Sabtu, 27 April, 2024

Prof Rokhmin: Momentum Idul Adha Memperkuat Nilai-nilai Substansial Islam

MONITOR, Jakarta – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS memberikan Khutbah Idul Adha di Lapangan “Taman At-Taubah”, Masjid Baabut Taubah. Pulomas, Jakarta Timur, DKI Jakarta, 10 Dzulhijjah 1444 H, Kamis (29/6/2023).

Dalam pesannya, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu mengatakan bahwa dewasa ini kejujuran, amanah, keikhlasan, dan persatuan (ukhuwah) telah menjadi barang langka di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Tidak sedikit para pemimpin dan elit bangsa kita yang hanya mengumbar janji pada saat kampanye, tanpa realisasi ketika terpilih menjadi pemimpin atau wakil rakyat.  Pencitraan dan hoax dijadikan alat untuk memamerkan kinerjanya Bukan karya nyata dan platinum legacy yang dapat mencerdaskan, mensejahterakan, dan membahagiakan rakyatnya,” katanya.

“Persatuan dan persaudaran (ukhuwah) begitu mudahnya digaungkan, terutama oleh para pemimpin. Tetapi, pidato dan kerjaan mereka justru membuat masyarakat kian terbelah (terfragmentasi), seperti kadrun vs. kampret, dan pembelahan masyarakat berbasis perbedaan lainnya,” tambahnya.

- Advertisement -

Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan sejumlah paradoks (kejanggalan) yang menimpa Umat Islam, khususnya di Indonesia, dan, salah satunya adalah karena Umat Islam pada umumnya di dalam menjalankan ibadah mahdhoh; termasuk ibadah haji, ibadah qurban, dan sholat Idul Adha itu hanya bersifat ritual dan seremonial belaka.

“Tidak memahami artinya, tidak tahu substansi dan maknanya. Apalagi untuk menjalankan (mengimplementasikan) nilai-nilai (substansi) dari berbagai ibadah mahdhah itu dalam kehidupan kesehariannya,” terangnya.

Maka, lanjut Prof Rokhmin jangan heran bila sering kali kita menjumpai seorang muslim atau muslimah yang nampak sangat saleh secara individual (sangat baik ‘kesalehan individual’ nya). Dia sudah melaksanakan ibadah haji dan umrah berkali-kali, rajin menunaikan shalat fardhu dan sholat-sholat sunnah, puasa sunah, dan ibadah mahdhoh lainnya. Namun, dia sering menyakiti tetangganya, kikir, tidak suka menolong fakir miskin, korupsi, tidak jujur, pembohong, pendengki, pendendam, tidak mau berkurban untuk menegakkan kalimat Allah (Islam), dan akhlak buruk lainnya. 

“Dengan perkataan lain, sudah menjadi pemandangan sehari-hari (hal yang lumrah), bahwa kebanyakan muslim dan muslimah di Indonesia itu sangat baik ‘kesalehan individual’nya, tetapi amat buruk ‘kesalehan sosial’ nya,” ucap ucap Anggota Dewan Pembina BAMUSI (Baitul Muslimin Indonesia) itu.

Disisi lain, kata Prof. Rokhmin Dahuri, Indonesia merupakan negara penyumbang jamaah haji terbesar di dunia setiap tahunnya. Bahkan pada tahun ini, kuota haji Indonesia mencapai 221.000 jamaah atau mengalami peningkatan sekitar 10 ribu jamaah dibandingkan tahun sebelumnya. Sayangnya, peningkatan kuota jamaah haji tersebut seolah hanya sebagai simbol saja dan tidak terlalu berdampak terhadap perbaikan kualitas diri maupun bangsa kita. 

“Sehingga, tak heran bila perilaku akhlakul mazmumah (tercela) seperti pembunuhan, begal, perjudian, perzinahan, saling hujat, saling hantam, flexing (pamer kemewahan), korupsi, kolusi dan nepotisme masih menghiasi negeri ini. Lantas, dimanakah nilai dan makna ibadah Haji yang telah dilaksanakan oleh ratusan ribu jamaah kita setiap tahunnya ?” ujar Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat itu.

Oleh karena itu, Prof, Rokhmin Dahuri mengajak marilah kita jadikan Idul Adha kali ini sebagai momentum bagi kita Umat Islam di Indonesia pada khususnya, dan di dunia pada umumnya. Untuk bangkit, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai (hikmah) substansial dari setiap ibadah mahdhoh yang kita kerjakan, terutama ibadah haji, sholat Idul Adha, dan ibadah qurban.

“Sebagaimana diingatkan oleh Presiden pertama RI, Dr.Ir. Soekarno (Bung Karno), bahwa kita “Umat Islam harus mengambil api (substansi, ruh) Islam, bukan asapnya (ritual dan seremoni nya) saja,” tegasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER