Kamis, 25 April, 2024

OASE Dan Regenerasi Intelektual

Oleh: Ruchman Basori*

Tidak lama lagi, tepatnya 14-17 Juni 2023, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (DIKTIS), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, akan menggelar Olimpiade Agama Sains dan Riset (OASE) kali kedua, setelah dua tahun lalu di gelar di UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Gelaran OASE kedua akan diselenggarakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mestinya akan semakin matang, menjadi kompetisi gagasan dan pemikiran tiga hal penting, agama, sains dan riset. Diktis bersama UIN Jakarta telah mempersiapkan dengan baik, bahkan saat ini sedang berlangsung seleksi di tahap awal.

Bijak bestari pernah mengatakan, dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah, dengan agama hidup menjadi terarah. Itulah setidaknya yang ingin digapai dalam perhelatan bergengsi di kalangan mahasiswa perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI).

- Advertisement -

Perguruan tinggi menjadi tempat penyemai yang sangat strategis bagi mahasiswa akan kemampuan intelektualitas, profesionalitas dan pelbagai talenta. Kelak setelah kulus akan menjadi bekal terbaik, dalam berdialektika dengan kehidupan.

Agama harus mampu dihadirkan sebagai penyelesai masalah di tengah problem kemanusiaan, kebangsaan dan tantangan dunia global. Pada saat yang sama sains akan menjadi bekal terbaik untuk membedah masalah yang berbasis riset.

Di sinilah pentingnya gelaran OASE bagi mahasiswa dan juga civitas akademika PTKI lainnya. OASE adalah mahasiswa dan mahasiswa adalah harapan bagi negeri ini. Dapat dikatakan OASE menjadi ajang regenerasi pemikiran keagamaan dan kebangsaan.

Kilas Balik

Perjalanan Jakarta ke Cirebon dengan Direktur Diktis yang baru, waktu itu Prof. Dr. Amin Suyitno, M.Ag dengan penulis dalam kapasitasnya sebagai Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan, cerita ini bermula.

Sekian lama, Diktis hanya memiliki dua even nasional di bidang kemahasiswaan, yaitu Perkemahan Wirakarya Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan (PWN PTK) dan Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR). Sementara di tempat lain, telah banyak even-even mahasiswa yang digelar. Diskusi panjang selama di mobil, akhirnya memutuskan pentingnya memisahkan antara olahraga dan seni di satu event yang ilmiah di even lainnya. Tidak sebagaimana yang selama ini diwadahi dalam ajang PIONIR.

Transformasi kelembagaan IAIN menjadi UIN dan STAIN menjadi IAIN harus dibarengi dengan penciptaan suasana akademik yang unggul. Juga kultur dan tradisi intelejtual yang mampu mendoronga mahasiswa untuk bersaing dengan perhuruan tinggi lainnya di negeri ini.

Maka lahirlah OASE untuk bidang agama, sanis dan riset untuk menajamkan gairah intelektual para mahasiswa dan Pekan Seni dan Olahraga di kalangan Mahasiswa (PESONA) untuk mengembangkan kemampuan olahraga dan seni mahasiswa PTKI.

Sementara di bidang kepemimpinan telah tercetus model pendidikan dan latihan kepemimpinan mahasiswa (diklatpim) dengan tiga level. Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Dasar (Diklatpimda) untuk calon pemimpin mahasiswa di level prodi dan fakultas, Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Menengah (Diklatpimlan) untuk level kepemimpinan mahasiswa ditingkat institut/universitas dan Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (Diklatpimnas) untuk level nasional yang diselenggarakan oleh Kemenag atau gabungan dari beberapa PTKI.

OASE merupakan bentuk metamorfosis PIONIR yang terfokuskan. Mengingat tantangan dan peluang mahasiswa PTKI semakin luas, perubahan kelembagaan PTKI yang kini bertransformasi menjadi UIN dan juga soal memperluas akases mahasiswa untuk berkompetisi secara nasional. Negara harus hadir, agar para mahasiswa berkembang dengan baik nalar ntelektualnya yang berbasis agama dan riset. 

Kalau untuk kalangan dosen ada AICIS maka di kalangan mahasiswa lahir OASE yang tentu akan memiliki karakter dan langgam yang berbeda.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai kampus yang pertama (assabiqunal awwalun) bertransformasi menjadi UIN, tentu harus berkomitmen kuat menjadi tuan rumah, yang ditunjuk oleh Kementerian Agama. Orientasi kompetisi tentu soal persaingan yang harus dilapisi dengan sportivitas (kejujuran). Namun masalah kebersamaan (solidaritas), tetap harus dijunjung tinggi.

Regenerasi Intelektual

Kampus Ciputat menjadi titik balik seajarah. Perguruan tinggi yang mengambil nama salah satu Walisongo ini telah melahirkan intelektual ternama. Sebut saja misalkan Nur Cholis Madjid (Cak Nur), Johan Efendi, Bachtiar Efendi, Nasarudin Umar, Masykuri Abdillah dan masih banyak lainnya. Mereka mampu eksis mewarnai dunia pemikiran Islam. Pemikiran agama ditampilkan dengan sangat apik dan segar di Indonesia. 

Gagasan memisahkan agama politik, pernah digagas oleh almarhum Cak Nur dengan jargon, “Islam Yes Partai Islam No”, menjadi sangat fenomenal. Seiring dengan wacana-wacana keislaman yang di kaji dari berbagai sudut pandang. Islam transformatif, kiri Islam, wacana Islam kultural, agama dan budaya, Islam dan demokrasi, politik dan agama serta Islam dan perubahan sosial.

Para pemikir yang lahir dari garba PTKIN itu, tentu tidak lahir dengan instan. Suasana akademik yang berpadu dengan politik bangsa telah menempa menjadi intelektual yang mumpuni. Kesulitan menjadi kelompok kritis kala orde baru telah mereka rasakan, sejak berada dalam kawah candradimuka UIN Ciputat. Intimidasi, pengucilan, perlakuan tidak adil, kerap mereka rasakan.

Proses dialektika pemikiran intelektual, para intelektual UIN perlu diwariskan kepada generasi millenial seperti sekarang, tentu dengan problem dan langgam yang berbeda. Regenerasi menjadi kunci, bagaimana PTKIN mempunyai kesadaran historis yang terus tumbuh. Kita berharap banyak OASE menjadi pintu efektif melakukan regenerasi intelektual, dikalangan perguruan tinggi keagamaan ini. 

Selamat berkompetisi dan bertemu di kampus UIN Syarif Hidayatullah pada pertengaahan juni ini. OASE untuk kebangkitan pemikiran keagamaan untuk Indonesia dan dunia. Wallahu a’lam bi al shawab.

*Penulis Adalah Kasubdit Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama dan pernah menjadi Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER