Kamis, 5 Desember, 2024

4th ICMMBT 2023, Rokhmin Dahuri paparkanPentingnya Penerapan Bioteknologi Kelautan

MONITOR, Denpasar – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) University Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MS, menyatakan penerapan bioteknologi kelautan saat ini sudah sangat relevan dan penting demi mewujudkan ekonomi biru pada pembangunan berkelanjutan di kawasan laut serta pesisir.

Hal itu disampaikan Prof Rokhmin Dahuri saat menjadi pembicara kunci hari kedua Konferensi Internasional ke-4 bidang Integrated Coastal Management (ICM) and Marine Biotechnology atau pengelolaan pesisir dan bioteknologi (4th ICMMBT 2023) di Kuta, Bali, Rabu (13/9/2023).

“Penerapan bioteknologi kelautan, khususnya rekayasa genetika yang menghasilkan benih berkualitas tinggi (Specific Pathogen Free, Specific Pathogen Resistance, dan Fast Growing) dari biota laut dan bahkan organisme darat, telah mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, dan keberlanjutan dari budidaya pesisir dan laut,” ungkap Rokhmin.

Menurut Rokhmin Dahuri, sudah banyak bukti bahwa negara-negara yang menerapkan bioteknologi akan lebih cepat maju bukan hanya dari sisi perekonomiannya, tapi sosial budayanya juga ikut terpengaruh.

- Advertisement -

Di Indonesia sendiri sejumlah pilot project penerapan bioteknologi dan pengelolaan manajemen pesisir yang baik, kata Rokhmin, sudah berhasil diterapkan di antaranya di Bontang dan Balikpapan Kalimantan Timur sebelum ada tumpahan minyak, Teluk Lampung, dan di Tangerang, Banten.

“Kuncinya adalah kepedulian bersama seluruh masyarakat, pemangku kepentingan dan swasta sehingga tiga tujuan utamanya yakni ekonomi kesejahteraan, pemerataan ekonomi sosial dan pelestarian lingkungan betuk-betul tercapai. Karena selama ini pesisir banyak menerima dampak dari perubahan iklim yang mayoritas disebabkan aktivitas di daratan,” jelas Rokhmin.

Dalam kesempatan itu, Prof. Rokhmin Dahuri menguraikan tentang peningkatan peran pantai dan laut bagi pembangunan berkelanjutan dan peradaban manusia. Pertama, secara alamiah, wilayah pesisir yang merupakan wilayah transisi antara ekosistem darat dan laut, telah memainkan peran penting bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan dan peradaban manusia sejak zaman dahulu.

Sekitar 72% permukaan bumi ditutupi oleh lautan (NOAA, 2010). Meskipun hanya 8% dari permukaan bumi, wilayah pesisir menyediakan sekitar 45% dari total sumber daya alam dan jasa lingkungan yang tersedia di Bumi (Costanza, 1998). Secara global, karena kesuburan tanahnya, wilayah pesisir merupakan gudang makanan utama dunia (FAO, 2000).

Lebih dari 60% populasi global tinggal dalam jarak 50 km dari pantai (FAO, 2014). Sekitar 65% kota-kota besar di dunia terletak di wilayah pesisir. Lebih dari tiga miliar orang (40% populasi dunia) bergantung pada sumber daya laut dan pesisir untuk mata pencaharian mereka (PBB, 2014).

90% dari total komoditas dan produk yang diperdagangkan secara global diangkut melalui lautan, lautan, dan wilayah pesisir; dan 40% dari total perdagangan global dilakukan melalui Jalur Laut Indonesia (UNCTAD, 2012).

Pesisir dan lautan memainkan peran penting dalam sistem pendukung kehidupan di Planet Bumi kita termasuk siklus hidrologi, siklus nutrisi, penyerap karbon, dan asimilasi (netralisasi) berbagai limbah (Preager, 2001; Pawlak, Kullenberg, dan Chua, 2008) .

