Jumat, 3 Mei, 2024

Program Persiapan Studi Lanjut Lahirkan Profil Awardee Unggul

Oleh: Ruchman Basori*

Tidak gampang untuk mendapatkan kesempatan studi lanjut S1, S2 dan S3 dengan skema beasiswa. Dibutuhkan kerja keras, yang bisa jadi dipersiapkan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya. Ketrampilan Bahasa yang dibutuhkan setidaknya untuk dua bahasa asing, Inggris dan Arab.

Kementerian Agama telah berkolaborasi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), menjaring anak bangsa yang mempunyai talenta dan prestasi untuk studi lanjut melalui beasiswa. Skema kolaborasi ini diberi nama Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB).

BIB dimaknai sebagai ikhtiar kebijakan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas keluarga besar Kementerian Agama dari mulai siswa, mahasiswa, alumni, guru, ustadz, kyai, dosen hingga pegawai Kementerian Agama sendiri. Selain itu juga untuk mempersiapkan anak bangsa untuk menyambut pembangunan berkelanjutan dan Indonesia Emas 2045.

- Advertisement -

Sebelumnya Kementerian Agama melalui Ditjen Pendidikan Islam memiliki pelbagai layanan beasiswa, diantaranya: Beasiswa 5000 Doktor Dalam dan Luar Negeri, Beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi Islam (ADIKTIS), Beasiswa studi ke Mesir, Beasiswa Guru Madrasah, Beasiswa Guru PAI pada Sekolah, Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB), Beasiswa Kader Ulama dan lain sebagainya.

Beberapa hal kelemahan layanan beasiswa, dari hasil monitoring dan evaluasi adalah; Pertama, banyak mahasiswa (awardee) yang tidak dapat lulus tepat waktu sebagaimana waktu yang disediakan. Untuk Program 5000 Doktor Dalam negeri misalnya yang dapat lulus tepat waktu di bawah 60% demikian juga untuk yang Luar Negeri.

Masalah kedua adalah soal kemampuan Bahasa Arab dan Inggris yang menjadi alat menguasai literatur-literatur keilmuan. Tugas-tugas perkuliahan diwajibkan menggunakan referensi primer atau buku babon dan itu rata-rata berbahasa Arab atau Inggris. Apalagi untuk studi pada UIN, IAIN dan STAIN, idealnya harus menguasai dua Bahasa sekaligus.

Ketiga, kesiapan studi dan daya juang. Banyak diantara para awardee yang melanjutkan studi seperti layaknya pemain alam. Tanpa persiapan, begitu lulus S1 langsung melanjutkan S2 dan seterusnya. Mestinya secara mental harus dipersiapkan dan daya tahan dan juang ketika menghadapi berbagai permasalahan-permasalahan.

Mahasiswa adalah sosok yang diharapkan mempunyai kemandirian, baik kemandirian intelektual, cara belajar sampai kepada bagaimana mampu melewati berbagai masalah kehidupan. Termasuk jika suatu saat uang beasiswa terlambat turun, bagaimana menyeimbangkan fisik dan mental, penyesuaian di lingkungan baru dan lain sebagainya.

Pengalaman penulis mendampingi para Awardee, menjadi pelajaran (lesson learn) yang sangat penting. Soal kemandirian, daya tahan dan daya juang menjadi masalah yang sangat serius apalagi bagi para penerima yang berada di luar negeri.

Program Persiapan Bahasa
Menurut English Proficiency Index (EPI) 2021 yang dirilis EF Education First mengatakan bahwa kecakapan berbahasa Inggris, di Indonesia menempati urutan ke-80 dari 112 negara di dunia dengan skor 466 poin. Skor tersebut sebenarnya meningkat sedikit dari skor tahun lalu, yang berada di angka 453.

Secara global, capaian skor EPI Indonesia bahkan masih berada di bawah rerata skor EPI global yang berada pada angka 503. Capaian EPI Indonesia menunjukan Indonesia masih di bawah Singapura, Filipina, dan Malaysia. Tiga negara ini berhasil menempati posisi tiga besar EPI di kawasan Asia.

Data riset tersebut mengkonfirmasi atas beberapa kelemahan para penerima beasiswa termasuk dilingkungan Kementerian Agama, di samping fakror kesiapan akademik, konsep diri dan masalah kebangsaan dan moderasi beragama.

Menyadari akan kelemahan-kelemahan tersebut, Kementerian Agama melalui BIB pada tahun 2022 telah merancang dan saat ini sudah mulai diimplementasikan program perspan studi lanjut, yaitu Program Persiapan Bahasa dan Akademik.

Bagi calon Awardee yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri maka didesain mengikuti Program Persiapan Studi Lanjut (PPSL) untuk 200 dan digodok pada Lembaga Bahasa di 16 Universitas Islam Negeri. Sementara untuk yang berminat studi di dalam negeri diselenggarakan Program Persiapan Bahasa dan Akademik (PPBA) untuk 148 orang dan ditempatkan di 6 Perguruan Tinggi Penyelenggara (PTP) melalui anggaran DIPA Ditjen Pendidikan Islam.

Sosialisasi yang massif kepada masyarakat pengguna (user) beasiswa menjadi keniscayaan yang diikuti dengan kesiapan para calon peminat. Kementerian Agama sangat berkepentingan agar nantinya para penerima beasiswa BIB adalah profil mahasiswa yang cerdas karena memiliki kesiapan intelektual dan akademik, mahir dan trampil berbahasa asing karena memiliki kesiapan Bahasa.

Selain itu, munculnya profil mahasiswa yang tidak cengeg atau bahasa gaulnya lebay. Mereka adalah sosok yang memiliki daya tahan dan daya juang di atas rata-rata terutama bagi mereka yang menempuh studi di luar negeri. Ketika ada masalah kecil, anggaran mengalami keterlambatan, bisa menyikapinya dengan ketabahan dan ketegaran yang prima.

Di atas semua itu dalam program persiapan studi juga diberikan materi-materi penguatan wawasan kebangsaan dan moderasi beragama. Jangan sampai sudah dikuliahkan tinggi-tinggi dengan uang negara malah tidak tepat sasaran.

BIB Kemenag ingin memastikan bahwa penerima manfaatnya adalah anak bangsa yang mencintai agama dan bangsa-negaranya sekaligus, bukan pribadi yang terbelah. Sehingga kelak sekembalinya setelah studi adalah menjadi pemimpon bangsa yang diharapkan.

Masalah penguatan kebangsaan dan moderasi beragama tak boleh di tawar-tawar lagi. Se sen uang negara harus diberikan kepada anak bangsa yang loyal kepada bangsa dan negaranya, bukan mereka yang intoleran, radikal aatau bahkan yang mengusung idiologi yang menentang Pancasila dan NKRI.

Dengan demikian program persiapan studi lanjut merupakan ikhtiar mempersiapkan para calon penerima beasiswa yang unggul. Hal ini menjadi komitmen bersama stake holders Kementerian Agama. Wallahu a’lam bi al-shawab.

*Penulis merupakan Ketua Program Managemen Unit Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) dan Kasubdit Ketenagaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER