MONITOR, Bandung – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri memberikan kuliah umum “Blue Economy sebagai Pondasi Bangsa” di Kampus Universitas Padjajaran (Unpad), Jatinangor, Jumat (10/3/2023).
Pada kesempatan tersebut, mantan menteri kelautan dan perikanan itu memaparkan Blue Economy sebagai Pondasi Perekonomian Bangsa untuk Peningkatan Daya Saing dan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas dan Inklusif secara Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045.
Blue Economy sendiri adalah semua kegiatan ekonomi yang terkait dengan lautan dan pesisir. Ini mencakup berbagai sektor-sektor ekonomi mapan (established sectors) dan sektor-sektor ekonomi yang baru berkembang (emerging sectors) (EC, 2020).
“Ekonomi kelautan adalah kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir dan lautan, dan kegiatan ekonomi di darat (lahan atas) yang menggunakan SDA dan jasa-jasa lingkungan kelautan untuk menghasilkan barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan umat manusia,” kata Rokhmin Dahuri.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menegaskan bahwa jika potensi Blue Economy didayagunakan dan dikelola berbasis inovasi Iptek dan manajemen profesional, maka sector-sektor ekonomi kelautan diyakini akan mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi segenap permasalahan bangsa, dan mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia serta Indonesia Emas paling lambat pada 2045.
Penasehat menteri kelautan dan perikanan 2020 – sekarang itu menyebut bahwa pembangunan blue economy sejalan dengan kebijakan dan program pembangunan kelautan menuju Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD) 2024, yang terdiri dari 5 langkah.
Pertama, penegakkan kedaulatan wilayah laut NKRI: (1) penyelesaian batas wilayah laut (UNCLOS 1982) dengan 10 negara tetangga; (2) penguatan & pengembangan sarpras hankam laut; dan (3) peningkatan kesejahteraan, etos kerja, dan nasionalisme aparat.
Kedua, penguatan dan pengembangan diplomasi maritim. “Ketiga, revitalisasi (peningkatan produktivitas, efisiensi, dan sustainability) seluruh sektor dan usaha (bisnis) ekonomi kelautan yang ada sekarang (existing),” ujarnya.
Keempat, pengembangan sektor-sektor ekonomi kelautan baru, seperti: industri bioteknologi kelautan, shale and hydrate gas, fiber optics, offshore aquaculture, deep sea fishing, deep sea mining, deep sea water industry, dan floating city.
“Kelima, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (kemakmuran) baru di wilayah pesisir sepanjang ALKI, pulau-pulau kecil, dan wilayah perbatasan, dengan model Kawasan Industri Maritim Terpadu berskala besar (big-push development model),” paparnya.
MONITOR, Yogyakarta - Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan (INTANI) menjalin kerjasama (MoU) dengan PT Indoraya…
MONITOR, Jakarta - PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) membuka pintu bagi generasi muda untuk…
MONITOR, Jakarta - Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (2014-2017) Abdul Djamil mengingatkan seluruh petugas haji…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian terus berupaya membangkitkan kembali kinerja industri tekstil dan produk tekstil…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama memperpanjang Tahap II pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) Reguler…
MONITOR, Jakarta - Dinamika lingkungan strategis menuntut TNI untuk selalu beradaptasi dan semakin profesional dalam…