Kedua, populasi dunia yang terus meningkat dan pendapatannya (daya beli) telah meningkatkan permintaan manusia terhadap makanan, pakaian, produk farmasi, mineral, energi, dan sumber daya alam lainnya (komoditas) serta jasa lingkungan termasuk perumahan dan tempat tinggal, tujuan wisata, siklus hidrologi, dan penyerapan karbon.

Ketiga, sementara itu, sumber daya alam dan jasa lingkungan di darat (ekosistem terestrial) semakin berkurang atau semakin sulit dimanfaatkan dan dikembangkan.

Keempat, karena sekitar 72% planet bumi kita ditutupi oleh lautan dan samudera yang diberkahi dengan potensi besar dari berbagai sumber daya alam dan jasa lingkungan maka pesisir, laut, dan samudera menawarkan potensi besar untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sumber daya alam dan sumber daya alam yang semakin meningkat. pelayanan lingkungan.

Rokhmin Dahuri menjelaskan, sejak zaman kuno, wilayah pesisir di dunia telah memainkan fungsi dan peran yang penting dan signifikan bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan dan peradaban manusia.

Sejalan dengan bertambahnya populasi manusia, dan fakta bahwa sumber daya alam dan jasa lingkungan di darat semakin menurun atau sulit untuk dikembangkan; maka fungsi dan peran wilayah pesisir dunia akan semakin penting di masa depan.

Sayangnya, kebijakan dan praktik terkait pembangunan pesisir dalam lima dekade terakhir secara umum tidak berkelanjutan. Hal ini tercermin dari tingginya angka pengangguran dan kemiskinan; dan di sisi lain meningkatnya pencemaran laut, hilangnya keanekaragaman hayati, rusaknya ekosistem pesisir, dan degradasi lingkungan lainnya; yang di beberapa wilayah pesisir telah mencapai tingkat yang mengancam kelestarian kapasitas suatu wilayah pesisir. Dampak negatif degradasi lingkungan diperparah oleh Perubahan Iklim Global.

Bioteknologi kelautan yang terencana, implementasi, dan MONEV dikombinasikan dengan teknologi tercanggih lainnya (Industri 4.0) telah menghasilkan peningkatan produksi, produktivitas, efisiensi, daya saing, dan keberlanjutan komoditas pesisir (sumber daya alam) yang signifikan, tambah- nilai produk, dan jasa lingkungan. Dengan kata lain, penerapan bioteknologi kelautan dan teknologi Industri 4.0 lainnya dapat meningkatkan volume produksi sumber daya alam dan produk bernilai tambah serta daya dukung wilayah pesisir.

“Sementara itu, penerapan ICM yang tepat dan berkelanjutan menjamin keberlanjutan ekosistem pesisir dalam menyediakan sumber daya alam dan sumber daya lingkungan, serta menjamin distribusi kekayaan dan peran sosial yang adil (just) di antara masyarakat. Sehingga pembangunan pesisir berkelanjutan dapat terwujud,” tutur mantan menteri kelautan dan perikanan itu.

Sebagai informasi, konferensi Internasional ke-4 bidang Integrated Coastal Management (ICM) and Marine Biotechnology atau pengelolaan pesisir dan bioteknologi (4th ICMMBT 2023) dengan tema “Good Practices and Innovations Towards Blue Economy” diselenggarakan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB University (PKSPL-IPB) di Grand Inna Kuta, Bali, Rabu, 23 September 2023.

Tercatat sebanyak 15 negara, di antaranya: Timor Leste, Australia, Fiji, Madagaskar, Philipina, Vietnam, China, Indonesia, Australia, Argentina, Papua Nugini, Malaysia, Thailand, dan lainnya, sekaligus dihadiri lebih dari 70 institusi untuk menyukseskan konferensi. Sedangkan, total 225 peserta turut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil penelitiannya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER