Jumat, 26 April, 2024

Harga Gabah Dinilai Tinggi, Petani: Masih Taraf Wajar

MONITOR, Jakarta – Sejumlah petani di daerah mengeluhkan ihwal gagalnya Bulog mengantisipasi stok ketersediaan cadangan beras pemerintah (CBP). Salah seorang Petani Soreang, Kabupaten Bandung, Bambang Banguntopo, mengatakan kalau kebijakan tersebut membuat banyak pihak resah.

“Ini kami khawatir merusak harga jual. Gabah dari kami bisa terpinggirkan,” ujar kepada awak media, Selasa (20/12).

Bambang menilai Bulog tak optimal dalam menyerap hasil panen petani. “Akibatnya seperti ini. Kami yakin gabah ini masih cukup, jika mereka bisa mengaturnya sejak masa panen awal,” ungkap Bambang yang juga petani milenial ini.

Dalam kesempatan tersebut, Bambang juga menyinggung soal rilis Bank Dunia. Dia juga tak sepakat dengan adanya rilis data Bank Dunia soal kondisi beras Indonesia, paling mahal di antara lainnya. Justru jika dibandingkan negara lain, lanjut Bambang, termasuk kategori paling minim.

- Advertisement -

“Kalau sesekali di bulan tertentu, wajar (naik). Karena banyak faktor, misalnya pasokan sedang kurang atau efek cuaca. Tapi secara umum, jelas (harga) beras kita masih wajar dibanding negara lain,” ungkap Bambang.

“Misal Oktober sampai Desember ini, sudah pasti ada sedikit kekurangan pasokan. Karena lagi musim tanam, beda cerita Februari dan Maret nanti, sudah masuk panen,” lanjutnya.

Adapun Kontak Tani Andalan dan Nelayan (KTNA) Nasional menyebutkan petani saat ini di akhir tahun 2022 sumringah karena baru kali menikmati harga gabah dan beras yang menguntungkan. Mengacu data BPS, harga gabah kering panen di tingkat petani pada bulan November dibanding Oktober 2022 sebesar Rp 5.397 per kg, naik 0,81%, gabah kering giling Rp 5.785 per kg, turun 1,79% dan untuk harga gabah di luar kualitas Rp 5.021 per kg, naik 3,62%.

“Adapun harga beras medium di penggilingan naik 0,78 persen atau Rp 10.122 per kilogram dan beras premiumnya naik 1,05 persen atau Rp 10.512 per kilogram, selanjutnya dan beras di luar kualitas Rp 9.542 per kikogram,” demikian dikatakan Ketua Umum KTNA Nasional, M. Yadi Sofyan Noor di Jakarta, Selasa (20/12).

Yadi tak sepakat jika harga beras Indonesia merupakan termahal di dunia. Faktanya mengacu data globalproductprice.com, harga beras Indonesia itu di rangking jauh di bawah.

“Harga beras di Indonesia itu normal. Jika dibandingkan harga beras dunia, kita itu di urutan atau rangking ke 87 dengan harga USD 0,76 per kilogram. Harga beras paling mahal itu di Prancis, tebus USD 4 lebih. Kemudian disusun Jepang, Amerika Serikat, Rusia dan negara lainya,” jelasnya.

Yadi mengapresiasi upaya pemerintah yang terus menjaga harga gabah/beras, naik dalam kondisi wajar sehingga menguntungkan petani. Harapanya pun harga gabah/beras pada musim panen raya 2023 nanti dapat seperti saat ini.

“Mengapa harga gabah dan beras harus tetap bagus, ya karena selama ini kan harga pupuk naik, pestisida naik, upah juga naik. Bahkan kebutuhan sehari hari juga pada naik. Jadi wajar harga sekarang gabah ini,” ucapnya.

“Kami mewakili petani mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga sekarang ini kami petani memperoleh harga layak. Dulu harga gabah rendah sekali sedangkan biaya produksi sudag naik duluan,” pinta Yadi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER