Wangikan Industri Minyak Atsiri Hingga Pasar Global

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi atas suksesnya penyelenggaraan Aromatika Indofest 2025. Ajang ini…

3 jam yang lalu

Layanan Kesehatan Haji 2025 Berakhir, Kemenkes: Jumlah Jemaah Wafat Turun

MONITOR, Jakarta - Operasional layanan kesehatan jemaah haji Indonesia 1446 H/2025 M di Arab Saudi…

5 jam yang lalu

Gelar Sekolah Politik Anggaran, Fraksi PKB Pelototi APBD Kota Depok

MONITOR, Jakarta - Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) sepertinya serius menjawab tantangan Penjabat (Pj) Sekda…

8 jam yang lalu

Kementerian PU Segera Rampungkan Seksi 4 Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat

MONITOR, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus mempercepat penyelesaian Jalan Tol Kuala Tanjung -…

9 jam yang lalu

Program Sekolah Rakyat Solusi Konkret Atasi Akes Pendidikan Keluarga Miskin Ekstrem

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Arzeti Bilbina, meminta pemerintah mengintensifkan pelaksanaan program Peluncuran…

10 jam yang lalu

Menag Minta Kampus PTKIN Kembangkan Ekoteologi

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta kampus Peguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)…

11 jam yang lalu