MONITOR, Jakarta – Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan penyerapan maksimal pada saat panen raya petani yang diperkirakan berlangsung pada Bulan Maret mendatang. Hal ini disampaikan Sudin dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) bersama pemerintah, Rabu, 7 Desember 2022.
“Saya juga minta Bulog Maret begitu panen harus menyerap sebanyak-banyaknya,” ujarnya.
Memang, kata Sudin, Harga Pokok Penjualan (HPP) yang ada saat ini hanya Rp 8.300 sehingga apabila Bulog tidak mampu menyerapnya diharapkan untuk segera melakukan rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Jokowi.
“Saya juga mengerti Kalau HPP-nya tidak memungkinkan 8.300, ya cuman kalau hanya 8.300 Bulog tidak mampu beli ya silakan ratas dulu dengan Presiden, Pak Presiden kira-kira bisa enggak ini naik hpp-nya tapi konsekuensinya apa terjadi inflasi kan gitu,” katanya.
Sudin menambahkan apabila pemerintah tetap menggunakan HPP yang sama, yaitu 8.300 maka yang diuntungkan dalam situasi ini sudah pasti adalah para tengkulak. “Yang untung siapa sih kalau HPP 8.300. Petani enggak untung-untung enggak bakal jadi kaya mohon maaf ini saya ngomong yang untung tuh tengkulak,” jelasnya.
Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Demokrat, Nur Aini meminta jajaran Bulog fokus melakukan penyerapan dibanding bersuara melakukan impor beras disaat petani akan melakukan panen raya. Kata Aini, jangan sampai kebijakan impor tahun ini dianggap sebagai by design karena menurut rencana awal Indonesia akan melakukan ekspor.
“Jangan sampai rencana impor beras ini dibuat by design sehingga data data yang bapak ibu sampaikan tadi hanya sebatas pendukung saja dan membuat kami di DPR selaku mitra juga berpikir yang sama (by design). Saya berpesan bahwa hati-hati jangan sampai disaat petani kita panen nanti alasan lagi dengan kondisi kualitas gabah yang kurang bagus maka bulog tidak mampu menyerap,” katanya.
Berikutnya, Nur Aini meminta agar Bulog melakukan pengecekan pada perusahan besar yang menyimpan beras dengan skala besar. Hal ini penting dilakukan mengingat selama ini pengecekan dilakukan pada perusahan skala kecil.
“Kalau saya lihat perusahaan-perusahaan yang memang di tracking oleh Bulog dan tim pangan nasional itu kan perusahaan-pesan kecil-kecil. Apakah Bulog ini sudah memeriksa juga terhadap perusahaan besar?” katanya.
Anggota Komisi IV lainya, Yohanis Fransiskus Lema mempertanyakan mengapa serapan Bulog sangat kecil. Padahal, kata dia, saat itu petani di sejumlah sentra tengah menggelar panen raya, yaitu pada periode Maret-April.
“Saya punya tanya, pada saat surplus itu Bulog menyerap apa enggak. Kan kalau dilihat data Maret April itu mestinya nyerapnya besar ya Pak ya tapi di sini saya simpulkan nyerapnya kecil pak. Nah Pertanyaan selanjutnya nyerapnya kecil ini apakah karena Bulog tidak ada uang dalam kaitannya pinjaman berupa bunga komersil atau ada penjelasan lain supaya kita bisa menelusuri satu persatu sebabnya,” jelasnya.