Senin, 29 April, 2024

Konsep Wacana Komedi sebagai Alat Komunikasi Politik di Media

Oleh: Eris Risnawati*

Indonesia cukup dekat dengan budaya komedi atau humor. Ini dibuktikan dengan adanya kelompok-kelompok seni bergenre komedi yang memiliki umur cukup panjang dan selalu digemari oleh masyarakat. Begitupun program televisi, durasi tayangan bisa mencapai ribuan episode dengan berbagai konsep. Fenomena ini memberikan gambaran bahwa masyarakat Indonesia tidak hannya menyukai sinetron “azab” atau sinetron “ganteng-ganteng tapi apa”, namun juga memiliki sensitifitas humor yang dinikmati.

Akhir-akhir ini dunia hiburan diramaikan dengan konsep hiburan baru yang dinamakan stand up comedy. Stand up komedi merupakan lawakan tunggal yang dilakukan oleh satu orang dihadapan penonton. Stand up comedy tidak harus dilakukan di panggung, namun juga bisa dilakukan di cafe-cafe, mall, ataupun tempat-tempat yang kiranya bisa dijadikan tempat orang-orang berkumpul.

Stand-up comedy menjadi menarik karena memiliki variasi konsep komedi yang cukup kaya. Hal ini disebabkan karena background dan ketertarikan penyampai atau komika (komika adalah istilah untuk orang yang melakukan stand-up comedy) memberikan warna yang lebih banyak. Sebagai contoh komika Pandji Pragiwaksono, Panji memiliki background pendidikan sebagai pelaku seni namun ia tertarik pada isu-isu politik, maka konten-konten yang disampaikannya pun kerap berkaitan dengan politik. Begitupun dengan Mamat Alkatiri, Mamat memiliki background pendidikan sebagai dokter gigi, namun ia juga tertarik pada isu politik, akhirnya dia sering membahas politik pada set up komedinya.

- Advertisement -

Tahun 2023 menjadi tahun pemanasan politik, para politikus sedang beramai-ramai mencari wahana untuk menyampaikan gagasan yang dimiliki kepada khalayak luas. Salah satu wahana yang sudah mulai dilirik adalah wahana komedi. Komedi memang bukan hal baru yang biasa digunakan oleh para politisi.

Ketika zamannya Opera Van Java dengan jagoannya Sule, juga sering dikunjungi oleh orang-orang yang memiliki niatan ke politik. Sekali dua kali gabung, tiba-tiba sudah ada di parlemen. Begitupun dengan aktornya, ada kurang lebih enam orang komedian yang berhasil melenggang menjadi politikus, diantaranya Eko Patrio, Mi’ing, Qomar, Andre Taulany, Akri Patrio, dan Dicky Chandra. Semuanya berlatar komedian, lalu memanfaaatkan popularitas dan komunikasi humornya untuk merebut hati masyarakat.

Bukan sebuah kemustahilan ketika para politisi mendekati masyarakat melalui apa-apa yang dekat dengan mereka atau apa-apa yang disukainya. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai privilege untuk dijadikan sebagai metode untuk memenangkan perhelatan politik. Gelombang keberpihakan masyarakat memang agak sulit ditebak atau diprediksi, namun bisa terbaca melalui aktivitas atau hal-hal sering dilakukan oleh mereka. Salahsatunya dengan menonton hiburan-hiburan yang berbau humor disela-sela istirahatnya.

Dilihat dari pengalaman-pengalaman yang sudah terjadi bahwasannya program-program televisi yang memiliki genre humor memiliki episode yang panjang, beberapa politikus menggunakan wacana humor ini sebagai kendaraan dalam menyampaikan gagasan-gagasannya. Stand-up comedy menjamur ketika masyarakat sudah mulai bosan dengan konsep humor yang tidak berubah selama beberapa dekade, muncul konsep stand-up comedy yang dirasa lebih segar.

Selain itu, konsep komedi stand-up comedy juga lebih fleksible untuk diaplikasikan pada beberapa program lain seperti program wawancara. Oleh karena itu, beberapa wawancara public atau lebih populer dibilang podcast menjadi salahsatu alternatif program blanding antara stand up comedy dengan wawancara public.

Penggabungan kedua program tersebut menghasilkan nuansa baru yang lebih segar. Wawancara yang memiliki kesan serius dan formal menjadi renyah dan hangat ketika diselipi dengan momen-momen komedi. Pada momen inilah sebuah komunikasi dibangun antara penutur dan petutur. Para politisi memiliki harapan bahwa gagasan-gagasan yang dimilikinya dapat didengar serta dipahami oleh khalayak luas, begitupun dengan khalayak umum, sudah seharusnya mampu mendengar dan mempertimbangkan gambaran pemimpin yang diharapkannya.

Dalam komunikasi ini terjadi sebuah transaksi informasi antara yang satu dengan yang lainnya. Dan terjadi komunikasi politik yang dibalut dengan humor para komika. Beberapa podcast yang sesekali diselipi oleh tamu-tamu politisi seperti salurannya Pandji Pragiwaksono, HAS creative, ruang 28, Kemal Palevi, dll. juga memiliki cukup banyak pengunjung.

Podcast-podcast tersebut cukup syarat akan pesan-pesan yang berkaitan dengan gagasan politikus. Sesekali dipatahkan dan dibelokkan pesannya oleh pemandu acara menjadi hal yang biasa dan bahkan dijadikan sebagai bahan komedi. Fenomena yang seperti itulah konsep yang akhir-akhir ini disenangi oleh penonton sehingga mereka tidak hanya mendapatkan informasi mengenai gagasan-gagasan politik namun juga menjadi bahan hiburan yang menyenangkan. Keduanya mendapatkan manfaat yang besar, politikus mendapatkan panggung gagasan dan khalayak mendapatkan pemahaman dan hiburan.

*Penulis merupakan Mahasiswa pascasarjana Linguistik UPI

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER