POLITIK

KPPPA: Pelibatan Anak dalam Proses Kampanye Bentuk Pelanggaran

MONITOR, Jakarta – Dalam momentum pemilu, terkadang anak masih dijadikan objek untuk menggalang dukungan, baik secara offline maupun online. Hal tersebut diamini oleh Staf Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ulfah Mawardi.

Ia membenarkan bahwa anak masih kerap dijadikan alat kampanye untuk pemenangan Pemilu. Eksploitasi anak dalam agenda politik, ditegaskan Ulfah, merupakan bentuk kekerasan.

“Melibatkan anak dalam proses kampanye itu masuk pelanggaran,” tegas Ulfah dalam diskusi ‘Pemilu Ramah Anak’ yang diselenggarakan Kementerian PPPA di Digra Coffee Jakarta Selatan, Minggu (18/6/2023).

Ia berharap semua kalangan mendukung terciptanya Pemilu bersih dan ramah terhadap perempuan dan anak.

“Bagaimana kita menghasilkan pemilu ramah anak. Segala proses pemilu tidak melibatkan anak dalam kampanye partai tertentu, sehingga membuat anak merasa tidak nyaman, tidak aman dan terlindungi,” ujar Ulfah.

Lebih jauh, Ulfah mendorong semua pihak agar melaporkan bentuk tindakan pelanggaran terhadap anak dalam tahapan pemilu.

“Kami punya call center untuk layanan kekerasan perempuan dan anak. Namanya SAPA 129, karena melibatkan anak dalam kampanye itu pelanggaran. Jadi kalau melihat ada pelanggaran, laporkan,” seru Ulfah.

Ketua Umum PW Nasyiatul Aisyiyah Banten, Unaimah, menambahkan tugas anak adalah bermain, belajar dan berkarya. Ia mengingatkan agar para peserta Pemilu tidak melibatkan anak didalam pelaksanaan Pemilu.

Menurutnya pemahaman untuk menghindari praktik money politic dalam kampanye juga harus diberikan kepada anak, agar budaya tersebut tidak mempengaruhi pola berpikir anak.

“Janganlah kita memanfaatkan anak demi kepentingan pemilu,” ujarnya mengingatkan.

Sementara itu Datin Panitia Pemilihan Kecamatan Jakarta Selatan, Sitti Fatimah, menyatakan kesadaran untuk mewujudkan kampanye pemilu yang adil, damai dan bermartabat harus dimiliki semua kalangan, termasuk mendorong kepemimpinan perempuan.

“Kesadaran ini jangan hanya diperuntukkan bagi perempuan saja, tetapi laki-laki pun begitu,” ujar Fatimah.

Menurut Fatimah, peran perempuan dalam demokrasi itu sangat dibutuhkan. Untuk itu, perempuan perlu diberikan pendidikan politik agar sadar dan dapat berperan aktif dalam Pemilu mendatang.

Recent Posts

Ribuan Umat Buddha Akan Ikuti ITC 2025 di Borubudur

MONITOR, Jakarta - Sebanyak kurang lebih 2.000 umat Buddha dari berbagai wilayah Indonesia akan bertemu…

26 menit yang lalu

DPR: Bandara Bali Utara Bisa Jadi Ikon Peradaban Baru yang Integrasikan Sektor Pendidikan, Riset dan Budaya

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani mendukung pembangunan Bandara…

1 jam yang lalu

KemenP2MI Dorong Warga Bekerja ke Luar Negeri, DPR: Jadi Ironi dan Terkesan Dukung #kaburajadulu

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi mengkritik pendekatan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran…

2 jam yang lalu

Kejari dan Walikota Didesak Usut Pengelolaan Keuangan PT Migas Kota Bekasi

MONITOR, Bekasi - Forum Masyarakat Bekasi (Formasi) mendesak Kejaksaan Negeri Kota Bekasi (Kejari Kota Bekasi)…

2 jam yang lalu

Menag Bertolak ke Jeddah Dampingi Presiden, Bahas Kampung Haji

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar bertolak menuju Jeddah, Arab Saudi, Selasa (1/7/2025). Keberangkatan…

4 jam yang lalu

Sektor Industri Masih Tangguh, IKI Indonesia Capai 51,84 pada Juni 2025

MONITOR, Jakarta - Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Indonesia pada Juni 2025 masih berada dalam fase…

4 jam yang lalu