MONITOR, Jakarta – Jaringan Muslim Madani (JMM) menyatakan adanya perbedaan penetapan 1 Syawal 1444 H atau lebaran Idul Fitri 2023 di Indonesia menjadi hal biasa dan tidak perlu dipermasalahkan, karena masing-masing memiliki dasar metode penetapan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Direktur Eksekutif JMM, Syukron Jamal menyatakan bahwa perbedaan tersebut justru harus menjadi rahmat memperkuat persatuan umat atau ukhuwah islamiyah sekaligus kerukunan antar umat sebagai modal penting menjaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui semangat saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
“Masyarakat muslim di Indonesia sudah memiliki modal yang kuat dalam menyikapi perbedaan terlebih soal penetapan 1 Syawal 1444 H yang dari dulu tidak jadi persoalan. Ini justru jadi rahmat modal penting membangun sikap moderat dan toleran saling menghargai dan menghormati satu sama lain menjaga persatuan dan kerukunan umat,” katanya kepada media di Jakarta, Kamis (20/4/2023).
“Yang melakukan ibadah sholat id pada Jum’at dipersilahkan bahkan difasilitasi dengan tetap menghormati yang masih melaksanakan puasa. Pun demikian yang lebarannya hari Sabtu menghargai saudara-saudara kita yang berlebaran duluan. Toleransi sesama umat ini jadi modal penting untuk bertoleransi juga antar umat beragama di Indonesia,” terang Syukron.
Syukron mengingatkan di Indonesia Lebaran Idul Fitri selain merupakan ritual keagamaan juga ada unsur budaya dan tradisi masyarakat yakni mudik sebagai implementasi silaturahmi antar keluarga dan sanak saudara baik yang dekat maupun yang jauh dalam suasana penuh kebersamaan.
“Untuk itu, segala bentuk perbedaan sikap dan pandangan tersebut perlu disikapi dengan bijak sehingga tidak mengotori semangat kemenangan kembali ke fitrah manusia (idulfitri) tersebut,” jelasnya.
“Jadi intinya perbedaan itu rahmat dalam Islam terlebih di Indonesia yang paling penting tetap rukun dan guyub. Kita nikmati perbedaan tersebut sambil menikmati suasana kebersamaan di hari raya, menikmati kemenangan kembali ke fitri,” pungkasnya.