Jumat, 22 November, 2024

Zulhas Sebut Fasilitas QRIS Berhasil Jangkau 9,4 Juta UMKM

MONITOR, Surakarta – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 29 bulan berturut-turut. Ia juga mengungkapkan bahwa tingkat inflasi di Indonesia relatif rendah di antara negara G20, yaitu sebesar 5,7 persen.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,72 persen di Kuartal III-2022. Neraca perdagangan Indonesia juga mengalami surplus 29 bulan berturut-turut,” kata Zulkifli Hasan di hadapan peserta Musyawarah Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) XVII di Solo, Hotel, Surakarta Jawa Tengah, Senin (21/11/2022).

Zulhas, demikian sapaannya, menyebut Pemerintah selalu mendukung UMKM untuk berkembang. Salah satunya dengan mendukung program digitalisasi UMKM dan pasar rakyat.

Kemendag bekerja sama dengan Bank Indonesia memfasilitasi program sehat, inovatif, dan Aman Pakai (S.I.A.P) QRIS yang tengah berjalan di 217 pasar rakyat dan menjangkau 9,4 juta UMKM.

- Advertisement -

Ia berharap melalui Munas HIPMI XVII ini kolaborasi para wirausaha muda di Indonesia akan semakin erat. Sehingga, lanjut dia, dapat mewujudkan ekonomi Indonesia tangguh dan responsif dalam menghadapi dinamika global.

Zulhas sebelumnya pun mengungkapkan, pertumbuhan ekspor terus menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia yang tumbuh positif 5,72 persen pada triwulan III-2022.

Pada periode ini, pertumbuhan ekonomi didukung ekspor barang dan jasa yang naik 21,64 persen secara tahunan (year on year) dengan kontribusi mencapai 26,23 persen, meningkat dari kontribusi pada triwulan II dengan persentase sebesar 24,74 persen.

“Kinerja ekonomi Indonesia terus membaik selama 2022. Pada triwulan III-2022, ekonomi Indonesia tumbuh positif lebih tinggi dari capaian triwulan I sebesar 5,02 persen dan triwulan II yang tumbuh 5,45 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tentunya juga didukung peningkatan kinerja ekspor nasional,” ujar Zulhas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan sebesar 21,64 persen, tertinggi kedua setelah impor barang dan jasa yang tumbuh 22,98 persen.

Peningkatan kinerja ekspor tahun ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya fenomena peningkatan harga komoditas ekspor dunia (supercycle commodity).

Selain itu, perbaikan kinerja industri dalam negeri yang tercermin dari perbaikan angka Purchasing Manager Index (PMI) industri manufaktur Indonesia juga turut mendorong ekspor manufaktur Indonesia hingga triwulan III 2022 dengan kontribusi mencapai 46,21 persen terhadap total ekspor Indonesia.

“Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada 2022 antara lain batu bara, kelapa sawit, nikel, dan kopi. Sementara untuk angka PMI manufaktur Indonesia tercatat selalu berada di atas 50, bahkan pada September mencapai angka tertinggi sepanjang 2022, yakni sebesar 53,7,” jelasnya.

Menurut dia, nilai ekspor Indonesia pada triwulan III merupakan nilai ekspor triwulanan tertinggi selama dua tahun terakhir.

Pada triwulan III-2022, total ekspor Indonesia mencapai US$78,20 miliar, mengalami peningkatan 27,30 persen secara tahunan. Kinerja ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencapai US$73,84 miliar dengan pertumbuhan 26,28 persen.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER