Jumat, 26 April, 2024

Modal Keberlanjutan Ekonomi Nasional

Oleh: Haris Zaky Mubarak, MA*

Volatilitas dan harga komoditas menjadi faktor penentu yang menjadi parameter acuan dalam keberlanjutan ekonomi nasional. Volatilitas dan harga komoditas menjadi faktor rasional yang mempengaruhi gerak perekonomian dunia, karena bersinggungan dengan serapan konsumsi masyarakat (Kemenkeu RI, 2022). Besarnya pengaruh dua faktor ini dapat terlihat dari nilai harga komoditas yang mulai terkoreksi dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini demi meredam tingginya tingginya tingkat inflasi pada banyak negara. 

Memasuki periode 2023, harga-harga komoditas masih mengalami volatilitas namun kecenderungan mulai terjadi koreksi karena dengan kenaikan harga yang tinggi dari inflasi banyak negara yang mengalami pelemahan seiring dengan daya permintaan yang turut melemah.Gejolak di pasar keuangan global nyatanya masih terjadi, akibat kebijakan suku bunga acuan di banyak bank sentral yang dalam tren kenaikan.

Situasi ini berlaku baik  untuk negara maju maupun berkembang. Kenaikan harga tinggi komoditas primer turut menyebabkan inflasi yang sangat masif di berbagai negara dan sekarang bank sentral secara agresif juga menangani inflasi ini dengan instrumen moneternya yaitu kenaikan suku bunga.

- Advertisement -

Menyikapi ini, pemerintah Indonesia harus benar-benar serius dan konsen dalam menjaga ruang keberlanjutan ekonomi nasional supaya berjalan secara stabil dan mampu menjaga sokongan ekonomi dalam negeri.

Analisis Problema

Jika mengacu pada angkapertumbuhan ekonomi Indonesia yang telah mencapai 6,6% pada tahun 2022 ini, ditengah ekonomi global yang dibayangi arus resesi. Kondisi ini harusnya memiliki lineritas dengan pengalaman sejarah ketahanan ekonomi yang tengah berjalan selama dua tahun lebih akibat wabah pandemi Covid-19.

Pertumbuhan yang tinggi menunjukkan jika pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan di Indonesia lebih baik dari ekosistem kehidupan ekonomi yang berjalan di negara lain. Bahkan, kondisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan beberapa negara maju di G20. Hal ini dirasakan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia faktanya cukup baik secara kuartalan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama empat kuartal berturut-turut di atas 5%, dan angka ini sudah berada 6,6% di atas pra pendemi level. Pemulihan ini relatif kuat dan cepat jika dibandingkan negara lain. Sebagai catatan penting, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6,6% yang dimaksud oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani merupakan level Produk Domestik Bruto (PDB) riil yang secara kumulatif sejak kuartal I hingga kuartal III tahun 2022. Konsistensi nilai pencapaian pertumbuhan ekonomi kuartalan inilah yang kemudian punya fondasi penting terhadap strukturisasi ketahanan ekonomi secara domestik.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022 mampu tumbuh 5% (year on year/yoy), nilai meningkat menjadi 5,4% (yoy) pada kuartal II-2022 dan naik lagi menjadi 5,7% (yoy) pada Kuartal III-2022. Indikasi ini jelas menunjukkan jika Indonesia memiliki sistem ketahanan ekonomi yang lebih baik untuk menghadapi cepatnya tantangan perubahan ekonomi global yang akan terjadi pada tahun mendatang. 

Ada tiga faktor yang mempengaruhi ketahanan ekonomi dalam negeri pada 2023. Pertama terkait potensi resesi dan kebijakan perlambatan ekonomi negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan China. Ekonomi China khususnya diperkirakan berpotensi mengalami pertumbuhan tinggi karena dasar pencapaian yang rendah pada kuartal sebelumnya (rebound) jika berhasil melalui  kebijakan akhir pemutusan Covid-19 (Zero Covid policy) dan restrukturisasi kredit sektor property. Pada sisi yang lain adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pelemahan permintaan akan mengganggu harga komoditas secara berkelanjutan.

Faktor penentu kedua adalah soal efektivitas kebijakan moneter, baik secara global maupun domestik. Normalisasi kebijakan moneter yang telah berlangsung untuk merespon lonjakan inflasi terutama negara maju. Konsekuensi logis ini akan menyebabkan tekanan pasar keuangan global dan menekan nilai tukar mata uang termasuk Indonesia. Dengan estimasi inflasi banyak negara yang dinamis pada 2023, maka tekanan penyesuaian ekonomi diperkirakan memberi bantalan yang kuat untuk hadapi ketidakpastian ekonomi yang tinggi.

Pada penentu ketiga terkait kebijakan pemerintah melakukan normalisasi keuangan dalam konteks pengurangan defisit hingga ke level 3 persen. Kebijakan ini akan mengurangi pemberian stimulus ke sektor riil yang berjalan selama Covid-19. Menghadapi tantangan ini, kondisi rasional ekonomi Indonesia besar kemungkinan akan tetap tumbuh dengan estimasi sebesar 5  persen.

Prediksi ini relatif kuat jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi  global yang tergantung pergerakan pasar global. Dengan penopang utama pertumbuhan ekonomi dari sektor konsumsi rumah tangga maka fondasi ekonomi domestik secara relatif stabil akan mampu tumbuh secara baik.

Desentralisasi Lokal

Pengembangan berbagai komoditas lokal merupakan prasyarat modal utama dari keberlanjutan ekonomi nasional. Dalam antisipasi menghadapi tantangan resesi dan segala macam ketidakpastian ekonomi global, pemerintah Indonesia perlu memikirkan kembali langkah taktis yang dapat mendukung penuh konstelasi ekonomi nasional. Salahsatunya melalui penataan komoditas lokal.

Poin ini menjadi penting karena banyak elemen praktis yang menjadi rasionalisasi dari pertumbuhan ekonomi komoditas. Seperti persoalan pasar, pembangunan sistem logistik, dan tata kelola desentralisasi secara produktif Untuk itu, yang perlu dilakukan adalah komitmen dalam membangun akselerasi, kolaborasi dan sinergi serta melakukan transformasi pertanian agar pelaku-pelaku pertanian bisa mengaplikasikannya sehingga dapat meningkatkan daya saing produk-produk pertanian lokal dalam kebutuhan perdagangan ekonomi global.

Disisi lain, peningkatan ruang produktivitas dan nilai tukar ekonomi lokal juga harus menjadi prasyarat penting untuk dapat menata siklus ekosistem komoditas yang sehat. Pada poin ini pendekatan pengembangan tipologi pertanian lokal secara spesifik akan membuat banalitas komprehensif untuk mendukung langkah ekonomi multisektoral dapat berjalan secara lancar. Selain itu, keterkaitan antara ekonomi pusat dan lokal yang membentuk jaringan (network) berkelanjutan akan menjadi nilai prioritas ekonomi yang mendongkrak ruang pertumbuhan domestik menjadi stabil dan berdaya saing dalam pertumbuhan global.

Edward J Blakely dalam Planning Local Economic Development(1994) menyatakan jika pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah proses penting dalam membentuk kemitraan yang solid antara pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam memelihara setiap aktivitas usaha kolektif guna menciptakan hadirnya lapangan pekerjaan (Blakely, 1994). Stimulus ekonomi dari sisi permintaan dan komoditas berbasis lokal dalam hal ini pembangunan desa akan menjadi unit yang sangat menentukan bagi serapan peningkatan konsumsi masyarakat secara luas yang ujungnya akan memberi benefit sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. 

Peran dari Badan Usaha Desa dan kekompakan komunitas pengusaha lokal akan memberi stimulus produktif untuk memperbaiki alur sistem produksi pada industri dan jasa berbasis sumber daya lokal serta memperkuat sistem jaringan logistik antar perdesaan. Pada jangka panjang, penciptaan platform informasi lokal berbasis digital akan memperkuat sistem komoditas nasional secara integral sehingga memungkinkan interkoneksitas pasokan komoditas antar wilayah Indonesia.

Memperbaharui kebijakan desentralisasi fiskal yang inklusif dan berkelanjutan di desa dan membangun badan usaha pangan yang produktif akan menjadi strategi investasi yang penting untuk konstelasi ekonomi nasional secara makro. Apalagi jika landasan kebijakan desentralisasi fiskal tersebut didukung penuh dengan ekosistem bisnis berbasis digital yang handal yang didukung dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, serta mengembangkan jaringan informasi logistik perdesaan serta infrastruktur untuk meningkatkan mobilitas atau pertukaran antar sektor dan antar wilayah.

Pentingnya masyarakat membangun mind set ekonomi lokal untuk berproses dalam ruang kebutuhan ekonomi besar supaya mendukung kelayakan investasi secara luas akan memberi dampak simultan bagi kesejahteraan ekonomi secara struktural. Pengembangan ekonomi lokal melalui inkubator usaha akan memiliki output positif dalam meningkatkan pemberdayaan kualitas SDM lokal, meningkatkan kemampuan pengelolaan teknologi, serta menjamin kestabilan harga dan suplai bahan baku sehingga mendukung usaha ekonomi lokal dan memperkuat ekonomi pedesaan.

Sebagai rasionalitas akhir, untuk menjaga ekosistem ketahanan ekonomi nasional secara utuh, pemerintah diharapkan mampu menata sistem kerja secara optimal termasuk dalam pengelolaan nilai mamfaat dari sumber daya alam (SDA) yang dimiliki, membangun kehandalan sektor industri, menciptakan ketahanan energi dan pangan, dan memperkuat struktur jaringan pembiayaan perekonomian yang komprehensif.

Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan pengembangan kebijakan ekonomi inklusif dan memperkuat kemampuan modal pembangunan sampai level terbawah yakni pedesaan. Terakhir, hal yang perlu dijaga pemerintah adalah efektivitas kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan nasional sebagai elements of continuity agar terus mendukung setiap perencanaan dan implementasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

*Penulis merupakan Eksekutif Peneliti Jaringan Studi Indonesia

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER